Minggu, 23 November 2025
Selular.ID -

Cloudflare Pernah 9 Kali Gangguan Besar, Lumpuhkan Layanan Global

BACA JUGA

Selular.id – Cloudflare, penyedia layanan Content Delivery Network (CDN) dan Domain Name System (DNS) yang melindungi jutaan bisnis online, tercatat mengalami sembilan insiden gangguan signifikan dalam kurun enam tahun terakhir.

Setiap kali Cloudflare mengalami masalah, dampaknya langsung merambat ke berbagai layanan digital global, mulai dari platform e-commerce, aplikasi komunikasi, layanan game, hingga sistem perbankan.

Rangkuman ini mengutip laporan dari ControlD pada Rabu (19/11/2025), yang menegaskan betapa krusialnya infrastruktur Cloudflare dalam ekosistem internet modern.

Gangguan-gangguan ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna akhir, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian finansial yang besar bagi bisnis yang mengandalkan layanan tersebut.

Beberapa insiden bahkan sempat memicu kebingungan di kalangan pengguna, seperti yang terjadi pada platform aset kripto.

Cloudflare, sebagai tulang punggung banyak situs web besar, terus berkomitmen untuk memperkuat sistemnya pasca-insiden terbaru.

Chief Technology Officer Cloudflare, Dane Knecht, secara terbuka telah meminta maaf atas gangguan terbaru yang melumpuhkan ChatGPT.

Dia menegaskan bahwa insiden tersebut berasal dari bug laten dalam sistem mitigasi bot dan bukan merupakan hasil dari serangan siber.

“Lamanya durasi dan besarnya dampak gangguan tersebut tidak dapat diterima,” tegas Knecht melalui platform X, menekankan komitmen perusahaan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Kronologi Sembilan Insiden Gangguan Cloudflare

Riwayat gangguan Cloudflare menunjukkan kerentanan dalam infrastruktur internet yang saling terhubung.

Insiden pertama dalam daftar terjadi pada 17 Juli 2020, ketika sebuah router backbone di Atlanta mengirimkan rute yang keliru.

Kesalahan ini melumpuhkan layanan populer seperti Shopify, Discord, Medium, dan Patreon selama hampir satu jam.

Bahkan halaman status Cloudflare sendiri ikut tidak dapat diakses, memperparah situasi dan menegaskan rapuhnya infrastruktur internet di tengah tekanan pandemi.

Kurang dari dua bulan kemudian, tepatnya pada 30 Agustus 2020, kesalahan pada IP transit yang dilakukan oleh CenturyLink memicu lonjakan error 522 dan 503 di berbagai layanan Cloudflare.

Platform seperti Hulu, Feedly, dan Xbox Live ikut merasakan dampaknya.

Insiden ini mengingatkan kembali pada masalah serupa yang disebabkan CenturyLink pada 2018, yang kala itu juga memengaruhi layanan vital seperti nomor darurat 911 dan jaringan ATM.

Gangguan seperti ini menunjukkan bagaimana ketergantungan pada satu penyedia dapat menciptakan titik kegagalan tunggal yang berisiko.

Pada 21 Juni 2022, Cloudflare kembali mengalami insiden yang dikategorikan sebagai P0—level gangguan paling kritis—selama 1,5 jam.

Insiden ini menyebabkan banyak pengguna mendapati error 500. Layanan yang bergantung pada Cloudflare, termasuk Fitbit dan Peloton, untuk sementara tidak dapat diakses oleh penggunanya.

Gangguan semacam ini turut mempengaruhi produktivitas dan aktivitas kebugaran banyak orang yang mengandalkan layanan tersebut.

Insiden pada 24 Januari 2023 berlangsung lebih lama, yakni 121 menit, dan disebabkan oleh kesalahan dalam perilisan kode yang membuat banyak service token menjadi tidak valid.

Dampaknya terasa pada layanan Cloudflare Workers, solusi Zero Trust, dan beberapa fungsi CDN.

Gangguan yang berlangsung lebih dari dua jam ini menunjukkan betapa kompleksnya arsitektur layanan cloud modern dan bagaimana kesalahan kecil dalam deployment dapat berakibat besar.

Gangguan singkat namun berdampak luas terjadi pada 2 November 2023. Selama 20 menit, ribuan situs tidak dapat diakses.

Yang menarik, platform Coindesk sempat menampilkan harga Bitcoin yang keliru, yakni US$26 alih-alih US$10.300.

Kesalahan ini sempat memicu kebingungan di kalangan pengguna dan trader aset kripto, menunjukkan bagaimana gangguan teknis dapat mempengaruhi informasi finansial secara real-time.

Masalah internal pada sistem DNSSEC memicu insiden pada 4 Oktober 2023. Layanan DNS 1.1.1.1, WARP, dan Zero Trust mengeluarkan respons SERVFAIL selama hampir tiga jam.

Insiden ini dipicu oleh pembaruan root zone (ZONEMD) yang ternyata tidak diuji secara memadai sebelum diluncurkan ke lingkungan produksi.

Gangguan pada layanan DNS dasar seperti ini dapat memutus akses pengguna ke sebagian besar internet.

Pada 16 September 2024, gangguan jaringan selama 1,5 jam membuat aplikasi seperti Zoom dan HubSpot sulit diakses di Amerika Serikat, Eropa, UEA, dan Filipina.

Insiden ini sempat menghambat aktivitas bisnis dan kerja jarak jutaan profesional yang mengandalkan platform kolaborasi tersebut.

Gangguan semacam ini mengingatkan betapa rentannya ekonomi digital terhadap masalah infrastruktur.

Kesalahan teknis saat rotasi kredensial memicu gangguan global pada 21 Maret 2025.

Parameter ‘env production’ yang tidak disertakan membuat layanan produksi kehilangan akses.

R2 Gateway tidak dapat melakukan operasi tulis dan sebagian operasi baca selama lebih dari satu jam.

Insiden ini menunjukkan pentingnya prosedur yang ketat dalam manajemen kunci dan kredensial sistem.

Insiden terbaru terjadi pada 18 November 2025, ketika bug berantai melumpuhkan ChatGPT dan ratusan layanan online lainnya.

CTO Cloudflare, Dane Knecht, menjelaskan bahwa akar masalah berasal dari bug laten dalam sistem mitigasi bot.

“Bug laten pada layanan yang mendasari kemampuan mitigasi bot kami mulai mogok setelah perubahan konfigurasi rutin. Hal itu memicu degradasi luas di jaringan kami dan layanan lainnya. Ini bukan serangan,” kata Knecht.

Gangguan ini kembali menegaskan bagaimana layanan cloud modern saling bergantung dan bagaimana satu titik kegagalan dapat berdampak sistemik.

Implikasi dan Komitmen Perbaikan Cloudflare

Rentetan gangguan Cloudflare ini menyoroti sebuah paradoks dalam infrastruktur internet modern.

Di satu sisi, konsolidasi layanan pada beberapa penyedia besar seperti Cloudflare menawarkan efisiensi dan keamanan yang lebih baik.

Di sisi lain, ketergantungan yang tinggi menciptakan risiko sistemik dimana gangguan pada satu penyedia dapat melumpuhkan sebagian ekosistem digital global.

Setiap insiden tidak hanya menyebabkan downtime, tetapi juga menggerus kepercayaan pelanggan terhadap layanan cloud.

Cloudflare menyadari betul besarnya tanggung jawab yang mereka pikul. Komitmen untuk memperkuat sistem dan mencegah insiden serupa terus disampaikan oleh jajaran petinggi perusahaan, termasuk setelah gangguan terbaru yang mempengaruhi ChatGPT.

Perusahaan berjanji untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap proses pengembangan, testing, dan deployment sistem mereka untuk memastikan stabilitas yang lebih baik di masa depan.

Bagi bisnis yang mengandalkan layanan cloud, rangkaian insiden ini menjadi pengingat penting untuk mempertimbangkan strategi redundansi dan disaster recovery.

Ketergantungan pada satu penyedia layanan mungkin perlu dikaji ulang, atau setidaknya dipersiapkan dengan rencana cadangan yang matang ketika layanan utama mengalami gangguan.

Beberapa perusahaan besar sudah mulai mengadopsi pendekatan multi-cloud untuk memitigasi risiko semacam ini.

Dari perspektif pengguna akhir, gangguan beruntun ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan pemahaman bahwa tidak ada sistem teknologi yang benar-benar kebal dari masalah.

Meskipun penyedia layanan berusaha memberikan uptime setinggi mungkin, kemungkinan gangguan tetap ada.

Pengguna disarankan untuk memiliki alternatif komunikasi atau akses informasi ketika layanan utama yang mereka andalkan mengalami masalah teknis.

Ke depan, industri teknologi likely akan melihat peningkatan investasi dalam sistem monitoring yang lebih canggih, prosedur rollback yang lebih cepat, dan arsitektur yang lebih resilien.

Cloudflare sendiri telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan sistem menyeluruh pasca-insiden November 2025.

Perkembangan upaya perbaikan ini tentu akan menjadi perhatian banyak pemangku kepentingan di ekosistem digital global, mengingat posisi strategis Cloudflare dalam infrastruktur internet modern.

Pemulihan kepercayaan pelanggan menjadi tantangan berikutnya yang harus dihadapi perusahaan setelah serangkaian gangguan yang berdampak luas ini.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU