Twit perdananya ditulis dalam bahasa Inggris berbunyi: “Dear friends, I am pleased to get in touch with you through Twitter. Thank you for your generous response. I bless all of you from my heart.” (Teman-teman terkasih, saya senang bisa berhubungan dengan kalian melalui Twitter. Terimakasih atas sambutan baik kalian. Saya memberkati kalian semua dari lubuk hati).
Kicauan itu dikirim pada pukul 2 malam waktu setempat, dan telah di-retweet sebanyak 30.000 kali. @Pontifex mengirim beberapa twit tambahan setelahnya, masing-masing dalam lain bahasa, pada delapan akun berbeda.
Ketika iPad ditaruh di meja di hadapannya pada balairung di Vatikan, ia melihatnya dengan ragu-ragu dan membutuhkan beberapa arahan dari asisten sebelum ia menempelkan jarinya ke layar. Percobaan pertama pun gagal. Uskup Agung Claudio Maria Celli menawarkan diri untuk membantu. Setelah twit berhasil di-post, paus menyandarkan punggung ke kursi duduknya, tampak puas.
Kalau tahun lalu paus menyalakan lampu pohon Natal raksasa dan patung Yesus dengan menekan tombol sebagai simbol perayaan spesial dalam misi perjalanannya, tahun ini ia mengirim pesan instan ke seluruh dunia. Vatikan sangat menyadari dampak Paus. Peluncuran akun twitter kepausan telah direncanakan selama berbulan-bulan. Awalnya Vatikan memang lambat mengadopsi media sosial, kini tidak lagi. Vatikan telah berpindah ke komunikasi digital sebagai cara cepat dan efektif guna menjangkau orang di seluruh bumi.
Juga ada pertanyaan pribadi seperti “Apakah Anda akan berkunjung ke Indonesia?”, “Bisakah Anda datang ke perayaan massal sekolah kami? – Kami tidak bisa mendapatkan pendeta.”, “Apakah pacaran di sekolah tidak apa-apa?”, “Di mana tempat favorit Anda untuk berdoa di taman Vatikan?”.
Meski paus tidak mengirim sendiri setiap twitnya (asisten yang akan melakukannya), Vatikan menegaskan bahwa “percikan kebenaran” akan melalui masukan dan persetujuan paus. Paus akan men-twit setiap pekan pada upacara kepausan dan hari-hari raya. (Khoirunnisa)