Rabu, 8 Oktober 2025
Selular.ID -

Taiwan Tegaskan Tolak Permintaan AS Bagi Produksi Chipset 50:50

BACA JUGA

Selular.id – Taiwan secara resmi menolak permintaan Amerika Serikat untuk memindahkan 50% produksi chipsetnya ke negara tersebut. Penolakan ini disampaikan Wakil Perdana Menteri Taiwan Cheng Li-chiun dalam konferensi pers di Bandara Internasional Taiwan Taoyuan, menanggapi proposal Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick yang menginginkan pembagian produksi chip 50-50 antara Taiwan dan AS.

Cheng dengan tegas menyatakan bahwa proposal “50-50” tersebut tidak pernah dibahas dalam perundingan perdagangan terbaru antara kedua negara. Menurutnya, pembicaraan justru berfokus pada isu tarif, termasuk pengurangan tarif dan kemungkinan pengecualian dari penumpukan tarif. “Tim negosiasi kami tidak pernah membuat komitmen apa pun untuk membagi chip ’50-50′, sehingga masyarakat dapat tenang,” tegas Cheng.

Lutnick sebelumnya mengungkapkan bahwa AS telah melakukan pembicaraan dengan Taiwan mengenai pentingnya memindahkan 50% produksi chip ke Amerika. “Percakapan yang kami lakukan dengan Taiwan adalah bahwa sangat vital bagi Anda untuk memproduksi 50 persen di AS,” ujar Lutnick. Ia menambahkan, “Ide yang saya sampaikan kepada mereka adalah mari kita capai 50-50. Kami memproduksi setengah, Anda memproduksi setengah.”

Taiwan rejects request to move 50% of its chip production to the U.S.

Permintaan AS ini muncul dari kekhawatiran mendalam mengenai ketergantungan negara tersebut pada Taiwan untuk memenuhi kebutuhan chip. Lutnick mengungkapkan bahwa 95% permintaan chip AS saat ini dipasok oleh chip yang diproduksi di Taiwan. Kekhawatiran ini terutama terkait dengan potensi gangguan pasokan jika terjadi ketegangan geopolitik di kawasan.

Taiwan merupakan rumah bagi TSMC, foundry kontrak terbesar di dunia yang memproduksi chip untuk perusahaan-perusahaan teknologi AS seperti Apple, NVIDIA, dan Qualcomm. Dominasi Taiwan dalam produksi chip global telah menciptakan apa yang dikenal sebagai “Silicon Shield” – teori yang menyatakan bahwa ketergantungan dunia pada Taiwan untuk produksi chip akan melindungi negara tersebut dari invasi China oleh AS, Eropa, dan Jepang.

Reaksi Politik dan Kekhawatiran Taiwan

Proposal Lutnick menuai kritik tajam dari politisi Taiwan. Eric Chou, ketua partai oposisi utama Kuomintang, menyebut permintaan tersebut sebagai “tindakan eksploitasi dan perampokan.” Chou menegaskan, “Tidak ada yang bisa menjual Taiwan atau TSMC, dan tidak ada yang bisa melemahkan perisai silikon Taiwan.”

Arisa Liu, direktur di Taiwan Institute of Economic Research, menyoroti dampak negatif yang mungkin timbul dari permintaan AS tersebut. “Investasi signifikan dan pergeseran kapasitas menuju AS akan secara tak terhindarkan melemahkan ekosistem Taiwan sendiri, merusak integritas rantai pasokannya,” ujar Liu kepada CNN.

Kekhawatiran utama Taiwan adalah jika mereka melepas sebagian besar produksi chipsetnya, mereka akan kehilangan “Silicon Shield” yang selama ini menjadi perlindungan strategis. TSMC sendiri dipercaya telah menyiapkan rencana untuk mencegah China mengambil alih fasilitas produksinya jika terjadi invasi, termasuk kebijakan bumi hangus yang akan menghancurkan fasilitas dan membuatnya tidak dapat dioperasikan.

Investasi TSMC di Amerika Serikat

Meski menolak proposal 50-50, Taiwan sebenarnya telah melakukan investasi signifikan di AS melalui TSMC. Mantan Presiden Donald Trump berhasil membujuk TSMC untuk membangun fasilitas produksi di Phoenix selama masa jabatan pertamanya. Pencapaian ini merupakan bagian dari upaya AS untuk mencapai swasembada dalam industri chip.

Investasi TSMC di AS semakin diperkuat dengan ditandatanganinya CHIPS and Science Act pada 2022 oleh Presiden Joe Biden. Legislasi ini memberikan subsidi, hibah, dan kredit pajak senilai $52,7 miliar untuk manufaktur semikonduktor domestik, membuat investasi TSMC di AS menjadi lebih layak secara finansial.

Foundry workers bathed in the yellow lighting in a cleanroom.

TSMC telah berkomitmen mengeluarkan $65 miliar untuk membangun beberapa fasilitas produksi di Arizona. Fab pertama sudah beroperasi dan memproduksi chip 4nm. Perusahaan memperkirakan akan memproduksi sirkuit terpadu 2nm di Amerika pada 2028-2029. Pengembangan ini dapat membantu AS menjadi tujuan global untuk manufaktur chip, sesuatu yang tidak terpikirkan beberapa tahun lalu.

Komitmen TSMC dalam pengembangan teknologi canggih juga terlihat dari rencana produksi massal chip 2nm yang akan dimulai pada kuartal IV 2025. Pengembangan ini menunjukkan bahwa meski Taiwan menolak membagi produksi secara setara dengan AS, mereka tetap berinvestasi dalam pengembangan kapasitas produksi di Amerika.

Perkembangan terbaru ini terjadi dalam konteks persaingan teknologi global yang semakin ketat. China juga berusaha mencapai swasembada dalam produksi chip, sementara AS berupaya mengurangi ketergantungan pada Taiwan. TSMC bahkan telah menghapus peralatan China dari lini produksi 2nm sebagai bagian dari strategi keamanan nasional.

Penolakan Taiwan terhadap permintaan AS ini mencerminkan kompleksitas hubungan ekonomi dan keamanan di kawasan. Di satu sisi, Taiwan ingin mempertahankan posisinya sebagai pusat produksi chip global, sementara di sisi lain mereka harus menjaga hubungan dengan mitra dagang utama seperti AS.

Industri teknologi global kini mengamati dengan cermat perkembangan ini, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap rantai pasok semikonduktor dunia. Keputusan Taiwan untuk mempertahankan produksi chipset di dalam negeri sambil tetap berinvestasi di AS menunjukkan pendekatan yang seimbang dalam menghadapi tekanan geopolitik.

Sebagai informasi lebih lanjut mengenai perkembangan industri chip Taiwan, pembaca dapat mengunjungi laporan lengkap mengenai penolakan Taiwan terhadap permintaan AS. Sementara untuk update terbaru mengenai perkembangan teknologi chip canggih, TSMC telah mengonfirmasi dimulainya produksi massal chip 2nm pada kuartal terakhir tahun 2025.

Dinamika ini memperlihatkan bagaimana kepentingan ekonomi nasional dan keamanan global saling bertautan dalam industri semikonduktor. Masa depan produksi chip global akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana negara-negara utama menavigasi hubungan kompleks ini sambil menjaga stabilitas rantai pasok yang vital bagi ekonomi digital dunia.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU