Selular.ID – Kursi sebagai CEO Twitter memang terbilang panas bagi siapa pun yang menduduki. Linda Yaccarino kini mengalami hal yang sama.
Seperti diketahui, Linda yang merupakan mantan kepala periklanan NBC Universal (NBCU), didapuk sebagai CEO Twitter pada 12 Mei 2023.
Ia menempati posisi tersebut pasca Parag Agrawal dipecat oleh Elon Musk, tak lama setelah miliarder pemilik Space X dan Tesla itu, mengakuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau setara dengan Rp682,5 triliun sebulan sebelumnya.
Linda ditunjuk karena perusahaan tengah berusaha membalikkan penurunan pendapatan iklan dan beban utang yang besar.
Perempuan kelahiran 27 November 1963 itu, sebelumnya menghabiskan beberapa tahun memodernisasi bisnis periklanan di NBC Universal, yang dimiliki oleh Comcast Corp.
Baru dua bulan setelah menjadi kepala eksekutif, Linda menghadapi tantangan yang tak ringan. Pasalnya, pesaing terdekat Twitter, Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, meluncurkan Thread (6/7/2023).
Threads adalah aplikasi yang sangat menyerupai Twitter. Karena kemiripannya, Twitter membuat Elon Musk, mengancam akan menggugat Meta.
Baca Juga: Tweet Elon Musk Sindir Aplikasi Threads?
Threads dituding menjiplak platform raksasa burung biru yang sudah lebih dulu ada. Twitter menduga, Meta telah melakukan pencurian rahasia bisnis dan kekayaan intelektual dalam pengoperasian Threads.
Musk dan para petinggi Twitter bertambah kesal. Pasalnya, Threads berhasil menarik hampir 100 juta pelanggan dalam waktu kurang dari seminggu.
Musk bahkan menantang Mark Zukerberg, pendiri Meta. Ia mengajak Mark Zuckerberg untuk duel keperkasaan, memilih penis terbesar.
“Saya mengusulkan sebuah kontes mengukur penis secara, harfiah,” cuitan Elon Musk mengejek bos Meta, dikutip The Verge, Selasa (11/7).
Di sisi lain, Linda Yaccarino mencoba bersikap tenang. Meski demikan, Linda menyangkal laporan bahwa kesuksesan awal Threads menyebabkan lalu lintas Twitter menurun tajam.
Seperti dilaporkan laman media teknologi TechCrunch, Yaccarino berusaha menunjukkan dirinya tidak khawatir. Namun awal minggu ini pengguna Twitter melaporkan tautan ke situs web Threads.net diblokir dalam pencarian Twitter.
Akibatnya, pengguna Twitter kesulitan menemukan percakapan dan profil pengguna tertentu di Threads. Berupaya meyakinkan pengiklan bahwa ada hal-hal yang menarik di Twitter, Yaccarino mengirimkan tweet yang menyatakan lalu lintas platform meningkat.
“Tidak ingin membuat Anda tergantung pada Threads. Tetapi Twitter, Anda benar-benar mengalahkan diri Anda sendiri! Minggu lalu kami memiliki hari penggunaan terbesar kami sejak Februari. Hanya ada SATU Twitter. Anda tahu itu. Saya tahu itu,” cuit Linda (11/7).
Baca Juga: Elon Musk Serius Menggugat Meta Karena Threads: Boleh Bersaing
Cuitan Linda itu, berbeda dengan tweet dari salah satu pendiri & CEO Cloudflare, Matthew Prince, yang menunjukkan penurunan lalu lintas untuk Twitter.
“kemacetan lalu lintas twitter”, cuit Matthew singkat.
Cuitan Matthew tersebut diperkuat dengan data analitik dari Similarweb yang melaporkan lalu lintas web untuk Twitter turun 5% selama dua hari pertama Threads tersedia untuk umum.
Penurunan itu didasarkan pada lalu lintas web yang dihasilkan oleh Twitter pada minggu sebelumnya. Dari tahun ke tahun, selama dua hari pertama ketersediaan Threads, lalu lintas web Twitter telah anjlok 11%.
Penurunan trafik akibat kehadiran Thread, jelas merupakan tantangan yang tak ringan bagi Linda. Apalagi secara fundamental, kinerja keuangan Twitter tidak sedang baik-baik saja.
Tengok saja laporan yang dimuat The Wall Street Journal (WSJ). Media ekonomi terkemuka AS itu, mengutip pengakuan sumber, mewartakan bahwa pendapatan Twitter turun 40% secara tahunan (yoy) untuk Desember tahun lalu.
Banyak pengiklan yang memilih pergi dari platform tersebut pasca pengambilalihan oleh Elon Musk. Bloomberg News, mengungkapkan dari September hingga Oktober 2022, pengiklan teratas di Twitter menghabiskan dananya sebesar US$ 71 juta untuk iklan. Namun, selama dua bulan berikutnya, angka tersebut anjlok menjadi US$ 7,6 juta atau turun signifikan hingga 89%.
Twitter sendiri membukukan kerugian bersih dalam delapan dari 10 tahun, sejak periode 2012 hingga 2021. Raksasa media sosial yang didirikan oleh Jack Dorsey itu, belum membukukan laba tahunan sejak 2019.