Selular.id – Polemik kuota internet berbatas waktu dinilai mencerminkan lemahnya literasi masyarakat terhadap produk operator telekomunikasi. Menurut Dr. Trubus Rahardiansah, pakar kebijakan publik, masyarakat seringkali tidak detail membaca syarat dan ketentuan sebelum membeli pulsa atau kuota data.
Trubus menjelaskan, operator telekomunikasi telah mematuhi regulasi seperti UU Perlindungan Konsumen dan aturan Komdigi. “Industri telekomunikasi termasuk yang highly regulated, sehingga setiap penjualan paket data sudah diawasi regulator,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Ia menambahkan, operator telah menjelaskan secara rinci masa aktif kuota sebelum produk dijual. Namun, publik kerap tidak memahami ketentuan tersebut. “Ini menunjukkan literasi yang rendah. Perlu sosialisasi lebih intens dari Komdigi dan pelaku industri,” tegas dosen Fakultas Hukum Usakti itu.
Regulasi Sudah Jelas, Tapi Minim Pemahaman
Merujuk Peraturan Menteri tentang penyelenggaraan telekomunikasi, layanan operator memang menggunakan sistem berbatas waktu. Awalnya, internet dihitung per kilobyte dari pulsa utama, yang dinilai kurang efisien. Kini, paket data harian, mingguan, atau bulanan hadir dengan tarif lebih terjangkau.
Trubus meyakini operator selalu transparan soal harga, kuota, dan masa aktif sesuai UU No. 8/1999. “Jika ada pelanggaran, Komdigi pasti sudah menindak,” katanya. Ia mendorong kolaborasi antara regulator, operator, dan lembaga perlindungan konsumen untuk edukasi publik.
Baca Juga:
Evolusi Layanan Data dan Kebutuhan Edukasi
Trubus menekankan, paket data dengan masa berlaku adalah bentuk inovasi untuk efisiensi konsumen. Namun, masyarakat perlu diedukasi memilih kuota sesuai kebutuhan. “Jangan beli paket besar kalau hanya butuh sedikit,” pesannya.
Sebagai solusi, ia menyarankan sosialisasi melalui kanal digital maupun langsung. Masyarakat juga bisa memanfaatkan fitur seperti Google Maps offline atau memilih bundling kuota untuk mengoptimalkan pengeluaran.
Dengan pemahaman yang baik, polemik kuota berbatas waktu diharapkan tidak lagi menjadi sumber kegaduhan di masyarakat.
