Jakarta, Selular.ID – Indonesia dan India resmi memperkenalkan layanan 5G. Indonesia lebih dulu meluncurkan 5G pada 27 Mei 2021.
Sedangkan layanan 5G pertama kali diluncurkan di India oleh Perdana Menteri Narendra Modi pada 1 Oktober 2022.
Meski telat dibandingkan Indonesia, penetrasi 5G berangsur-angsur di India terus berkembang. Sesuai keputusan pemerintah, Bharti Airtel dan Reliance Jio menjadi dua operator telekomunikasi yang menawarkan jaringan 5G di negara tersebut.
Pada fase peluncuran awal, layanan 5G tersedia di kota-kota tertentu seperti Ahmedabad, Bengaluru, Chennai, Varanasi, Chandigarh, dan Delhi. Seiring waktu, layanan ini diperluas ke wilayah lain di negara ini.
Untuk memperluas coverage baru-baru ini, Jio mengumumkan layanan 5G di Gwalior, Jabalpur, Ludhiana, dan Siliguri, menjadikan jumlah total kota Jio True 5G menjadi 72 kota.
Sejak komersialiasasi layanan 5G, India telah mengalami lonjakan peluncuran ponsel pintar 5G. Dipicu oleh respon pengguna yang ingin mencoba layanan 5G pada perangkat mereka.
Tercatat, sebanyak 96 model 5G telah diluncurkan sepanjang tahun ini, dipimpin oleh Samsung dan Vivo. Jumlah itu menambah 100 model 5G yang diluncurkan pada 2022. Hal ini kontras dengan penurunan tajam dalam total peluncuran ponsel cerdas tahun ini.
Merek smartphone meluncurkan total 151 model sejak Januari. Jumlah ini tertinggal dari lebih dari 181 model yang diluncurkan pada periode yang sama tahun lalu, yang akhirnya menyentuh 203 model pada akhir Desember, menurut penelitian ET (Ecnomic Times) India.
“Tahun lalu, banyak merek meluncurkan perangkat 5G hanya untuk menjadi yang terdepan. Kekurangan chipset 5G juga menghalangi merek untuk meluncurkan terlalu banyak model, dan jika mereka meluncurkannya dengan harga terjangkau, akan ada kompromi seperti layar LCD dibandingkan layar OLED berkualitas tinggi,” kata Shilpi Jain, senior Counterpoint Research.
Baca Juga: Penjualan Transsion Group Meningkat Di Saat Permintaan Smartphone Melemah
“Pada akhir tahun ini, ketika layanan 5G mulai diluncurkan, preferensi konsumen beralih ke dukungan 5G karena sebagian besar pengguna kini ingin menggunakan perangkat lebih lama,” tambahnya.
Perusahaan riset tersebut mengadakan survei pada tahun 2023 terhadap pengguna dan pengecer yang menemukan bahwa dukungan 5G adalah prioritas pertama di kalangan pelanggan ketika ingin membeli ponsel pintar baru. Tahun lalu, dukungan 5G masuk dalam tiga besar dalam survei serupa.
Pembuat peralatan telekomunikasi Swedia Ericsson, dalam laporan barunya pada Selasa (3/10), mengatakan India diperkirakan akan melihat 31 juta pengguna beralih ke perangkat 5G pada 2023, dengan setengah dari mereka ingin membayar kurang dari Rs 20.000 untuk handset 5G.
Berbeda dengan India, di Indonesia penjualan smartphone 5G justru menyusut. Sesuai laporan IDC, pasar ponsel di tanah air mengalami penurunan selama delapan kuartal berturut-turut hingga tahun 2023.
Walaupun demikian, IDC menyebutkan bahwa secara musiman mengalami peningkatan sebesar 13% quarter-over-quarter (QoQ), yakni 8,9 juta unit.
Menurut laporan IDC, Rabu (6/9/2023), pertumbuhan di segmen entry level membuat penurunan year-over-year (YoY) menjadi satu digit, karena sebagian besar pemain utama meningkatkan pengiriman mereka di sektor ini.
Alhasil, pangsa pasar smartphone 4G kembali naik menjadi 86% dari yang semula hanya 82% pada kuartal sebelumnya. Sedangkan smartphone 5G mengalami penurunan sebesar 4,3% YoY untuk pertama kalinya sejak kemunculannya pada 2020.
Menyusutnya permintaan smartphone 5G saat ini terbilang kontras jika dibandingkan tahun lalu. Sesuai laporan Counterpoint, pengiriman smartphone dengan fitur 5G mengalami peningkatkan sepanjang 2022 didorong kesadaran masyarakat terhadap kehadiran teknologi super cepat tersebut.
Tercatat, smartphone 5G di kelas menengah, dengan harga Rp3 juta – Rp6 juta, mengalami pertumbuhan pengiriman tertinggi dibandingkan dengan kelas lainnya.
Menurut Counterpoint, pada 2022, pengiriman ponsel 5G Indonesia tumbuh 62,2 persen year on year/YoY. Smartphone 5G dalam rentang harga Rp3 juta – Rp6 juta tumbuh lebih tinggi daripada rentang harga lainnya sebesar 76,3 persen YoY.
Menyusutnya penjualan smartphone 5G di Indonesia, tak lepas dari memudarnya animo pengguna. Saat peluncuran 5G, pengguna berharap dapat menikmati layanan yang berbeda dibandingkan 4G. Namun seiring berjalannya waktu, tak ada aplikasi killer yang mengiringi layanan 5G.
Di sisi lain, keterbatasan frekwensi, mahalnya investasi, dan belum adanya use case terbaik, membuat operator selular tak terlalu bernafsu dalam menggelar layanan 5G.
Itu sebabnya, coverage 5G masih terbatas di hanya kota-kota tertentu di Indonesia. Alhasil, minat pengguna beralih ke smartphone 5G, tak lagi sebesar pada 2022.
Baca Juga: Bukan Indonesia, Inilah Negara Dengan Tingkat Kecanduan Smartphone Tertinggi