Selular.id – Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) mengeluarkan peringatan serius bagi pengguna WhatsApp di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Peringatan ini menyoroti modus penipuan baru yang memanfaatkan fitur berbagi layar (share screen) pada aplikasi pesan instan milik Meta tersebut.
Teknik yang disebut phantom hacker scam ini telah merugikan banyak korban di berbagai negara.
FBI menjelaskan bahwa penipu menggunakan rekayasa sosial (social engineering) untuk menjerat korbannya.
Skema biasanya dimulai dengan panggilan telepon atau pesan yang mengatasnamakan institusi perbankan.
Pelaku memberi tahu korban bahwa akun bank mereka sedang diretas dan meminta korban memindahkan dana ke rekening “aman”.
Komunikasi kemudian dialihkan ke panggilan WhatsApp, di mana penipu meminta korban mengaktifkan fitur share screen.
Fitur share screen WhatsApp memungkinkan pengguna membagikan tampilan layar ponsel kepada lawan bicara, baik sebagian aplikasi maupun keseluruhan aktivitas layar.
Ketika diaktifkan, informasi sensitif seperti kata sandi, kode OTP, detail pembayaran, hingga pesan pribadi bisa terlihat jelas oleh pihak lain.
“Cukup satu klik salah, dan mereka bisa melihat segalanya di layar smartphone Anda,” tulis FBI dalam peringatannya yang dikutip dari Forbes.
Dengan akses real-time ke layar korban, penipu dapat memantau seluruh aktivitas ponsel, termasuk mengakses data perbankan.
Mereka kemudian bisa mengambil alih akun, menguras saldo rekening, hingga menyalahgunakan data pribadi korban.
Modus ini semakin berbahaya karena dilakukan secara tersembunyi tanpa korban menyadari bahwa setiap gerakan mereka sedang diawasi.
Baca Juga:
Kasus di Indonesia dan Pengalaman Wali Kota Jakarta Pusat
Modus serupa ternyata sudah terjadi di Indonesia. Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, mengaku pernah mengalami percobaan penipuan melalui WhatsApp.
Dalam video yang diunggah ke akun Instagram pribadinya, Arifin menyebut mendapat panggilan WhatsApp dari seseorang yang mengatasnamakan petugas kecamatan dan meminta aktivasi KTP Digital.
Penipu mencoba mengarahkan Arifin untuk membuka fitur share screen WhatsApp.
Namun, ia tidak menuruti permintaan tersebut dan segera mengingatkan masyarakat agar lebih waspada.
“Jangan pernah memberikan data pribadi maupun akses WhatsApp ke orang yang tidak dikenal. Pastikan setiap informasi resmi hanya melalui kanal pemerintah yang sah,” kata Arifin.
Pengalaman Arifin menunjukkan bahwa modus penipuan ini tidak hanya menyasar masyarakat biasa, tetapi juga pejabat publik.
Kasus ini sekaligus membuktikan bahwa teknik phantom hacker scam telah menyebar hingga ke Indonesia dan perlu diwaspadai oleh semua pengguna WhatsApp.
Mekanisme Penipuan dan Langkah Pencegahan
Modus penipuan share screen WhatsApp beroperasi dengan pola yang terstruktur.
Tahap pertama, penipu menghubungi korban melalui telepon atau pesan singkat dengan identitas palsu sebagai petugas bank atau institusi resmi.
Mereka menciptakan situasi darurat dengan klaim bahwa akun korban sedang dalam bahaya peretasan.
Tahap kedua, korban diarahkan untuk memindahkan dana ke rekening yang diklaim “aman”.
Proses ini biasanya disertai tekanan psikologis agar korban bertindak cepat tanpa berpikir panjang. Penipu kemudian meminta korban beralih ke WhatsApp untuk kelancaran komunikasi.
Tahap ketiga dan paling kritis terjadi di WhatsApp. Penipu meminta korban mengaktifkan fitur share screen dengan alasan untuk memandu proses pengamanan akun.
Begitu fitur ini diaktifkan, penipu mendapatkan akses penuh untuk memantau layar korban secara real-time.
Untuk melindungi diri dari modus ini, pengguna disarankan tidak pernah mengaktifkan fitur share screen saat berkomunikasi dengan pihak yang tidak dikenal.
Selalu verifikasi identitas penelpon melalui saluran resmi sebelum memberikan informasi apapun.
Kenali berbagai modus penipuan WhatsApp yang terus berkembang agar tidak menjadi korban berikutnya.
FBI juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat tentang bahaya social engineering.
Teknik ini mengandalkan manipulasi psikologis rather than technical hacking, membuatnya lebih sulit dideteksi oleh sistem keamanan konvensional.
Masyarakat perlu memahami bahwa institusi resmi tidak akan pernah meminta akses ke perangkat atau informasi sensitif melalui cara-cara yang mencurigakan.
Baca Juga:
Perkembangan modus penipuan digital terus berevolusi seiring dengan kemajuan teknologi.
Fitur-fitur yang sebenarnya dirancang untuk memudahkan komunikasi justru dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan.
Share screen yang awalnya ditujukan untuk kolaborasi kerja atau bantuan teknis, kini menjadi celah keamanan yang perlu diwaspadai.
Pengguna WhatsApp diharapkan lebih kritis terhadap setiap permintaan yang masuk, terutama yang berkaitan dengan data sensitif dan akses perangkat.
Selalu ingat bahwa tidak ada institusi resmi yang akan meminta informasi pribadi atau akses ke perangkat melalui cara-cara yang tidak lazim.
Kewaspadaan dan pemahaman tentang berbagai modus penipuan terbaru menjadi senjata utama melindungi diri dari ancaman digital ini.
Peringatan FBI ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pengguna WhatsApp di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dengan memahami mekanisme penipuan dan langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat lebih waspada dan terhindar dari kerugian finansial maupun penyalahgunaan data pribadi.