Selular.id – Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai proyeksi peningkatan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) pada 2026 sangat bergantung pada konsistensi anggaran pemerintah untuk teknologi pemerintahan (Government Technology).
Ketua Umum Mastel, Sarwoto Atmosutarno, mengatakan dukungan kebijakan investasi terhadap sektor telekomunikasi dan penyelenggara jaringan juga menjadi faktor utama pencapaian target tersebut.
“Tergantung konsistensi anggaran Government Technology dan dukungan kebijakan investasi terhadap telekomunikasi dan penyelenggara jaringan dan infrastruktur lainnya. Termasuk investasi dalam riset dan SDM,” kata Sarwoto yang dikutip Selular.id, Rabu (8/10/2025).
Pernyataan ini disampaikan menanggapi proyeksi peningkatan IMDI 2026 yang diprediksi mencapai 45,33 poin, naik 0,8 poin dari capaian 2025 sebesar 44,53 poin.
Sarwoto menambahkan, tahun depan Indonesia tidak hanya akan memasuki fase digitalisasi menuju all clouds atau transformasi digital yang sepenuhnya berbasis komputasi awan, tetapi juga menghadapi era digitalisasi menuju all intelligence dengan maraknya pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
Menurutnya, pemerintah bersama masyarakat pengguna dan industri perlu memastikan agar IMDI berdampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Tahun disrupsi teknologi dan layanan harus dijawab dengan debottlenecking peraturan yang menghambat, dengan tetap menjunjung kepentingan nasional,” imbuhnya.
Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan transformasi digital Indonesia berjalan sesuai target.
Empat Pilar Utama IMDI dan Tantangan ke Depan
Lebih lanjut, Sarwoto menjelaskan IMDI menilai empat pilar utama, yakni infrastruktur dan ekosistem, keterampilan, pemberdayaan masyarakat, serta penciptaan lapangan pekerjaan.
Kenaikan skor nasional mencerminkan arah positif transformasi digital, meski setiap pilar dapat mengalami fluktuasi.
Menurut Mastel, salah satu pendorong peningkatan IMDI 2025 adalah perbaikan pada pilar infrastruktur dan ekosistem digital yang sempat turun 1–2 poin pada 2024 akibat keterlambatan pembangunan di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
“Terutama akses BTS 4G dan infrastruktur data center. Mastel berpendapat di pilar ini pemerintah dan operator atau pelaku lainnya mesti mendorong implementasi akses berbasis 5G, edge AI, karena use case (5G + AI) akan menjadi motor penggerak transformasi digital yang lebih efisien dan efektif,” katanya.
Data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menunjukkan IMDI 2025 mencapai 44,53 poin, meningkat 1,19 poin dari tahun sebelumnya sebesar 43,34.
IMDI mengukur tingkat kompetensi dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi digital, baik dalam aktivitas harian maupun pekerjaan.
Dari keempat pilar utama, pilar Infrastruktur dan Ekosistem mencatat skor tertinggi 53,06, sedangkan pilar Pemberdayaan mencatat skor terendah 34,42.
Baca Juga:
Literasi Digital dan Kolaborasi Lintas Sektor
Adapun untuk mempercepat peningkatan indeks di tahun-tahun mendatang, Mastel menilai literasi digital juga harus digarap lebih konkret dan tidak sekadar teoritis.
Sarwoto mengatakan kasus nyata yang dihadapi sektor digitalisasi bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan hubungan antarnegara.
“Perlu kerja sama dalam dan luar negeri untuk ini, kolaborasi, copy dan adaptasi terobosan cepat saat ini diperlukan. Perilaku ini jangan hanya dibebankan kepada masyarakat, namun terutama unsur pemerintah juga sangat perlu, banyak regulasi lintas sektor dinilai menghambat indeks IMDI,” kata Sarwoto.
Upaya peningkatan literasi digital ini sejalan dengan berbagai inisiatif yang telah berjalan, termasuk program peningkatan literasi bagi investor kripto yang jumlahnya telah mencapai 14 juta orang.
Mastel sendiri telah melakukan berbagai langkah strategis, termasuk kolaborasi dengan Victoria Government untuk memperkuat ketahanan AI dan keamanan siber Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengatakan capaian IMDI 2025 bukan sekadar angka statistik, tetapi bukti nyata bahwa Indonesia tengah bergerak menuju visi besar Pemerintah Digital 2045.
“IMDI bukan hanya menjadi alat evaluasi, namun jadi kompas kebijakan dalam memandu pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun program,” kata Meutya, dikutip dari laman resmi Komdigi.
Indeks ini telah diukur sejak 2022 dan terus menunjukkan tren positif: 37,80 pada 2022, 43,18 pada 2023, 43,34 pada 2024, hingga 44,53 pada 2025.
Tahun ini, pengukuran melibatkan lebih dari 18.000 responden individu dan 11.000 responden industri di 514 kabupaten/kota.
Kepala Badan Pengembangan SDM Komdigi, Boni Pudjianto, memproyeksikan IMDI 2026 akan meningkat menjadi 45,33 poin atau naik 0,8 poin dibandingkan tahun ini.
Boni mengatakan peningkatan nilai IMDI nasional akan diupayakan melalui tiga langkah utama.
Pertama, pengembangan dan penguatan infrastruktur digital dengan memastikan penyediaan konektivitas broadband yang inklusif, berkualitas, dan terjangkau di seluruh Indonesia.
Kedua, penguatan ekosistem ruang digital dengan meningkatkan literasi serta keterampilan digital dasar masyarakat agar lebih produktif.
“Ketiga pengembangan kompetensi digital SDM (sumber daya manusia) nasional yang disesuaikan dengan kebutuhan industri di masa depan,” kata Boni.
Perkembangan transformasi digital Indonesia juga tercermin dalam posisi Indonesia di kancah global, meski masih perlu peningkatan di beberapa aspek.
Dengan konsistensi anggaran Government Technology dan dukungan kebijakan investasi yang tepat, target peningkatan IMDI 2026 dipandang cukup realistis untuk dicapai.