Senin, 29 Desember 2025
Selular.ID -

YouTuber Bongkar Isi HP Android Korea Utara, Penuh Sensor dan Propaganda

BACA JUGA

Selular.id – Seorang YouTuber teknologi ternama, Arun Maini dari kanal Mrwhosetheboss, membongkar isi dua ponsel Android yang diselundupkan dari Korea Utara.

Eksperimennya mengungkap perangkat yang lebih berfungsi sebagai alat pengawasan negara ketimbang alat komunikasi pribadi, dengan pembatasan internet ekstrem, sensor ketat, dan aplikasi yang dipenuhi konten propaganda.

Dalam video berjudul “Testing North Korea’s illegal smartphones”, Maini menjajal dua model ponsel.

Satu merupakan ponsel kelas bawah, sementara satunya lagi adalah model flagship yang secara mengejutkan diberi nama “Samtaesung 8”.

Nama tersebut jelas merupakan tiruan dari raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung.

Ponsel-ponsel ini, menurut Maini, tidak layak disebut sebagai perangkat komunikasi konvensional.

Fitur paling mencolok dari kedua perangkat tersebut adalah pemblokiran total terhadap internet global.

Ponsel-ponsel itu bahkan tidak memiliki opsi Wi-Fi yang berfungsi normal. Untuk mengakses jaringan, pengguna harus membuka aplikasi khusus bernama “Mirae” dan terlebih dahulu memasukkan identitas pribadi mereka.

Proses ini hanya membuka akses ke intranet tertutup milik negara, yang berisi situs-situs resmi dan konten-konten yang telah disetujui pemerintah.

Layanan populer seperti Google, media sosial, dan aplikasi pesan instan sama sekali tidak dapat diakses.

Sistem operasi yang berjalan di ponsel tersebut tampaknya adalah Android 10 atau 11, versi yang sudah tergolong lawas.

Namun, yang lebih mengejutkan bukan usia OS-nya, melainkan ekosistem aplikasi di dalamnya.

Hampir semua aplikasi inti, mulai dari browser, kalender, kamera, hingga pemutar musik, adalah buatan lokal Korea Utara dan berfungsi sebagai sarana propaganda.

Banyak dari aplikasi ini tidak dapat menjalankan fungsi dasarnya dengan baik dan justru lebih banyak menampilkan informasi tentang pemimpin negara serta ideologi Juche.

Kontrol yang diterapkan sangat menyeluruh. Ponsel tidak memungkinkan instalasi aplikasi dari sumber pihak ketiga, mengunci pengguna sepenuhnya dalam lingkungan digital yang telah dikurasi negara.

Pendekatan ini kontras dengan kebijakan di platform seperti Play Store milik Google, yang meski memiliki aturan, masih memberikan kebebasan relatif kepada pengembang dan pengguna.

Ekosistem Tertutup dan Tiruan Perangkat Global

Penamaan “Samtaesung 8” pada model flagship yang diuji memperlihatkan praktik lain yang menarik.

Korea Utara diketahui memiliki beberapa merek ponsel lokal, seperti yang pernah diulas dalam artikel 10 Merek HP Korea Utara yang Jarang Diketahui Publik.

Namun, penggunaan nama yang mirip dengan merek global terkenal menunjukkan adanya upaya untuk memberikan kesan kemajuan teknologi, meski dalam ekosistem yang sangat terisolasi.

Isolasi teknologi ini adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas. Negara tersebut menjaga ketat aliran informasi dari dan ke luar negeri.

Ponsel, dalam konteks ini, bukan sekadar gadget, melainkan perpanjangan tangan pemerintah dalam mengawasi dan membimbing setiap aspek kehidupan digital warganya.

Setiap aktivitas online dapat dilacak melalui aplikasi “Mirae” yang mewajibkan login dengan identitas resmi.

Kondisi ini sangat berbeda dengan dinamika industri smartphone di negara lain, di mana persaingan dan inovasi terbuka mendorong perkembangan pesat.

Perusahaan seperti Samsung, misalnya, terus menyesuaikan strategi produksi globalnya, termasuk memindahkan pabrik dari China ke negara seperti India, seperti yang dibahas dalam analisis mengenai ekspansi pabrik ponsel Samsung.

Sementara itu, industri telekomunikasi Korea Utara berjalan di jalur yang sama sekali terpisah, berfokus pada kedaulatan dan kontrol ketat atas informasi.

Eksperimen Arun Maini ini memberikan secercah gambaran nyata tentang bagaimana teknologi dimanfaatkan dalam masyarakat yang sangat terkendali.

Ponsel Android, yang di sebagian besar dunia adalah simbol konektivitas dan kebebasan informasi, diubah menjadi perangkat yang fungsinya justru membatasi.

Pembongkaran ini mengonfirmasi laporan-laporan sebelumnya tentang sifat tertutup dan sangat diawasi dari jaringan komunikasi di Korea Utara.

Ke depan, selama kebijakan isolasi dan kontrol informasi tetap berlaku, kecil kemungkinan akan ada perubahan signifikan pada perangkat mobile yang digunakan warga Korea Utara.

Perkembangan teknologi di sana akan terus berjalan paralel, menciptakan realitas digital alternatif yang sepenuhnya terpisah dari internet global, dengan perangkat seperti “Samtaesung 8” sebagai simbolnya.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU