Kamis, 9 Oktober 2025
Selular.ID -

OpenAI Garap Film Animasi AI Pertama, Kritikus Khawatir

BACA JUGA

Selular.id – OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, dikabarkan sedang mengembangkan film animasi panjang penuh pertama yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan.

Proyek yang diberi nama Critterz ini akan menampilkan petualangan makhluk hutan dan diharapkan dapat tayang perdana di Festival Film Cannes bulan Mei mendatang.

Laporan eksklusif dari The Wall Street Journal mengungkap bahwa film ini menggunakan teknologi AI generatif untuk menghasilkan footage, meskipun naskahnya tetap ditulis oleh manusia.

Proses pembuatan film ini belum dijelaskan secara detail, namun sumber menyebutkan bahwa seniman manusia akan memberikan gambar masukan ke alat AI untuk menghasilkan adegan.

Pendekatan ini diyakini dapat menekan biaya produksi dan mempercepat waktu pengerjaan. Meski demikian, penggunaan AI dalam pembuatan film masih menuai kontroversi, terutama terkait isu hak cipta dan ancaman terhadap pekerja kreatif.

Industri film Hollywood sendiri sudah mulai menunjukkan resistensi terhadap perkembangan AI. Beberapa studio besar seperti Warner Bros. Discovery, Disney, dan Universal bahkan telah menggugat Midjourney, salah satu alat generasi video AI, dengan tuduhan pelanggaran hak cipta.

OpenAI sendiri bukan tanpa catatan, sebelumnya mereka juga pernah dituding menggunakan gambar bergaya Studio Ghibli tanpa izin dalam pelatihan model AI mereka.

Dampak AI pada Industri Film dan Konten Digital

Kehadiran AI dalam produksi konten, termasuk film, memang menawarkan efisiensi dari segi biaya dan waktu. Namun, banyak yang khawatir bahwa pendekatan ini dapat mengurangi nilai seni dan kreativitas manusia.

Film yang dibuat dengan AI sering kali dianggap memiliki kesan “uncanny valley” atau terasa aneh dan tidak natural, meski outputnya bisa dihasilkan dengan cepat dan murah.

Selain itu, maraknya konten yang dihasilkan AI juga membanjiri ekosistem digital, membuat penonton semakin sulit membedakan mana karya asli manusia dan mana yang dibuat mesin.

Hal ini berpotensi mengubah lanskap industri kreatif, termasuk cara orang menikmati film dan konten visual lainnya. Bagi penggemar film, pengalaman menonton di bioskop mungkin akan sangat berbeda jika mayoritas kontennya dihasilkan oleh algoritma.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa AI telah membuka peluang baru dalam dunia kreatif. Teknologi ini memungkinkan pembuatan konten visual yang sebelumnya membutuhkan sumber daya besar menjadi lebih terjangkau.

Bahkan, perusahaan seperti Amazon juga telah mendukung proyek AI untuk merekonstruksi film Orson Welles yang hilang, meski menuai kritik dari ahli warisnya.

Bagi penikmat film, kemunculan film animasi AI seperti Critterz bisa menjadi penanda era baru. Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah penonton akan menerima karya yang dihasilkan mesin, atau justru lebih menghargai sentuhan manusia. Terlepas dari pro dan kontra, OpenAI tampaknya berkomitmen untuk terus bereksperimen dengan teknologi ini, dan kita mungkin akan melihat lebih banyak film serupa di masa depan.

Perkembangan teknologi AI dalam dunia film juga berpotensi mempengaruhi cara kita mengonsumsi konten. Dengan hadirnya layanan streaming seperti yang ditawarkan Telkomsel melalui IndiHome TV, penonton kini memiliki akses lebih mudah ke berbagai jenis film, baik yang dibuat secara konvensional maupun dengan bantuan AI. Perangkat seperti smartphone dengan layar lengkung juga semakin memudahkan pengalaman menonton, meski tetap harus diimbangi dengan kualitas konten yang baik.

Dengan rencana debut Critterz di Cannes, dunia akan segera melihat sejauh mana AI dapat berkontribusi dalam industri film. Apakah ini akan menjadi awal dari revolusi kreatif, atau justru memicu perlawanan lebih besar dari para pekerja seni, hanya waktu yang akan menjawab.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU