Selular.ID – Setelah proses lelang yang berlangsung sejak Juli lalu, Kemeterian Komdigi akhirnya mengumumkan pemenang seleksi spektrum/frekwensi 1,4 Ghz pada Rabu (15/10).
Dari tiga kandidat terakhir yang lolos hingga pengajuan nilai lelang, dua perusahaan didapuk sebagai pemenang seleksi.
Yaitu, PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak perusahaan Surge (WIFI), dan Eka Mas Republik, pemilik merek MyRepublic.
Keduanya berhasil mengalahkan PT Telkom, satu-satunya perusahaan BUMN yang berpartisipasi dalam lelang tersebut.
Kemenangan ini membuat WIFI dan Eka Mas Republik berhak memanfaatkan frekuensi tersebut selama 10 tahun ke depan, untuk menyediakan layanan akses internet broadband yang mencakup berbagai wilayah sesuai zone yang ditetapkan pemerintah.
PT Telemedia Komunikasi Pratama yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Hasyim Joyohadikusumo, adik presiden Prabowo, mengamankan Regional I dengan menawarkan harga tertinggi sebesar Rp 403.764.000.000.
Regional ini mencakup enam zona strategis yang menjadi pusat ekonomi dan populasi Indonesia.
Sementara itu, perusahaan di bawah konglomerat Sinar Mas Group, MyRepublic berhasil mendapatkan dua regional lainnya, yaitu Regional II senilai Rp 300.888.000.000 dan Regional III seharga Rp 100.888.000.000, yang totalnya mencakup sembilan zona.
Proses lelang frekuensi 1,4 GHz, menjadi perhatian banyak pihak mengingat potensinya dalam meningkatkan layanan broadband nirkabel di Indonesia.
Kehadiran spektrum 1,4 Ghz diharapkan tidak hanya mendorong penetrasi internet hingga ke pelosok Indonesia, terutama daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan), namun juga meningkatkan kecepatan akses.
Sebagai pengingat, spektrum 1,4 GHz akan dibagi ke dalam tiga wilayah regional, masing-masing 80 MHz (total 240 MHz secara nasional).
Izin penggunaan diberikan melalui Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) untuk jaringan tetap berbasis packet switched.
Kehadiran operator telekomunikasi di spektrum tersebut, diharapkan dapat mendukung layanan internet cepat hingga 100 Mbps, dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Yaitu di kisaran Rp 100.000 – Rp 150.000.
Baca Juga: WIFI dan MyRepublic Menang Lelang Frekuensi 1,4 GHz Komdigi
Sederet Kewajiban Pemenang Lelang
Dengan terpilihnya Surge dan MyRepublic, proses selanjutnya adalah pemenuhan kewajiban, terutama pembangunan jaringan.
Untuk diketahui, pada Agustus 2025, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto mengungkapkan bahwa pemerintah memberikan sejumlah kewajiban kepada pemenang lelang untuk mendorong pemerataan layanan internet tetap. Seluruh ketentuan tersebut telah dijelaskan secara detail dalam dokumen lelang.
Salah satu kewajiban utama yang diberikan adalah menggelar layanan internet cepat nirkabel kepada sejumlah pelanggan rumah.
Namun, Wayan tidak menyebutkan secara detail jumlah rumah tangga yang harus dilayani.
“Paling sedikit sesuai target rumah tangga yang dicantumkan dalam dokumen seleksi,” kata Wayan belum lama ini.
Pemerintah juga melarang pemenang lelang menyelenggarakan layanan teleponi dasar atau selular, serta menggunakan penomoran telekomunikasi untuk jaringan tetap berbasis frekuensi ini.
Selain itu, mereka wajib memitigasi interferensi terhadap spektrum lain, termasuk frekuensi penerbangan di rentang 1.429 – 1.518 MHz.
Pemerintah sendiri memberi waktu lima tahun bagi pemenang untuk membangun jaringan sesuai komitmen yang disetujui.
“Tahun pertama bisa dimulai paralel dengan kesiapan industri, karena beberapa vendor sudah menyiapkan BTS dan modem rumah,” tambah Wayan.
Komdigi berharap hadirnya layanan Broadband Wireless Access (BWA) dapat merangkul pelanggan internet rumah baru yang lebih luas.
Di sisi lain, data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap terdapat lebih dari 60 juta rumah tangga di Indonesia. Dari jumlah tersebut, yang terhubung dengan internet baru di atas 10 juta rumah tangga.
Seperti halnya APJII, Menkomdigi Meutya Hafid mengungkapkan masih ada 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet.
Dari jumlah itu, sebanyak 2.017 desa hidup tanpa layanan 4G, sementara 316 desa lainnya berupa kawasan ladang non-pemukiman.
“Angka ini semua kami yakini adalah target yang masuk akal jika kita semua bergandeng tangan menyelesaikan PR ini bersama,” kata Meutya saat memimpin upacara Hari Bhakti Postel ke-80 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/9).
Baca Juga: Hasil Lelang Frekuensi 1,4 GHz: MyRepublic Dapat Dua Regional, WIFI Hanya Satu
Menyedot Belanja Modal yang Signifikan
Meski telah mengamankan posisi sebagai pemenang lelang, baik Surge maupun MyRepublic akan menghadapi berbagai tantangan yang tak ringan dalam membangun jaringan di frekwensi 1,4 Ghz.
Tantangan utama frekuensi 1,4 GHz adalah ekosistemnya yang belum berkembang dan potensi margin keuntungan yang rendah, meskipun berpotensi menyediakan akses internet cepat.
Hal ini mencakup kurangnya peralatan yang siap untuk 1,4 GHz dari vendor besar, yang dapat menunda penerapannya, dan kekhawatiran bahwa margin keuntungan yang rendah dapat membuat layanan ini kurang berkelanjutan bagi operator.
Tantangan lainnya termasuk potensi ketidakselarasan strategis dengan memprioritaskan pita ini di atas pita lain seperti pita 700 MHz untuk cakupan 5G di pedesaan, serta kendala implementasi seperti keterlambatan regulasi dan masalah kompatibilitas teknis.
Pita 1,4 GHz sendiri dikenal memiliki karakteristik sinyal yang stabil dan efisien untuk jaringan data berkecepatan tinggi, menjadikannya aset strategis dalam pengembangan ekosistem digital nasional.
Meski demikian, spektrum 700 Mhz masih menawarkan banyak kelebihan di bandingkan pita 1,4 GHz.
Keunggulan utama frekuensi 700 MHz adalah jangkauannya yang superior dan kemampuannya menembus rintangan, sehingga mengurangi kebutuhan menara seluler untuk menjangkau area yang luas.
Hal ini membuat penerapannya lebih ekonomis dan ideal untuk menyediakan koneksi yang stabil, baik di daerah pedesaan maupun di dalam ruangan.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh dua operator tersebut dalam membangun jaringan 1,4 Ghz, membuat pasar bereaksi berbeda.
Seperti tercermin dari perdagangan saham Surge. Sesaat setelah diumumkan sebagai pemenang, pasar saham justru bereaksi negatif.
Pada perdagangan Selasa (15/10), saham emiten berkode WIFI itu, anjlok sebesar 12,23% dan ditutup di zona merah.
Data perdagangan menunjukkan adanya aksi jual (sell on news) yang kuat dari investor asing, menandakan sebagian pelaku pasar lebih memilih merealisasikan keuntungan jangka pendek ketimbang menahan posisi setelah kabar kemenangan diumumkan.
Beberapa analis menilai, penurunan saham ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap beban investasi besar yang harus ditanggung perusahaan pasca kemenangan tender.
Penggunaan frekuensi 1,4 GHz yang belum matang secara ekosistem, memang menuntut pembangunan infrastruktur tambahan dan belanja modal signifikan.
Di sisi lain, potensi margin keuntungan terbilang tipis imbas persaingan ketat dengan pemain lain, baik operator sejenis maupun selular. Hal itu bisa menekan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka pendek hingga menengah.
Meski pasar bereaksi negatif, secara umum performa Surge masih terbilang baik. Jika dilihat dari performa year to date (ytd), saham Surge masih menunjukkan kinerja fantastis dengan kenaikan mencapai 709,34%.
Kapitalisasi pasar perusahaan ini pun tercatat sebesar Rp 17,52 triliun, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis jangka panjang Surge di tengah program percepatan infrastruktur digital nasional.
Baca Juga: Komdigi Umumkan Pemenang Lelang Frekuensi 1,4 GHz Hari Ini