Selular.id – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) berhasil mempertahankan kinerja solid di tengah tantangan global sepanjang paruh pertama 2025. Perseroan mencatat pendapatan Rp73,0 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp11,0 triliun. Meski pendapatan turun 3,0% dibanding tahun sebelumnya, Telkom mampu menjaga profitabilitas berkat efisiensi operasional dan penguatan disiplin modal.
Wakil Direktur Utama Telkom, Muhammad Awaluddin, menyampaikan bahwa transformasi strategis perusahaan telah membuahkan hasil optimal. “Kami melanjutkan transformasi untuk menjadi penggerak utama transformasi digital bangsa,” ujarnya dalam Public Expose 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Jumat (12/9).
Awaluddin memaparkan, Telkom mengandalkan empat pilar strategis untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Keempat pilar tersebut meliputi unlocking value terhadap portofolio infrastruktur digital, konsolidasi dan streamlining portofolio bisnis, transisi menjadi entitas strategic holding, serta peningkatan keunggulan operasional dan tata kelola.
Strategi ini sejalan dengan upaya perseroan menjadi World-Class Digital Ecosystem Enabler, visi jangka panjang yang terus diperkuat melalui langkah-langkah terukur. Kehadiran jajaran direksi, termasuk Dewan Komisaris dan Direksi Terbaru Telkom, turut mendukung implementasi transformasi tersebut.
Infranexia dan Potensi Pertumbuhan Fiber
Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji, mengungkapkan bahwa Telkom sedang mempersiapkan bisnis aset fiber melalui Infranexia. Identitas komersial dari InfraCo ini diharapkan dapat menciptakan nilai di masa depan dengan memanfaatkan tingkat utilisasi jaringan fiber yang saat ini baru mencapai 40%.
“Infranexia bukan hanya sebagai aset infrastruktur, tetapi sebagai platform pertumbuhan yang memainkan peran vital dalam rangka fiberisasi Indonesia,” jelas Seno. Langkah ini merupakan bagian dari upaya perseroan mengoptimalkan aset strategis untuk menopang konektivitas digital skala besar.
Baca Juga:
Fokus pada Fixed Mobile Convergence dan Broadband
Di sisi lain, Fixed Mobile Convergence (FMC) menjadi inisiatif transformasi yang dijalankan Telkomsel. Strategi ini fokus pada optimalisasi nilai infrastruktur yang telah dimiliki, dengan penguatan layanan bundling dan cross-selling untuk meningkatkan pengalaman pelanggan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkomsel, Daru Mulyawan, menambahkan bahwa prospek bisnis fixed broadband (FBB) ke depan cukup menjanjikan. “Target kami adalah meningkatkan penetrasi pelanggan FBB yang saat ini masih sekitar 16-17%, dengan fokus pada pelanggan berkualitas,” ujar Daru.
Hingga Juni 2025, Telkomsel telah menambah sekitar 449 ribu pelanggan FBB, dengan total mencapai 10 juta pelanggan. Perseroan menargetkan penambahan 800 ribu hingga 1 juta pelanggan pada tahun ini. Komitmen terhadap layanan berkualitas juga tercermin dari inisiatif seperti kerjasama menyediakan PC Game Pass terjangkau bagi gamer Indonesia.
Selain itu, peluang karir di perseroan terus terbuka lebar, termasuk melalui lowongan kerja untuk posisi Account Manager yang dapat mendukung ekspansi bisnis.
Kinerja Keuangan dan Efisiensi Modal
Direktur Wholesale & International Service Telkom, Honesti Basyir, memaparkan bahwa penurunan pendapatan disebabkan oleh pelemahan makroekonomi dan pergeseran strategis dari volume ke kualitas. Meski demikian, perseroan berhasil mempertahankan margin EBITDA sebesar 49,5% dengan nilai Rp36,1 triliun.
Belanja modal perseroan juga turun menjadi 13% dari total pendapatan, dari sebelumnya 15,5%. Penurunan ini bukan akibat pengurangan investasi, melainkan hasil implementasi efisiensi dan penerapan spesifikasi yang lebih tepat guna tanpa mengorbankan kualitas layanan.
Ke depan, Telkom menargetkan pertumbuhan yang seimbang dengan efisiensi, dengan tetap fokus pada layanan terbaik bagi masyarakat dan nilai optimal bagi pemangku kepentingan. Transformasi yang dijalankan diyakini telah berada pada jalur tepat untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.