Rabu, 15 Oktober 2025
Selular.ID -

Starlink Turun Drastis, Konsumen Hadapi Biaya Tinggi di Indonesia

BACA JUGA

Selular.id – Layanan internet satelit Starlink mengalami penurunan kecepatan signifikan di Indonesia dalam setahun terakhir.

Data OpenSignal menunjukkan kecepatan unduh turun hampir dua pertiga, sementara unggahan turun hampir setengah dari performa awal.

Lonjakan permintaan yang cepat memicu kemacetan jaringan, memaksa Starlink menghentikan sementara pendaftaran pelanggan baru.

Ketika layanan kembali dibuka pada Juli 2025, calon pelanggan dihadapkan pada “biaya lonjakan permintaan” yang tinggi.

Biaya ini berkisar antara US$490 hingga US$574 atau setara Rp8,1 juta sampai Rp9,5 juta, tergantung pada gateway yang digunakan.

Angka ini sekitar tiga kali lipat dari rata-rata upah bulanan di Indonesia yang sebesar Rp3,09 juta.

OpenSignal mengungkapkan bahwa meskipun kecepatan lebih lambat, konsistensi kualitas Starlink justru meningkat dari 24,2% menjadi 30,9% selama periode yang sama.

“Peningkatan Starlink dari tahun ke tahun dalam metrik ini mencerminkan latensi yang lebih rendah dan peningkatan infrastruktur,” kata OpenSignal dalam laporannya.

Perbandingan dengan FWA Lokal

Starlink menghadapi ujian sesungguhnya ketika dibandingkan dengan alternatif lokal seperti Fixed Wireless Access (FWA).

OpenSignal menilai Starlink memberikan kecepatan download yang sedikit lebih cepat daripada FWA.

Namun, akses nirkabel tetap itu unggul dalam tiga metrik lainnya: kecepatan upload, konsistensi kualitas, dan pengalaman video.

Konsistensi kualitas FWA hampir menyentuh angka 50%, jauh lebih tinggi daripada hasil Starlink yang hanya 30,9%.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun Starlink menawarkan kecepatan awal yang menarik, FWA memberikan layanan yang jauh lebih konsisten bagi pengguna di Indonesia.

Implementasi FWA di daerah pedesaan memang memiliki keterbatasan jangkauan.

Populasi yang jarang dan medan sulit membuat perluasan menara dan backhaul—infrastruktur yang menghubungkan inti jaringan ke jaringan lokal—menjadi mahal.

Namun, operator telekomunikasi lokal telah mengembangkan strategi pragmatis untuk mengatasi tantangan ini.

Sebagian besar layanan FWA di Indonesia masih berbasis 4G, sementara penerapan 5G hanya diperluas secara bertahap karena terbatasnya ketersediaan spektrum 5G.

Menghadapi kendala ini, operator beralih ke FWA 4G sebagai cara yang pragmatis dan layak secara komersial untuk memenuhi permintaan pasar.

Dominasi Operator Lokal di Segmen FWA

OpenSignal mengungkapkan bahwa Telkomsel mendominasi segmen FWA dengan layanan Orbit, yang tumbuh 31% menjadi 1,1 juta pelanggan pada tahun 2023.

XL Axiata juga menawarkan layanan FWA, sementara Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) memasuki pasar pada tahun 2024 dengan HiFi Air.

Peluncuran HiFi Air oleh IOH bersamaan dengan kesepakatan ekspansi 4G/5G nasional dengan Nokia yang mencakup pengembangan FWA.

Langkah ini menunjukkan komitmen operator lokal dalam memperkuat infrastruktur digital Indonesia, meskipun menghadapi berbagai tantangan geografis dan teknis.

Pengembangan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia memang memerlukan pendekatan yang komprehensif.

Seperti yang terlihat dalam upaya pemulihan SKKL Papua, diperlukan kolaborasi antara operator, pemerintah daerah, dan komunitas untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil.

Starlink sendiri pernah mengalami gangguan global yang mempengaruhi ribuan pengguna.

Insiden tersebut menunjukkan bahwa meskipun teknologi satelit menawarkan jangkauan luas, layanan ini tetap rentan terhadap gangguan teknis yang dapat mempengaruhi pengalaman pengguna.

Dalam praktiknya, konsumen yang berminat menggunakan Starlink di Indonesia harus mempertimbangkan biaya awal yang tinggi di muka atau menunggu hingga permintaan menurun.

Situasi ini mencerminkan dinamika pasar telekomunikasi Indonesia yang terus berkembang, di mana teknologi baru seperti internet satelit harus bersaing dengan solusi lokal yang telah teruji.

Perkembangan layanan internet di Indonesia juga tidak lepas dari berbagai program strategis pemerintah yang bertujuan mempercepat transformasi digital.

Meskipun beberapa program menghadapi kendala dalam implementasinya, upaya untuk meningkatkan konektivitas digital terus berlanjut.

Ke depan, persaingan antara penyedia internet satelit seperti Starlink dan operator lokal dengan teknologi FWA diperkirakan akan semakin ketat.

Masing-masing memiliki keunggulan dan tantangan tersendiri dalam memenuhi kebutuhan konektivitas masyarakat Indonesia yang beragam.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU