Kamis, 27 November 2025
Selular.ID -

E-commerce Baru Toco Gratiskan Biaya Admin Bagi Membernya, Kunci Eksis di Indonesia

BACA JUGA

Selular.ID – Toco, toko online atau e-commerce yang baru berusia 12 bulan, gratiskan biaya administrasi bagi para membernya.

Hal tersebut diungkapkan Arnold Sebastian Egg, Founder dan CEO Toco saat acara Digital Economy & Telco Outlook 2026 dengan tema “Inovasi dan Kolaborasi Strategis Mendorong Daya Saing Ekonomi”, Rabu (26/11/2025).

“Toco sendiri baru berusia 12 bulan, tetapi kunci untuk terus bertumbuh yakni terus berimprovisasi dan kami tidak ada biaya administrasi yang membantu UMKM juga untuk bertumbuh,” ujar pria yang juga merupakan pendiri Toko Bagus ini.

Arnold tidak mempermasalahkan adanya fenomena banyak e-commerce yang muncul lalu mati di Indonesia.

Dia menjelaskan, improvisasi akan terus timnya lakukan sehingga membuat Toco akan terus beredar dan dapat dipercaya masyarakat di Indonesia.

“Saya masih meyakini e-commerce masih tetap bertumbuh di Indonesia untuk tahun 2026, meski banyak yang sudah tutup saat ini,” jelasnya.

“Banyak e-commerce yang cepat terkenal lalu tiba-tiba mati di Indonesia. Tetapi, kami yakni meski Toco tumbuh perlahan tetapi akan terus eksis,” sambungnya.

Selain itu, Arnold juga menjelaskan di Toco, penjualan gadget dan elektronik sudah mencapai 8-9% untuk total penjualannya.

Baca juga:

Tren Teknologi Penggerak Ekonomi Digital 2026

Sebelumnya Selular Media Network menggelar Selular Editor’s Choice 2025 serta Digital Economy & Telco Outlook 2026 dengan tema “Inovasi dan Kolaborasi Strategis Mendorong Daya Saing Ekonomi” pada hari Rabu (26/11/2025).

Selular Editor’s Choice 2025 dengan tema Raja Gadget Indonesia ini, Selular memberikan penghargaan kepada produk-produk gadget dan consumer electronics terbaik yang rilis di tahun 2025.

Sementara itu, untuk Digital Economy & Telco Outlook 2026 ini menghadirkan sejumlah pakar yang akan membagikan tren terkini dalam ekonomi dan industri teknologi Indonesia untuk tahun 2026.

CEO & Editor in Chief Selular Media Network, Uday Rayana, mengonfirmasi bahwa acara ini dirancang untuk memberikan perspektif komprehensif tentang masa depan ekonomi digital Indonesia.

“Sejumlah pakar tampil membagikan tren apa saja yang akan terjadi dalam ekonomi dan industri teknologi di Indonesia tahun 2026,” jelas Uday Rayana dalam pengantar acara.

Uday menambahkan prospek ekonomi digital pada 2026 menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan meskipun menghadapi tantangan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kebijakan.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), jaringan 5G, dan adopsi komputasi awan yang semakin masif di berbagai sektor industri.

Dalam Digital Economy & Telco Outlook 2026 ini, Uday Rayana menjadi moderator dan ada empat panelis di diskusi ini. Keempatnya yakni Bramantiyoko Sasmito, Director Tech and Durables Commercial Lead, NielsenIQ Indonesia; Teuku Riefky, Pengamat Ekonomi dan Peneliti LPEM UI; Arnold Sebastian Egg, Founder dan CEO Toco; Kelik Fidwiyanto, Channel Partnership Senior Specialist DANA.

Dalam acara disksi, Bramantiyoko Sasmito, Director Tech and Durables Commercial Lead, NielsenIQ Indonesia mengatakan pertumbuhan pasar gadget di Indonesia mengalami peningkatan ada kuartal kedua dan ketiga di tahun 2025 ini.

“Berpatokan pada dua kuartal tersebut, kami optimis di tahun 2026 nanti masih ada peningkatan pertumbuhan. Tetapi dari survei kami, brand harus menyediakan produk yang diinginkan konsumen, misalnya durability, kualitas yang bagus hingga membangun kepercayaan konsumen terhadap brand,” ujar Bramantiyoko.

Baca juga:

Kelik Fidwiyanto, Channel Partnership Senior Specialist DANA, juga setuju jika improvisasi harus terus dilakukan termasuk untuk sektor finansial digital (fintech).

Dia menyebut salah satu contoh improvisasi yang harus dilakukan yakni penerapan kecerdasan buatan (AI).

“Di DANA juga sudah menerapkan teknologi AI untuk berbagai keperluan pelanggan hingga mengantisipasi penipuan scam. Kami juga sudah mengembangkan QRIS Tap bisa pengguna pakai,” jelasnya.

Daya Beli Belum Meningkat

Di sisi lain, Pengamat Ekonomi dan Peneliti LPEM UI, Teuku Riefky mengatakan belanja gadget dan barang eleketronik diprediksi bakal stagnan di tahun 2026.

Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi Indonesia dan daya beli masyarakat yang masih belum stabil.

“Dahulu daya beli masyarakat Indonesia tinggi bahkan pertumbuhan bisa mencapai 5%, tetapi sejak 2017 sampai sekarang hanya 3%,” ujar Riefky.

Riefky menambakan meski tingkat belanja gadget dan barang elektronik di Indonesia tidak naik, akan tetapi masyarakat tanah air tetap akan konsumtif.

“Jika dulu warga Jakarta liburannya ke Bali atau Malaysia, bisa jadi nanti hanya ke Bogor atau Bandung. Mereka bukannya tidak liburan atau belanja barang, tetapi lebih akan ditekan pengeluarannya,” kata Riefky.

Penyebab daya beli masyarakat tidak naik, lanjut Riefky, salah satu penyebabnya karena lapangan pekerjaan yang masih belum baik.

“Perlu banyak investasi jika ingin membuka sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan, dan untuk membuka investasi maka perlu kepastian hukum, sehingga pemerintah harus memperhatikan hal tersebut di tahun 2026,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU