Selular.id – Telkomsel dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sedang mempercepat proses pemulihan jaringan telekomunikasi yang terdampak bencana longsor dan banjir bandang di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Kedua operator seluler ini berkoordinasi intensif dengan berbagai pihak untuk mengembalikan kualitas layanan komunikasi yang sempat terganggu akibat bencana alam tersebut.
Nurdianto, General Manager Region Network Operations & Productivity Telkomsel Area Sumbagut, mengungkapkan bahwa beberapa titik jaringan transport di area bencana mengalami gangguan akibat pemadaman listrik masif. Kondisi ini berdampak langsung pada penurunan kualitas jaringan Telkomsel di sejumlah lokasi di tiga provinsi tersebut.
“Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak dan berupaya melakukan percepatan pemulihan jaringan agar pelanggan dapat kembali menikmati layanan komunikasi dengan lancar,” jelas Nurdianto dalam keterangan resmi yang diterima media, Jumat (28/11/2025).
Telkomsel juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas musibah yang melanda masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Perusahaan secara terbuka memohon maaf kepada pelanggan atas terjadinya penurunan kualitas jaringan telekomunikasi di wilayah-wilayah yang terdampak bencana.
Komitmen pemulihan jaringan ini sejalan dengan upaya serupa yang pernah dilakukan operator lain dalam menangani gangguan infrastruktur telekomunikasi, seperti yang tercatat dalam pemulihan infrastruktur telekomunikasi pascakerusakan.
Dari sisi Indosat Ooredoo Hutchison, Agus Sulistio selaku EVP Head of Circle Sumatera menyatakan empati yang mendalam atas bencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah Sumatera bagian utara.
Peristiwa alam ini turut berdampak pada layanan telekomunikasi IOH di beberapa titik. Data per Kamis (27/11/2025) menunjukkan bahwa 71,68 persen site di wilayah Sumatra bagian utara telah berfungsi dengan baik, sementara sisanya masih dalam proses pemulihan.
“Saat ini, tim teknis Indosat terus mempercepat proses pemulihan melalui perbaikan jalur transport telekomunikasi dan mengoperasikan sumber daya portable yang disebar di lokasi-lokasi terdampak,” ujar Agus dalam keterangan terpisah.
Langkah-langkah pemulihan yang sistematis ini mencerminkan komitmen IOH dalam menjaga keberlangsungan layanan dan mendukung kebutuhan komunikasi pelanggan di wilayah bencana.
Baca Juga:
Dampak Bencana pada Infrastruktur Telekomunikasi
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah Sibolga, Tapanuli Tengah, dan beberapa wilayah lainnya di sekitar Sumatera Utara terjadi mulai Senin (24/11/2025).
Berdasarkan data Pusat Monitoring Telekomunikasi (PMT) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), total 495 site BTS atau sekitar 5,15 persen dari 9.612 site di provinsi tersebut sempat mati akibat terdampak banjir Sumatera Utara.
Gangguan pada infrastruktur telekomunikasi ini mengingatkan pentingnya ketahanan jaringan dalam menghadapi bencana alam.
Seperti yang terjadi dalam pemulihan kabel laut SMPCS 2 di Laut Arafuru, proses restorasi membutuhkan koordinasi yang solid antara operator dengan pihak-pihak terkait.
Pemadaman listrik masif di wilayah bencana menjadi tantangan tersendiri karena banyak BTS yang bergantung pada pasokan listrik dari PLN.
Upaya pemulihan yang dilakukan kedua operator mencakup perbaikan fisik infrastruktur, pengaktifan kembali BTS yang terdampak, dan penyebaran sumber daya portable untuk menjembatani kebutuhan komunikasi darurat.
Pendekatan ini serupa dengan strategi yang diterapkan dalam penanganan jaringan pascabencana di Bali, di mana operator harus bekerja cepat memulihkan layanan di tengah kondisi darurat.
Koordinasi Multipihak dan Komitmen Pemulihan
Proses pemulihan jaringan telekomunikasi pascabencana membutuhkan koordinasi yang intensif antara operator dengan pemerintah daerah, PLN, dan instansi terkait lainnya.
Baik Telkomsel maupun IOH menegaskan komitmen mereka untuk terus berkoordinasi dengan berbagai pihak guna mempercepat normalisasi layanan komunikasi.
Nurdianto menekankan bahwa percepatan pemulihan jaringan menjadi prioritas utama Telkomsel saat ini.
Perusahaan berfokus pada pengembalian kualitas layanan ke tingkat optimal sehingga pelanggan dapat kembali menikmati layanan komunikasi yang lancar.
Pendekatan serupa juga terlihat dalam proses pemulihan SKKL Papua yang melibatkan komunikasi terbuka dengan pemangku kepentingan.
Dari sisi IOH, Agus menyatakan bahwa dengan langkah-langkah pemulihan yang telah dan sedang dilakukan, Indosat berkomitmen penuh untuk menjaga keberlangsungan layanan dan mendukung kebutuhan komunikasi pelanggan di wilayah terdampak.
Komitmen ini mencakup tidak hanya perbaikan infrastruktur yang rusak, tetapi juga antisipasi terhadap kemungkinan gangguan di masa mendatang.
Sementara itu, untuk operator seluler lain, media telah menghubungi XL Smart terkait masalah dan perkembangan solusi pemulihan layanan telekomunikasi di area bencana.
Namun hingga berita ini ditayangkan, belum ada respons resmi yang diterima dari XL Smart mengenai penanganan gangguan jaringan di wilayah bencana Sumatera.
Pemulihan jaringan telekomunikasi pascabencana alam seperti ini menjadi ujian ketahanan infrastruktur digital nasional.
Keberhasilan restorasi layanan komunikasi tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis operator, tetapi juga pada dukungan regulasi dan koordinasi antarlembaga, sebagaimana menjadi perhatian dalam diskusi mengenai infrastruktur telekomunikasi sebagai objek PAD.
Kedua operator terus memantau perkembangan kondisi di lapangan dan menyesuaikan strategi pemulihan sesuai dengan kebutuhan aktual.
Proses normalisasi layanan telekomunikasi di wilayah bencana Sumatera diperkirakan akan terus menunjukkan kemajuan signifikan dalam beberapa hari ke depan, seiring dengan membaiknya kondisi infrastruktur pendukung dan akses ke lokasi-lokasi terdampak.




