Selular.ID – Bayangkan Anda sedang mempersiapkan pesta besar, namun tiba-tiba pemasok bahan utama terpercaya—yang juga keluarga sendiri—menolak memenuhi pesanan.
Apa yang Anda lakukan? Berlari ke pesaing. Itulah analogi sederhana dari drama internal yang sedang dialami Samsung Electronics, di mana divisi ponselnya (MX) terpaksa mencari suaka ke perusahaan semikonduktor AS, Micron, untuk mengamankan masa depan Galaxy S26 Series.
Ini bukan sekadar negosiasi bisnis biasa, melainkan langkah darurat yang mengungkap retakan dalam tembok kokoh konglomerat raksasa Korea Selatan itu.
Latar belakangnya adalah gejolak pasar yang tak terduga: AI Bubble.
Fenomena ledakan permintaan chip untuk kecerdasan buatan telah mengacak-acak rantai pasokan dan mendorong harga komponen memori melambung tinggi.
Chip LPDDR5X 12 GB, jantung dari banyak smartphone flagship, harganya meroket dari USD33 di awal tahun menjadi lebih dari USD70 pada November 2025.
Kenaikan lebih dari dua kali lipat dalam hitungan bulan ini adalah mimpi buruk bagi produsen yang harus menjaga margin sekaligus harga jual yang kompetitif.
Dalam situasi krisis seperti ini, langkah logis adalah mengunci pasokan jangka panjang dengan harga yang disepakati.
Itulah yang coba dilakukan Samsung MX kepada Samsung Device Solutions (DS)—divisi saudara yang memproduksi chip memori dan semikonduktor.
Namun, dalam plot twist yang ironis, permintaan itu justru ditolak mentah-mentah.
Mengapa? Ternyata, menjual chip ke perusahaan-perusahaan yang haus akan teknologi AI dinilai lebih menguntungkan secara finansial bagi Samsung DS ketimbang memenuhi kebutuhan internal.
Penolakan ini memaksa divisi mobile Samsung masuk ke dalam arena negosiasi yang berbahaya: tawar-menawar harga per kuartal dengan bayangan ‘chipflation’ yang siap menerkam.
CES 2026: Panggung untuk Kesepakatan Penyelamatan
Dalam upaya menghindari bencana pasokan, Samsung MX mengambil langkah strategis yang jarang terlihat.
Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Consumer Electronic Show (CES) 2026 tidak hanya akan menjadi ajang pamer teknologi, tetapi juga lokasi pertemuan rahasia yang krusial.
TM Roh, CEO sekaligus Head of Mobile eXperience Business Samsung, dikabarkan akan bertemu dengan Sanjay Mehrotra, CEO Micron, tepat pada hari pertama pameran, 6 Januari 2026 mendatang.
Pertemuan ini disebut-sebut terjadi atas permintaan mendadak dari Samsung, yang untungnya langsung disambut positif oleh Micron.
Agenda utamanya jelas: mengamankan jatah stok chip RAM LPDDR5X untuk Galaxy S26 Series.
Langkah ini menunjukkan betapa gentingnya situasi yang dihadapi Samsung.
Mereka tidak bisa lagi mengandalkan kemewahan produksi internal dan harus membuka keran pasokan dari pihak eksternal yang andal, meski harus dengan harga dan syarat yang mungkin kurang menguntungkan.
Micron sendiri bukanlah pemain baru bagi Samsung. Perusahaan asal Boise, Idaho ini sebelumnya telah menjadi pemasok utama komponen DRAM untuk Galaxy S25 Series.
Kerja sama yang telah terjalin ini mungkin menjadi faktor yang memperlancar negosiasi kali ini.
Namun, pertanyaannya, apakah Micron sanggup memenuhi permintaan besar-besaran Samsung di tengah pasar yang juga sedang dilanda demam AI? Atau, ini justru akan menciptakan ketergantungan baru yang berisiko?
Baca Juga:
Dampak pada Galaxy S26: Harga dan Ketersediaan yang Terancam
Lalu, apa implikasi langsung dari drama pasokan memori ini bagi calon konsumen Galaxy S26?
Analisis mendalam menunjukkan setidaknya dua dampak potensial.
Pertama, tekanan pada harga jual akhir. Biaya produksi yang membengkak akibat mahalnya komponen memori hampir pasti akan diteruskan kepada konsumen.
Galaxy S26 Series berisiko mengalami kenaikan harga yang signifikan, atau alternatifnya, Samsung harus menggerus margin keuntungannya—sebuah pilihan yang sulit di tengah persaingan pasar global yang ketat.
Kedua, terkait ketersediaan stok. Tanpa jaminan pasokan jangka panjang dari Samsung DS, divisi MX bergantung pada kesepakatan dengan Micron dan mungkin pemasok lainnya.
Jika terjadi gangguan pada rantai pasokan eksternal ini—entah karena permintaan global yang tinggi atau faktor geopolitik—maka kelancaran produksi dan ketersediaan unit Galaxy S26 di pasaran bisa terganggu.
Pernahkah Anda mengalami kesulitan mendapatkan unit smartphone flagship pada masa peluncuran? Situasi itu berpotensi terulang, bahkan lebih parah.
Namun, di balik tantangan ini, ada secercah harapan. Kerja sama dengan Micron bisa membawa keuntungan teknis.
Micron dikenal dengan inovasi di bidang memori berkecepatan tinggi dan efisiensi daya. Galaxy S26 Ultra yang sudah dikabarkan akan hadir dengan desain baru yang menonjol, ditambah dengan chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang powerful, akan sangat diuntungkan dengan pasokan RAM yang tidak hanya cukup, tetapi juga berkualitas tinggi. Ini menjadi faktor penyeimbang dalam narasi krisis yang sedang terjadi.
Pelajaran Pahit dan Masa Depan Bisnis Samsung
Insiden “ditolak saudara sendiri” ini seharusnya menjadi pelajaran pahit sekaligus alarm bagi Samsung.
Peristiwa ini mengungkapkan bahwa bahkan dalam struktur konglomerat yang terintegrasi vertikal sekalipun, logika divisional dan keuntungan jangka pendek bisa mengalahkan sinergi korporat.
Samsung DS, dengan fokus pada margin tinggi dari pasar AI, secara efektif “memprioritaskan” pelanggan eksternal daripada divisi internalnya sendiri.
Ini memunculkan pertanyaan retoris: Apakah model bisnis terintegrasi Samsung masih relevan jika divisi yang seharusnya saling mendukung justru berkompetisi untuk sumber daya yang sama?
Ke depan, Samsung mungkin perlu merombak ulang dinamika internalnya, menciptakan mekanisme yang memastikan stabilitas pasokan untuk lini produk konsumennya, terlepas dari gejolak pasar komoditas semikonduktor.
Bagi kita sebagai pengamat dan konsumen, drama ini adalah pengingat nyata tentang kompleksitas di balik layar ponsel canggih yang kita gunakan sehari-hari.
Setiap inovasi, dari warna oranye cerah yang trendy hingga kemampuan AI yang canggih, dibangun di atas fondasi rantai pasokan yang rapuh dan negosiasi bisnis yang alot.
Keputusan Samsung untuk “lari” ke Micron mungkin terlihat seperti langkah putus asa, tetapi dalam dunia bisnis yang keras, ini adalah langkah pragmatis untuk bertahan hidup.
Pertemuan di CES 2026 nanti akan menjadi penentu. Kesepakatan antara TM Roh dan Sanjay Mehrotra tidak hanya akan membentuk nasib Galaxy S26 Series, tetapi juga mungkin mengubah peta aliansi di industri semikonduktor global.
Satu hal yang pasti: pertaruhan untuk seri flagship Samsung tahun depan jauh lebih tinggi dari sekadar spesifikasi dan desain.
Ini adalah pertaruhan atas ketahanan bisnis itu sendiri. Dan konsumen, pada akhirnya, yang akan merasakan akibatnya—baik dalam bentuk harga yang lebih tinggi, atau dalam bentuk inovasi yang terpaksa dikorbankan.




