Sabtu, 11 Oktober 2025
Selular.ID -

XLSmart Fokus di Lelang 700 MHz dan 2,6 GHz Setelah Gagal 1,4 GHz

BACA JUGA

Selular.id – Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa koneksi internet di pelosok negeri masih sering tersendat?

Jawabannya mungkin terletak pada perang spektrum frekuensi yang sedang berlangsung di belakang layar.

Dalam arena lelang frekuensi yang semakin panas, satu nama mencuri perhatian dengan strategi barunya yang tak terduga.

XLSmart, operator hasil merger XL Axiata dan Smartfren, baru saja mengalami babak memalukan dalam lelang frekuensi 1,4 GHz.

Gagal melaju bahkan dari seleksi administrasi, perusahaan ini dipaksa untuk menelan pil pahit dan mengubah haluan.

Namun, seperti phoenix yang bangkit dari abu, mereka justru muncul dengan fokus baru yang lebih ambisius.

Dalam pertemuan eksklusif dengan media di acara Road to Grand Final Axis Nation Cup 2025, Group Head Corporate Communications & Sustainability XLSmart, Reza Mirza, secara terbuka mengungkapkan kartu baru mereka.

Dua frekuensi yang selama ini menjadi primadona industri telekomunikasi—700 MHz dan 2,6 GHz—kini menjadi target utama dalam peta strategi XLSmart.

Dari Kekalahan Menuju Peluang Baru

Kegagalan dalam lelang frekuensi 1,4 GHz bukan akhir dari segalanya bagi XLSmart.

Justru, ini menjadi momentum bagi operator untuk melakukan reevaluasi strategi dan memfokuskan sumber daya pada frekuensi yang lebih potensial.

Reza Mirza dengan tegas menyatakan, “Ya, sebenarnya kan kita minat (frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz).”

Pernyataan ini bukan sekadar basa-basi diplomatik.

Kedua spektrum frekuensi tersebut diyakini dapat menjadi kekuatan tambahan bagi operator seluler dalam memperkuat kapasitas layanan data dan memperluas jangkauan internet cepat hingga pelosok Tanah Air.

Dalam industri yang semakin kompetitif, kepemilikan spektrum frekuensi yang tepat bisa menjadi pembeda antara sukses dan gagal.

Baca Juga: XLSmart Mundur dari Lelang Frekuensi 1,4 GHz, Ini Alasannya memberikan insight mendalam tentang keputusan strategis perusahaan ini.

Digital Dividend 700 MHz: Game Changer untuk Internet Pedesaan

Frekuensi 700 MHz menyimpan cerita transformasi yang menarik.

Spektrum yang sebelumnya dipakai untuk penyiaran analog ini menghasilkan digital dividen 112 MHz setelah diterapkannya penghentian siaran TV analog dan dialihkan ke TV digital atau dikenal dengan Analog Switch Off (ASO).

Dari 112 MHz itu, 2 x 45 MHz atau 90 MHz dialokasikan untuk sektor layanan telekomunikasi.

Apa keunggulan frekuensi 700 MHz? Karakteristik fisiknya yang mampu menembus bangunan dengan lebih baik dan menjangkau area yang lebih luas membuatnya ideal untuk perluasan jaringan 4G dan 5G di daerah pedesaan dan terpencil.

Bagi XLSmart, ini bukan sekadar tambahan kapasitas, melainkan kunci untuk membuka pasar baru yang selama ini kurang terjamah.

Proses lelang frekuensi ini menjadi semakin menarik mengingat Harga Lelang Frekuensi 1,4 GHz Dimulai 13 Oktober 2025: Tersisa 3 Kandidat menunjukkan betapa ketatnya persaingan di sektor ini.

2,6 GHz: Powerhouse untuk Kapasitas Perkotaan

Sementara 700 MHz fokus pada jangkauan, frekuensi 2,6 GHz hadir sebagai solusi untuk masalah kapasitas di area perkotaan.

Pita frekuensi yang sebelumnya untuk layanan penyiaran berbasis satelit atau broadcasting satellite service (BSS) ini memanfaatkan bandwidth 150 MHz yang berada di rentang 2.520-2.670 MHz.

Karakteristik frekuensi tinggi seperti 2,6 GHz memungkinkan transfer data yang lebih cepat meski dengan jangkauan yang lebih terbatas.

Ini menjadikannya sempurna untuk memenuhi kebutuhan bandwidth tinggi di kawasan padat penduduk seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan di mana permintaan data terus melonjak.

Dukungan untuk percepatan lelang frekuensi 2,6 GHz juga datang dari berbagai pihak, termasuk seperti yang diungkapkan dalam artikel Bos Ericsson Dorong Percepatan Lelang Frekuensi 2,6 GHz untuk 5G Indonesia.

Tantangan Regulatory Cost yang Menghantui

Di balik ambisi besar XLSmart, ada bayangan regulatory cost yang terus mengintai.

Reza dengan jujur mengungkapkan kekhawatirannya, “Cuma dari sisi pembayarannya kan sekarang regulatory cost lumayan cukup mahal.

Sekarangkan di angka 12-13% lah itu pun dari gross revenue lumayan gede.”

Angka 12-13% dari gross revenue bukanlah jumlah main-main.

Dalam industri dengan margin yang semakin tipis, beban ini bisa menjadi penentu hidup-mati sebuah operator.

Reza melanjutkan, “Harapan kita, kita tuh minat. Cuma kalau bisa dicicil kan udah mahal banget (regulatory cost).”

Permintaan untuk skema cicilan ini bukanlah hal baru.

Rencana menyiapkan insentif yang diberikan Kementerian Komdigi pernah mencuat pada tahun lalu, salah satunya terkait pembayaran frekuensi dengan skema cicilan.

Namun sampai sekarang, insentif pemerintah terhadap industri telekomunikasi belum terealisasi.

Komunikasi Intensif dengan Pemerintah

XLSmart tidak hanya berdiam diri menunggu keajaiban.

Reza mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan pendekatan proaktif kepada pemerintah.

“Karena kalau tanpa itu, kita jujur nggak sanggup untuk berikan revenue. Sebelumnya, secara unofficial kita sudah bolak-balik (komunikasi) ke pemerintah,” kata Reza.

Pendekatan ini menunjukkan keseriusan XLSmart dalam mengamankan frekuensi yang diinginkan sekaligus mencari solusi win-win solution dengan regulator.

Dalam industri yang sedang tidak sehat, kolaborasi antara operator dan pemerintah menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan layanan telekomunikasi nasional.

Dukungan pemerintah dengan memberikan keringanan pembayaran frekuensi ke depannya bukan hanya permintaan XLSmart, melainkan kebutuhan seluruh industri.

Tanpa insentif yang tepat, investasi besar-besaran untuk pengembangan jaringan 5G dan perluasan jangkauan ke daerah terpencil bisa terhambat.

Masa Depan Telekomunikasi Indonesia di Tangan Spektrum

Pernyataan Komdigi yang menegaskan bahwa frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz menjadi bagian dari yang akan dilepas pemerintah untuk dimanfaatkan industri telekomunikasi setelah lelang frekuensi 1,4 GHz memberikan kepastian bagi seluruh pemain.

Bagi XLSmart, kedua frekuensi ini bukan sekadar aset tambahan, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk bertahan dan berkembang dalam industri yang semakin kompetitif.

Kombinasi 700 MHz untuk jangkauan dan 2,6 GHz untuk kapasitas bisa menjadi senjata ampuh dalam menghadapi persaingan dengan operator lain.

Namun, jalan menuju kepemilikan spektrum ini masih panjang. Selain persaingan dengan operator lain, tantangan regulatory cost dan kondisi industri yang belum pulih sepenuhnya menjadi hambatan serius.

Keberhasilan XLSmart dalam lelang mendatang tidak hanya akan menentukan masa depan perusahaan, tetapi juga berkontribusi pada peta telekomunikasi Indonesia secara keseluruhan.

Dalam ekosistem digital yang semakin terkoneksi, kepemilikan spektrum yang tepat bisa menjadi pembeda antara operator yang sekadar bertahan dan yang benar-benar berkembang.

XLSmart, dengan fokus barunya pada 700 MHz dan 2,6 GHz, sedang berusaha untuk masuk dalam kategori kedua.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU