Senin, 8 Desember 2025
Selular.ID -

Meta Bakal Pangkas Anggaran Metaverse, Horizon Worlds Terancam?

BACA JUGA

Selular.id – Meta dikabarkan akan melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran pada divisi Reality Labs, yang menaungi seluruh proyek metaverse termasuk Horizon Worlds.

Rencana pemotongan dana hingga 30 persen pada awal 2026 ini menandai pergeseran fokus strategis perusahaan dari visi dunia virtual yang ambisius ke sektor lain yang lebih menjanjikan, seperti kecerdasan buatan (AI) dan perangkat augmented reality (AR).

Informasi ini diungkap dalam laporan terbaru dari Bloomberg, yang mengutip sumber-sumber industri.

Pemangkasan ini disebut akan berdampak signifikan, terutama pada platform dunia virtual Horizon Worlds.

Platform tersebut dinilai kurang menarik minat pengguna, dengan popularitas dan kualitas grafis yang tidak sesuai harapan.

Selain Horizon Worlds, kategori perangkat virtual reality (VR) juga berpotensi terkena imbas besar dari kebijakan penghematan ini.

Langkah ini sebenarnya bukan kejutan mengingat catatan keuangan Reality Labs.

Sejak 2021, divisi yang menjadi tulang punggung ambisi metaverse Mark Zuckerberg ini telah mencatatkan kerugian kumulatif sekitar 70 miliar dollar AS atau setara Rp 1.160 triliun.

Kerugian yang sangat besar ini membuat Reality Labs menjadi sasaran rasional bagi Meta untuk menghemat sumber daya dan mengalihkannya ke bidang lain.

Perubahan nama Facebook Inc. menjadi Meta pada 2021 silam didorong oleh visi besar Zuckerberg tentang masa depan internet yang terhubung dalam dunia virtual atau metaverse.

Namun, empat tahun setelah rebranding monumental itu, visi tersebut tampak menyusut.

Meta kini disebut lebih fokus berinvestasi pada perangkat augmented reality dan kacamata pintar, seperti rangkaian kolaborasinya dengan Ray-Ban dan Oakley, yang dinilai cukup diminati pasar.

Meski produk hardware seperti Quest 3 dan Quest 3S mendapat ulasan positif sebagai headset mixed reality (XR) yang terjangkau dan ringan, tingkat adopsinya dinilai belum cukup untuk menopang bisnis yang terus merugi.

Hal ini memicu evaluasi internal mengenai kelayakan proyek-proyek metaverse dalam portofolio perusahaan.

Dampak pada Horizon Worlds dan Masa Depan Metaverse Meta

Laporan Bloomberg menyebut Horizon Worlds sebagai salah satu proyek yang paling terdampak.

Dunia virtual ini, yang dirancang sebagai ruang sosial masa depan, dikritik karena berbagai kekurangan.

Mulai dari pengalaman pengguna yang dianggap belum matang, grafis yang terbatas, hingga kesulitan menarik basis pengguna yang massif dan berkelanjutan.

Pemangkasan anggaran bisa berujung pada pengurangan skala pengembangan atau bahkan penghentian proyek ini.

Fenomena ini mencerminkan tantangan besar dalam mewujudkan metaverse yang diimpikan.

Meski konsepnya menarik, eksekusi dan adopsi massal ternyata jauh lebih kompleks.

Beberapa perusahaan lain justru melihat peluang di niche tertentu, seperti yang dilakukan Honda dan Telkom yang menghadirkan balapan virtual di metaverse untuk engagement merek, atau integrasi untuk sektor pendidikan seperti yang dijelaskan dalam artikel Experience Belajar Lebih Menarik Integrasi Metaverse Sasar Dunia Pendidikan.

Di sisi lain, industri game melihat metaverse sebagai evolusi natural.

Kolaborasi seperti antara Agate dan Sekuya untuk merevolusi industri game Indonesia menunjukkan bahwa nilai metaverse mungkin terletak pada aplikasi spesifik, bukan sebagai platform sosial universal seperti yang dibayangkan Meta.

Belum ada konfirmasi resmi dari Meta mengenai kebenaran kabar pemangkasan anggaran Reality Labs ini.

Namun, jika laporan tersebut akurat, ini akan menjadi sinyal kuat bahwa Meta siap melakukan koreksi arah strategis yang signifikan.

Perusahaan asal Menlo Park itu tampaknya mulai meninggalkan mimpi metaverse yang sulit terwujud dan beralih ke proyek-proyek dengan traksi pasar yang lebih jelas dan potensi return on investment yang lebih cepat.

AI dan AR Jadi Prioritas Baru

Pengalihan fokus ke kecerdasan buatan dan augmented reality bukanlah hal yang tiba-tiba.

AI telah menjadi area investasi agresif bagi semua raksasa teknologi, dan Meta tidak ingin tertinggal.

Sementara itu, produk kacamata pintar kolaborasinya menunjukkan adanya pasar riil untuk perangkat wearable yang mengintegrasikan dunia digital dengan dunia nyata secara lebih halus dibandingkan headset VR yang sepenuhnya imersif.

Perangkat AR dinilai memiliki jalur adopsi yang lebih smooth karena tidak mengisolasi pengguna dari lingkungan sekitarnya.

Inilah yang mungkin dilihat Meta sebagai jalan tengah yang lebih praktis antara visi futuristik dan realitas bisnis saat ini.

Pergeseran ini juga mengisyaratkan bahwa “metaverse” masa depan mungkin tidak akan berupa dunia virtual terpusat seperti Horizon Worlds, melainkan lapisan informasi digital yang ditumpangkan pada realitas melalui kacamata pintar, didukung oleh AI yang canggih.

Implikasinya, lanskap metaverse secara keseluruhan mungkin akan berubah.

Daripada di dominasi oleh satu platform raksasa, ekosistem metaverse bisa menjadi lebih terfragmentasi dan terspesialisasi, dengan perusahaan-perusahaan membangun pengalaman virtual untuk tujuan tertentu seperti gaming, edukasi, atau kolaborasi kerja.

Keputusan akhir Meta, yang akan terlihat jelas saat penyusunan anggaran tahunan awal 2026 mendatang, akan menjadi titik penting dalam sejarah perusahaan.

Apakah ini akhir dari era metaverse ala Meta, atau hanya fase konsolidasi sebelum lompatan berikutnya?

Jawabannya akan menentukan tidak hanya masa depan Horizon Worlds, tetapi juga arah industri teknologi dalam beberapa tahun ke depan.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU