
Jakarta, Selular.ID – Di dunia yang serba terkoneksi saat ini, pertanyaannya tidak lagi apakah Anda akan diserang – tapi kapan. Penyerang cyber menunjukkan perubahan dramatis dalam modus serangan, dengan menyusup ke jaringan dan menghindari deteksi dengan membajak infrastruktur perusahaan.
“Penyerang telah meningkatkan permainan mereka dengan mengelabui perusahaan-perusahaan agar menginfeksi diri sendiri melalui pembaruan software yang terifeksi Trojan dan mendapatkan akses penuh ke jaringan perusahaan bahkan tanpa harus memaksa masuk,” kata Subhendu Sahu, Senior Director ASEAN Channels Symantec.
Bahkan, ia menambahkan, “Hampir tidak ada perusahaan, baik besar maupun kecil, yang kebal terhadap serangan terarah.” Di Indonesia sendiri, 60 persen UKM dengan karyawan kurang dari 250 orang menjadi sasaran serangan phishing dan diperkirakan terdapat 4.000 serangan ransomware pada tahun 2014.
Pelaku kejahatan dunia maya terus bereksperimen dengan metode-metode serangan baru di perangkat mobile dan jaringan sosial untuk menjangkau lebih banyak orang. Saat ini, Indonesia berada di posisi 13 tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) untuk penipuan melalui media sosial.
Yang menarik, sebagian besar penipuan tersebut, hampir 87 persen, disebar secara manual di mana penyerang memanfaatkan kepercayaan yang dimiliki oleh korban terhadap konten yang dibagi oleh teman-teman mereka. (bda)