Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Kudeta Samsung: Ambisi Huawei dan Xiaomi Akhirnya Dituntaskan Apple

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Huawei pernah menjadi penantang posisi teratas di pasar ponsel global. Setelah membayangi sang penguasa pasar Samsung sejak 2016, vendor yang berbasis di Shenzhen itu, menargetkan dapat menjadi pemain nomor satu pada 2020.

Target itu tidak terlalu muluk. Pasalnya, penjualan Huawei terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan mencapai 200 juta unit pada 2018.

Angka yang terbilang spektakuler. Padahal beberapa tahun sebelumnya, Huawei masih dianggap sebagai “anak bawang”. Pasalnya, pada 2010 penjualan ponsel Huawei baru menyentuh 3 juta unit.

Sayangnya, ambisi yang tinggal selangkah lagi itu menjadi berantakan. Alih-alih mampu mengkudeta Samsung, Huawei kini justru terjerambab.

Imbas keputusan Presiden AS Donald Trump (saat itu), membuat vendor yang identik dengan logo bunga warna merah menyala itu, hanya bisa mengandalkan pasar domestik.

Sanksi AS yang diberlakukan pada pertengahan 2019, telah mencekik pasokan chip yang digunakan dalam ponsel cerdas dan peralatan telekomunikasi khususnya 5G.

Kebijakan pembatasan yang diambil AS karena tuduhan spionase, membuat Huawei tak lagi leluasa memasarkan produknya di pasar global. Hingga kini, meski kembali merajai pasar China, Huawei masih harus puas dengan predikat sebagai ‘jago kandang’.

Pasca Huawei yang meredup, Xiaomi tampil sebagai penantang serius, seiring penerapan sanksi yang membuat Huawei lesu darah.

Malah vendor smartphone yang berbasis di Beijing itu, terlihat begitu bernafsu untuk mengambil ceruk yang ditinggalkan Huawei.

Baca Juga: Smic Tancap Gas Buat Chipset 5 Nanometer Untuk Huawei

Selama ini kita ketahui Xiaomi adalah merek yang berfokus pada anggaran dan kelas menengah. Namun CEO sekaligus pendiri Xiaomi, Lei Jun bertekad untuk menguasai pasar smartphone kelas atas.

Meski harus bersaing dengan dua raksasa, Samsung dan Apple. Tidak main-main, gabungan kedua raksasa itu, menguasai sekitar 80% pangsa pasar.

Dalam sebuah postingan di Weibo, awal Februari 2022, Lei Jun mengatakan pihaknya bertekad menjadi vendor smartphone terbesar di dunia dalam tiga tahun.

Dia mengklaim akan menyaingi produk dan pengalaman Apple (iPhone). Persaingan Xiaomi-Apple di pasar smartphone kelas atas sebagai “perang hidup dan mati”, tambahnya.

Keseriusan Xiaomi terlihat dari perubahan segmentasi dari produk yang ditawarkan. Vendor yang identik dengan warna jingga itu, memutuskan untuk memisahkan brand Xiaomi dengan Redmi.

Kini Redmi menjadi sebuah merek sendiri dan terpisah dari produk-produk Xiaomi. Selain Redmi, Xiaomi mengumumkan sub-brand Pocophone (Poco) yang pada pertengahan 2018.

Dengan pemisahan itu, Redmi akan fokus menggarap pasar yang “value for money” dengan harga berbanding lurus dengan kualitas yang ditawarkan.

Sedangkan Xiaomi mengincar segmen segmen menengah ke atas dan premium. Xiaomi mungkin akan bersinggungan dengan Pocophone yang menyasar pasar sama.

Dua tahun setelah target tinggi ditetapkan, Lei Jun akhirnya menyadari Apple masih terlalu digdaya. Alih-alih mengejar Apple dan Samsung, kinerja Xiaomi juga kedodoran.

Keterbatasan pasokan chip, imbas covid-19, membuat posisi Xiaomi malah justru tercecer. Pada Q2-2023, Xiaomi kembali turun peringkat.

Laporan lembaga riset pasar Counterpoint, top five vendor smartphone pada Q2-2023, tidak berubah. Samsung masih menjadi penguasa pasar ponsel global dengan market share 22%. Disusul Apple (17%), Xiaomi (12%), Oppo (10%), dan Vivo (8%).

Padahal pada kuartal kedua 2021, Xiaomi pernah mencapai kinerja yang mentereng. Untuk pertama kalinya Xiaomi berhasil melompati Apple dari segi penjualan.

Dalam catatan Canalys, pengiriman ponsel Xiaomi mengalami peningkatan 83% secara year-on-year dalam kuartal ini. Selain itu juga mendapatkan 17% pangsa pasar global.

Sementara untuk peringkat nomor satu diduduki Samsung. Raksasa teknologi asal Korea Selatan itu memiliki 19% pangsa pasar global.

Produsen iPhone, Apple berada di belakang Xiaomi dengan 14%. Sedangkan perusahaan asal China lain, Oppo dan Vivo berada di peringkat ke-empat dan lima dengan 10%.

Kebangkitan Apple di Tengah Merosotnya Permintaan di China

 

Di tengah kegagalan Huawei dan Xiaomi menggusur Samsung di posisi teratas, dunia dibuat terkejut dengan pencapaian Apple.

Untuk diketahui, permintaan ponsel di pasar global masih belum pulih. Laporan IDC menyebutkan, penjualan ponsel sepanjang tahun lalu hanya mencapai 1,142 miliar. Jumlah ini bahkan disebut-sebut jadi yang paling buruk dalam 11 tahun terakhir.

Di tengah permintaan yang terus menurun, Apple menjadi produsen ponsel pintar terbesar di dunia pada 2023, dalam hal volume, melampaui Samsung. Keberhasilan Apple itu, sekaligus mengakhiri rekor Samsung selama 12 tahun berturut-turut.

Kesuksesan Apple sebagian besar didorong oleh semakin banyaknya konsumen yang memutuskan untuk membeli model kelas atas, berapa pun harganya, karena daya tahan dan fiturnya. Alhasil, Apple mampu mencetak angka penjualan yang konsisten pada pasar globalnya.

Sebaliknya, pada tahun lalu Samsung lebih fokus pada pasar kelas menengah dan atas, karena tertarik dengan peningkatan profitabilitas. Raksasa Korea itu, kehilangan pangsa pasarnya di kelas bawah.

Dengan meningkatnya persaingan dari produsen ponsel pintar kelas bawah Tiongkok seperti Xiaomi, Oppo, dan Transsion, yang telah berhasil merebut pangsa terbesar pasar ponsel pintar Afrika, Samsung mungkin akan kesulitan mendapatkan kembali pangsa pasarnya yang hilang.

Menurut kelompok riset IDC, Apple mengklaim pangsa pasar sebesar 20,1% pada 2023 dalam hal pengiriman, dengan Samsung sebesar 19,4% dan Xiaomi sebesar 12,5%. Oppo memiliki pangsa pasar 8,8% dan Transsion memiliki 8,1%.

Meski mampu mengkudeta Samsung sebagai vendor ponsel nomor wahid, Apple sesungguhnya berada dalam posisi yang riskan.

Pasalnya, vendor yang berbasis di Cupertino – California itu, mengalami penurunan permintaan di pasar utamanya,  China.

Tak tanggung-tanggung, analis Jefferies memperkirakan bahwa penjualan iPhone di Tiongkok pada minggu terakhir bulan Desember anjlok sebanyak 30% dibandingkan tahun lalu.

Hal ini terutama disebabkan oleh merek lain seperti Huawei dan Xiaomi yang menghadirkan produk yang semakin kompetitif dan penuh fitur.

Tiongkok secara tradisional merupakan pusat iPhone yang besar, dan perusahaan tersebut juga memiliki pabrik terbesar di sana.

Namun, masalah ketenagakerjaan, undang-undang perdagangan Tiongkok, dan ketegangan AS-Tiongkok telah meningkat secara signifikan selama bertahun-tahun, menyebabkan Apple menghadapi sejumlah masalah rantai pasokan dan produksi.

Hal ini menyebabkan pabrikan tersebut kini dilaporkan mempertimbangkan pusat produksi lain, seperti India, khususnya Tamil Nadu dan Karnataka, sebagai bagian dari pergeseran strategis dan manufaktur yang lebih luas.

Alhasil, sejak beberapa tahun terakhir, Apple semakin menggenjot produksi di India. Dimulai dari varian termurah, seperti SE dan XR, kini Apple mulai mempercayakan produksi varian terbaru di India,  yaitu iPhone 14s, bukan di China, meski beberapa model dan produk lain masih dibuat di China.

Baca Juga:Dua Tanda Melemahnya Samsung: Merosotnya Penjualan dan Mahkota yang Lepas Ke Tangan Apple

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU