Minggu, 23 November 2025
Selular.ID -

Samsung Buka Suara Soal Chip 2nm, Angkanya Mengejutkan

BACA JUGA

Selular.id – Samsung mulai berbicara terbuka tentang chip 2nm pertamanya, dan angka yang diumumkan mengejutkan karena ternyata cukup sederhana.

Perusahaan menargetkan untuk mengirimkan chip baru ini pada 2026, dimulai dari versi Eropa seri Galaxy S26.

Di atas kertas, peningkatan yang dijanjikan tidak terkesan revolusioner, namun di balik layar, teknologi ini sudah membuahkan kontrak besar dan ekspektasi tinggi untuk Samsung.

Selama bertahun-tahun, chip Exynos Samsung menjadi titik lemah dalam strategi flagship globalnya.

Pembeli di Eropa seringkali mendapatkan perangkat yang lebih lambat dan kurang efisien dibandingkan dengan versi yang menggunakan Snapdragon di AS.

Kini, perbedaan yang sama diprediksi akan kembali terjadi untuk Galaxy S26 dan S26+.

Kedua model tersebut diperkirakan akan menggunakan Exynos 2600, sementara S26 Ultra dilaporkan akan tetap menggunakan Snapdragon 8 Elite Gen 5 dari Qualcomm di seluruh dunia.

Meski demikian, Samsung tampaknya percaya diri. Dalam pembaruan keuangan terbarunya, perusahaan menguraikan apa yang seharusnya dihasilkan oleh proses 2nm Gate-All-Around (GAA) baru ini: peningkatan performa sekitar 5%, peningkatan efisiensi 8%, dan pengurangan ukuran chip sekitar 5% dibandingkan dengan proses 3nm generasi kedua mereka.

Secara terpisah, angka-angka ini tidak terlihat besar. Namun, teknologi ini sudah membuahkan hasil nyata.

Samsung dikabarkan telah mengamankan sekitar seperempat pesanan chip untuk Galaxy S26 dan mendaratkan kontrak Tesla senilai $16,5 miliar untuk chip AI6-nya — semuanya berdasarkan kemampuan awal 2nm.

Yield atau tingkat hasil produksi menjadi bagian lain dari teka-teki ini. Samsung menyatakan bahwa Exynos 2600 sejauh ini mencapai tingkat yield sekitar 60%, yang dilaporkan sudah cukup untuk memulai produksi serius.

Jika angka ini bertahan, perusahaan bisa menghemat $20–$30 per unit dibandingkan dengan menggunakan chip Snapdragon — berpotensi menurunkan biaya material (BoM) untuk model S26 Eropa dengan margin yang signifikan.

Langkah strategis ini merupakan bagian dari perjudian besar Samsung dengan mengandalkan chip buatan sendiri untuk lini flagship mendatang.

Kepercayaan Diri di Balik Angka Modest

Meski peningkatan spesifikasinya terlihat bertahap, kepercayaan diri Samsung tampak dari komitmennya untuk tetap menggunakan Exynos 2600 di pasar tertentu.

Keyakinan ini mungkin didorong oleh kontrak besar yang berhasil diraih, seperti kerja sama dengan Tesla.

Fokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan ukuran chip juga selaras dengan tuntutan perangkat mobile modern yang memprioritaskan daya tahan baterai dan desain yang ringkas.

Namun, tidak semua pihak yakin ini adalah momentum comeback yang diinginkan Samsung.

Exynos memiliki sejarah panjang yang terlihat bagus di lembar spesifikasi, tetapi seringkali bermasalah begitu ponsel sampai di tangan pengguna.

Selain itu, masih ada kesenjangan desain mendasar: sementara Qualcomm dan Apple membangun arsitektur CPU yang sangat disesuaikan, Samsung terus menggunakan desain inti Lumex standar dari ARM, yang biasanya tertinggal dalam optimisasi dunia nyata. Dinamika ini semakin memanaskan persaingan pasar chipset flagship yang kian ketat.

Imbal Balik Bisnis dan Strategi Pasar

Kontrak Tesla senilai $16,5 miliar untuk chip AI6 menjadi bukti nyata bahwa kemampuan fabrikasi 2nm Samsung sudah diakui di industri, bahkan sebelum produk massal dirilis.

Ini merupakan pencapaian signifikan yang bisa mengimbangi persepsi modest dari peningkatan performa yang diumumkan.

Dari sisi bisnis, keberhasilan meraih kuota 25% untuk pasokan chip Galaxy S26, seperti yang diungkap dalam laporan sebelumnya, menunjukkan langkah progresif dalam mengurangi ketergantungan pada Qualcomm.

Potensi penghematan biaya sebesar $20–$30 per unit juga menjadi pertimbangan strategis yang kuat.

Penghematan ini dapat diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih kompetitif, atau dialokasikan untuk meningkatkan komponen lain pada perangkat.

Dalam lanskap persaingan chipset yang menuntut efisiensi tinggi, setiap keunggulan biaya menjadi faktor penentu.

Dengan peluncuran Galaxy S26 yang semakin dekat, pertanyaannya cukup sederhana: apakah lompatan awal Samsung ke 2nm ini merupakan titik balik yang sesungguhnya atau hanya sekadar deja vu lain bagi pembeli Eropa?

Perusahaan jelas berpikir bahwa langkah-langkah kecil akan terakumulasi.

Apakah pelanggan setuju, itu adalah cerita lain. Performa Exynos 2600 nantinya akan menjadi pembuktian, terutama setelah beberapa benchmark sebelumnya menunjukkan potensi yang kompetitif.

Samsung tampaknya mengambil pendekatan realistis dengan janji peningkatan yang terukur, sambil membangun fondasi bisnis yang kuat melalui kontrak-kontrak strategis.

Kesuksesan jangka panjang chip 2nm ini tidak hanya akan ditentukan oleh angka benchmark, tetapi juga oleh konsistensi kualitas, keandalan pasokan, dan penerimaan pasar terhadap produk akhir yang menggunakan teknologi tersebut.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU