Rabu, 10 Desember 2025
Selular.ID -

TikTok Luncurkan Shared Feed dan Collections, Instagram yang Ditiru?

BACA JUGA

Selular.id – TikTok secara resmi mengumumkan peluncuran dua fitur baru yang bertujuan memperkuat interaksi sosial di platformnya: Shared Feed dan Shared Collections.

Kedua fitur ini memungkinkan pengguna menonton dan mengorganisir konten secara kolaboratif dengan teman, menandai pergeseran strategi dari pengalaman personal ke arah yang lebih komunal.

Fitur Shared Collections telah tersedia global untuk pengguna berusia di atas 16 tahun, sementara Shared Feed akan diluncurkan dalam beberapa bulan ke depan.

Peluncuran ini menarik perhatian karena konsepnya mengingatkan pada fitur serupa yang telah ada di platform seperti Instagram.

Namun, TikTok membawa pendekatan baru dengan mengandalkan kekuatan algoritme rekomendasinya untuk mengkurasi konten yang dibagikan.

Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap kejenuhan pengalaman media sosial yang terisolasi dan meningkatnya persaingan dari platform lain yang menawarkan alat kolaborasi.

Dalam pengumumannya, TikTok menyebut Shared Feed sebagai “cara baru untuk menemukan konten bersama.”

Fitur ini memungkinkan pengguna mengundang kontak melalui pesan langsung untuk bergabung dalam sebuah umpan bersama.

Feed tersebut akan menampilkan 15 video yang dikurasi setiap hari berdasarkan aktivitas menonton dari semua anggota grup.

Partisipasi bersifat sukarela dan pengguna dapat meninggalkan obrolan kapan saja.

Sementara itu, Shared Collections berfungsi sebagai fitur “simpan” yang dikolaborasikan.

Pengguna dapat membuat daftar berdasarkan tema tertentu—seperti rekomendasi restoran, resep masakan, atau review produk—lalu mengundang teman untuk melihat dan menambahkan video ke dalam koleksi tersebut.

Syaratnya, pengguna yang diajak berbagi harus saling mengikuti. Fitur ini secara langsung mengakomodasi tren belanja sosial (social commerce) yang sedang berkembang pesat.

Strategi Baru untuk Memperdalam Engagement

Analisis terhadap peluncuran kedua fitur ini menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya sekadar menambah fungsi baru, tetapi sedang melakukan penyesuaian strategis yang mendalam.

Selama ini, kekuatan utama TikTok terletak pada algoritme rekomendasi konten yang sangat personal untuk setiap individu.

Dengan Shared Feed, platform tersebut berusaha menciptakan “ritual sosial” baru di mana pengguna memiliki alasan untuk tetap berada di dalam aplikasi lebih lama, bersama dengan lingkaran sosial mereka.

Ini merupakan strategi retensi yang cerdas. Alih-alih hanya men-scroll timeline sendirian, pengguna diajak untuk memiliki semacam “klub menonton” virtual.

Tantangan terbesarnya adalah apakah algoritme TikTok mampu merekomendasikan 15 video yang relevan dan disukai oleh sekelompok orang dengan selera yang mungkin berbeda-beda.

Keberhasilan fitur ini akan sangat bergantung pada kemampuan platform menyelaraskan kecanggihan algoritme dengan dinamika sosial penggunanya.

Di sisi lain, Shared Collections memiliki potensi besar di luar sekadar berbagi minat. Fitur ini dapat menjadi alat yang powerful untuk affiliate marketing dan iklan terintegrasi.

Bayangkan sebuah koleksi berisi “Produk Kecantikan Terbaik 2025” yang dibuat oleh seorang kreator konten dan diisi bersama oleh pengikutnya.

Ini menciptakan ruang diskusi dan rekomendasi yang organik, sekaligus menjadi saluran promosi yang halus.

Dinamika Persaingan dan Adaptasi Silang Fitur

Pertanyaan klasik “siapa meniru siapa” kembali mencuat dengan peluncuran fitur ini.

Selama beberapa tahun terakhir, Instagram sering dikritik karena mengadopsi berbagai fitur populer dari TikTok, seperti Reels.

Namun, kali ini roda tampaknya berputar ke arah yang berbeda. Konsep feed bersama atau koleksi yang dapat dikurasi bersama memang bukan hal baru di jagat media sosial.

Yang membedakan adalah kontekstualisasinya. TikTok membawa ide tersebut ke dalam ekosistemnya yang didorong oleh video pendek, tren viral, dan algoritme yang responsif.

Shared Feed TikTok dijanjikan akan lebih dinamis dan dipersonalisasi oleh mesin rekomendasi, berbeda dengan pendekatan yang mungkin lebih statis di platform lain.

Ini menunjukkan fase matang di mana platform media sosial saling mengadopsi dan menyaring fitur terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin kompleks.

Persaingan ketat, terutama dengan YouTube Shorts yang terus memperbarui editor videonya, mendorong TikTok untuk tidak hanya berinovasi dalam hal pembuatan konten, tetapi juga dalam cara konten tersebut dikonsumsi dan dibagikan.

Fitur-fitur baru ini juga sejalan dengan upaya TikTok untuk meningkatkan kredibilitas dan keteraturan konten di platformnya, membuat ledakan video yang ada lebih mudah dikelola dan dibagikan dalam lingkaran sosial yang terpercaya.

Peluncuran Shared Feed dan Collections bukanlah satu-satunya inovasi yang sedang diuji TikTok.

Platform tersebut diketahui terus bereksperimen, termasuk dengan kemungkinan meluncurkan layanan berbagi foto bernama TikTok Photos untuk bersaing lebih langsung di ranah gambar diam.

Eksperimen ini, bersama dengan fitur-fitur lain seperti pengingat untuk tidur atau yang membatasi aktivitas stalk, menunjukkan komitmen TikTok untuk merangkul berbagai aspek pengalaman digital pengguna.

Pada akhirnya, dalam persaingan sengit antar platform media sosial, pengguna seringkali menjadi pihak yang diuntungkan.

Persaingan memaksa setiap pemain untuk terus berinovasi dan mengadaptasi fitur-fitur yang dinilai bermanfaat.

Keberhasilan Shared Feed dan Shared Collections akan diuji langsung oleh para pengguna TikTok global.

Apakah fitur kolaboratif ini akan menjadi ritual baru atau sekadar tambahan yang kurang digunakan, hanya waktu yang akan menjawab.

Yang pasti, langkah ini menegaskan bahwa TikTok serius untuk memperdalam interaksi sosial di dalam aplikasinya, melampaui sekadar hubungan satu arah antara kreator dan penonton.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU