JAKARTA, SELULAR.ID – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut jika 42 persen warga Indonesia percaya dengan hoaks Pemilu.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi saat mengumumkan narasi Pemilu Damai 2024.
Narasi Pemilu Damai 2024 ini Kominfo lakukan dalam upaya pencegahan hoaks yang tersebar di Pemilu 2024 maupun Pilpres 2024 mendatang.
“Narasi Pemilu Damai 2024 berfokus pada pesan untuk menggunakan hak memilih dan dipilih, menjadi pemilih cerdas, dan menjaga ruang digital agar tetap sehat dan kondusif,” ungkap Menkominfo, dikutip dari siaran pers, Senin (11/12/2023).
TONTON JUGA:
Budi Arie menilai, kekacauan informasi menjadi tantangan tersendiri selama memasuki rangkaian Pemilu 2024.
Bahkan data Kominfo menyebut kalau 42 persen orang Indonesia gampang percaya soal hoaks Pemilu.
Baca juga: Belum Ada Kejelasan Terkait Dugaan Data DPT Pemilu 2024 yang Bocor
“Dapat berbentuk misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Dengan 42 persen publik Indonesia percaya disinformasi seputar Pemilu,” imbuhnya.
Apabila tidak dicegah, Budi Arie menyebut kalau kekacauan informasi dapat menghasilkan polarisasi.
Kepercayaan publik pada demokrasi pun bisa ikut surut, baik dalam penyelenggaraan maupun kepada institusi penyelenggara.
Ia kemudian bercerita soal efek hoaks Pemilu yang terjadi di Amerika Serikat pada 2022 lalu.
Informasi palsu soal kecurangan Pemilu AS itu mengakibatkan publik pesimis pada demokrasi.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Di Malaysia, lanjut Budi Arie, keberadaan pasukan siber berbasis politik identitas justru memperkuat polarisasi berbasis agama dan etnis.
Penyebaran narasi politik identitas di India turut menurunkan kepercayaan antar pemeluk agama di negeri Bollywood tersebut.
“Belajar dari pelaksanaan Pemilu di sejumlah negara, tantangan tersebut memiliki dampak signifikan pada kualitas demokrasi dan penyelenggaraan Pemilu,” paparnya.
Maka dari itu, Budi Arie mengajak seluruh masyarakat Indonesia meningkatkan literasi digital.
Dengan demikian publik bakal lebih kritis apabila hoaks mulai tersebar di internet.
“Demi indonesia cerdas memilih ini, saya mengajak seluruh masyarakat indonesia untuk bersama-sama meningkatkan literasi digital, dan tidak begitu saja percaya, apalagi menyebarkan hoaks,” tandasnya.
Baca juga: Revisi UU ITE Bisa Pidanakan Perusahaan Pinjol hingga Debt Collector