Selular.ID – Saham Zoom Video Communications telah jatuh sekitar 90% dari puncak pandemi pada Oktober 2020. Kini perusahaan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan dunia pasca-COVID.
Reuters melaporkan, saham Zoom turun hampir 10% pada hari Selasa setelah perusahaan memangkas perkiraan penjualan tahunan dan membukukan pertumbuhan kuartalan paling lambat, mendorong setidaknya enam broker untuk memangkas target harga mereka.
Zoom yang meraih popularitas saat merebaknya pandemi karena memiliki layanan konferensi video, sedang mencoba untuk menemukan kembali keunggulannya.
Perusahaan berfokus pada bisnis, dengan produk-produk seperti layanan panggilan cloud Zoom Phone dan hosting konferensi yang menawarkan Ruang Zoom.
Meski demikian, analis menilai setiap perubahan dalam bisnis masih memerlukan pembuktian dalam beberapa kuartal lagi.
Baca Juga: Ini Inovasi Terbaru Zoom Bagi Penggunanya
Pasalnya, pertumbuhan unit online andalannya melambat. Zoom juga terlibat persaingan ketat dengan pemain sejenis, seperti Microsoft Team, Cisco Webex dan Salesforce Slack.
“Zoom memiliki kelemahan mendasar – perlu menghabiskan banyak uang untuk mempertahankan pangsa pasar. Pengeluaran untuk mempertahankan, alih-alih tumbuh, pangsa pasar tidak pernah menjadi tempat yang baik dan merupakan tanda masalah di depan”, kata Sophie Lund-Yates, analis ekuitas Hargreaves Lansdown.
Beban operasional perusahaan melonjak 56% pada kuartal ketiga karena lebih banyak dihabiskan untuk pengembangan produk dan pemasaran. Margin operasi yang disesuaikan menyusut menjadi 34,6% dari 39,1% di tahun sebelumnya.
Beberapa broker percaya akuisisi dapat membantu menghidupkan kembali pertumbuhan Zoom, tetapi Chief Executive Eric Yuan mengatakan pada panggilan pasca-pendapatan bahwa ia terus melihat pengawasan kesepakatan yang meningkat untuk bisnis baru.
“Permainan ini belum berakhir bagi mereka tetapi tanpa akuisisi ini adalah jalan multi-tahun untuk kembali ke pertumbuhan yang lebih tinggi,” kata analis Needham & Co Ryan Koontz.
Anjloknya harga saham Zoom, tak lepas dari menurunnya kinerja perusahaan pada Q3-2022. Tercatat, laba bersih turun menjadi $48,4 juta, atau 16 sen per saham, dari $340,4 juta, atau $1,11 per saham, setahun yang lalu.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan periode-periode sebelumnya. Tengok saja pada kuartal I-2021, pendapatan Zoom meroket US$ 956 juta atau Rp 13,8 triliun (kurs Rp 14.499.US$). Nilai tersebut meningkat 191% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Baca Juga: Memasuki Era Kolaborasi, Zoom Dukung Semua Segmen Industri Untuk Gaya Kerja Fleksibel
Pendapatan Zoom meningkat pesat sejak pandemi virus corona Covid-19 berlangsung. Sepanjang 2021, korporasi mampu mengantongi pendapatan hingga sebesar US$ 2,6 miliar.
Kondisi tersebut terjadi lantaran banyak masyarakat yang terpaksa bekerja dan belajar dari rumah. Mereka pun harus menggunakan konferensi video untuk berkomunikasi secara jarak jauh.