Senin, 8 Desember 2025
Selular.ID -

9 Kebiasaan Buruk yang Membuat Kata Sandi Mudah Diretas

BACA JUGA

Selular.id – Banyak pengguna internet masih meremehkan pentingnya membuat kata sandi yang kuat, padahal kebiasaan-kebiasaan kecil yang tampak sepele justru menjadi pintu masuk utama bagi peretas untuk membobol akun digital.

Risiko ini semakin nyata di tengah maraknya kasus kebocoran data dan serangan siber yang menargetkan informasi pribadi dan finansial.

Faktanya, sebagian besar insiden peretasan akun terjadi bukan karena teknik canggih, melainkan akibat pola penggunaan kata sandi yang lemah dan mudah ditebak.

Kebiasaan seperti menggunakan password yang sama untuk semua layanan, memilih kombinasi yang sederhana, atau enggan mengganti kata sandi default menjadi celah keamanan yang dimanfaatkan pelaku kejahatan digital.

Memahami kesalahan umum dalam membuat dan mengelola kata sandi menjadi langkah krusial untuk memperkuat pertahanan digital.

Dengan mengenali pola-pola rentan, pengguna dapat mengantisipasi risiko dan menerapkan praktik keamanan yang lebih baik.

Berikut sembilan kebiasaan buruk yang paling sering membuat kata sandi mudah dibobol.

1. Tidak Mengganti Kata Sandi Bawaan (Default)

Banyak perangkat, router, atau sistem masih menggunakan kata sandi bawaan seperti “admin”.

Sayangnya, tidak sedikit pengguna yang membiarkannya tanpa perubahan sejak pertama kali digunakan.

Kebiasaan ini membuat akun atau perangkat sangat rentan karena kombinasi “admin” biasanya menjadi percobaan pertama yang dilakukan peretas.

Analisis dari Cybersecurity Outpost24 bahkan mencatat “admin” sebagai salah satu password paling banyak digunakan, menunjukkan betapa luasnya praktik berisiko ini.

2. Menggunakan Variasi “Password” yang Mudah Ditebak

Kombinasi seperti “password”, “Password1”, atau “p@ssw0rd” mungkin terlihat praktis karena mudah diingat, namun justru sangat mudah ditebak oleh sistem otomatis.

Kata-kata dasar semacam ini telah bertahun-tahun masuk dalam daftar password terburuk di dunia.

Peretas secara rutin menguji variasi tersebut di awal serangan brute force.

Menambahkan angka atau simbol sederhana tidak cukup mengamankannya, sehingga penggunaannya sama saja membuka akses bagi pihak tidak bertanggung jawab.

3. Memilih Angka Berurutan sebagai Sandi

Pola numerik berurutan seperti “123456”, “111111”, atau “123123” masih menjadi pilihan banyak orang karena kesederhanaannya.

Padahal, kombinasi seperti ini dapat diretas dalam hitungan detik oleh alat otomatis.

Meski terlihat tidak berbahaya, kebiasaan memakai angka berurutan untuk akun penting, seperti email atau perbankan, menimbulkan risiko besar.

Pola ini memberikan jalan termudah bagi hacker untuk mendapatkan akses.

Fenomena penggunaan password lemah seperti “123456” masih sangat masif, seperti yang pernah diungkap dalam berbagai laporan keamanan siber.

Password “123456” Masih Paling Banyak Digunakan di Dunia, menunjukkan bahwa kesadaran akan keamanan digital masih perlu ditingkatkan.

4. Mengandalkan Pola Keyboard “Qwerty”

“Qwerty” merupakan salah satu kata sandi yang paling sering digunakan secara global.

Pola ini terasa nyaman untuk diketik, namun sangat mudah diprediksi karena mengikuti susunan huruf pada keyboard.

Peretas mengetahui bahwa banyak pengguna memilih kombinasi berbasis posisi tombol, sehingga variasi seperti “Qwerty123” pun tidak memberikan lapisan keamanan tambahan yang signifikan.

Pola keyboard termasuk dalam daftar percobaan awal pada serangan kata sandi otomatis.

5. Menyertakan Nama Layanan dalam Password

Banyak pengguna membuat kata sandi dengan menyelipkan nama layanan, misalnya “Google123” atau “Netflix123”, agar mudah diingat.

Kebiasaan ini justru mempermudah peretas dalam menebak pola penggunaan.

Jika satu akun berhasil dibobol, kombinasi serupa untuk layanan lain akan langsung dicoba.

Pelaku kejahatan siber sangat mengandalkan pola berulang seperti ini, sehingga password yang mengandung nama situs atau aplikasi dianggap sangat tidak aman.

6. Memakai Ungkapan Emosional yang Umum

Ungkapan seperti “Iloveyou” atau “Forever” mungkin terasa personal, namun sebenarnya sangat umum digunakan sebagai kata sandi.

Peretas selalu memasukkan kata-kata yang bernuansa emosional ke dalam daftar tebakan mereka karena frekuensi penggunaannya yang tinggi.

Penggunaan frasa cinta, nama pasangan, atau tanggal lahir tanpa kombinasi kompleks menjadikan akun mudah menjadi target.

7. Menggunakan Kata Sandi yang Sama untuk Semua Akun

Kebiasaan menggunakan satu kata sandi untuk berbagai layanan berbeda merupakan risiko keamanan yang sangat besar.

Ketika satu platform mengalami kebocoran data, semua akun lain dengan password yang sama otomatis terancam.

Peretas sering kali mencoba kombinasi username dan password yang bocor di berbagai situs lain, sebuah teknik yang dikenal sebagai credential stuffing.

Kerentanan ini pernah menjadi sorotan, termasuk di Indonesia dimana banyak Akun Email di Indonesia Passwordnya Mudah Dibobol akibat pola yang serupa.

8. Tidak Pernah Mengganti Kata Sandi dalam Waktu Lama

Membiarkan kata sandi yang sama selama bertahun-tahun tanpa pernah diperbarui meningkatkan peluangnya untuk terekspos atau berhasil ditebak.

Seiring waktu, kemungkinan password tersebut muncul dalam kebocoran data atau menjadi target serangan brute force semakin besar.

Pergantian kata sandi secara berkala, meski tidak menjamin keamanan mutlak, dapat memutus mata rantai akses jika suatu saat kombinasi lama berhasil dibobol.

9. Mengabaikan Otentikasi Dua Faktor (2FA)

Meski bukan kebiasaan membuat kata sandi secara langsung, mengabaikan penggunaan otentikasi dua faktor (2FA) memperparah kerentanan akun yang dilindungi password lemah.

2FA menambahkan lapisan keamanan ekstra yang membuat peretas kesulitan mengakses akun meski berhasil mendapatkan kata sandi.

Tanpa fitur ini, kata sandi yang mudah ditebak menjadi satu-satunya penghalang yang harus dilalui.

Mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut memerlukan perubahan pola pikir dan disiplin dalam mengelola kredensial digital.

Mulailah dengan membuat kata sandi yang unik, panjang, dan terdiri dari kombinasi huruf (kapital dan kecil), angka, serta simbol untuk setiap akun penting.

Manfaatkan juga pengelola kata sandi (password manager) untuk membantu mengingat kombinasi yang kompleks.

Langkah-langkah praktis lainnya, seperti yang pernah dibahas dalam artikel 6 Cara Mudah Perkuat Akun Google, Peretas Tak Mudah Bobol Rekening, dapat diadopsi untuk berbagai platform.

Keamanan digital adalah tanggung jawab bersama, dan dimulai dari kebiasaan sederhana yang sering kali dianggap remeh.

Di era dimana kehidupan semakin terhubung secara online, memperkuat kata sandi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk melindungi aset dan identitas digital.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU