Selular.id – Meski tidak turut serta dalam lelang frekuensi 1,4 GHz, saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) justru terbang, pada awal pekan ini.
Lonjakan ini bukan terjadi dalam vakum. Saham INET sebenarnya sudah menunjukkan performa impresif sepanjang tahun 2025, dengan kenaikan kumulatif mencapai 375,86% sejak awal tahun.
Namun, akselerasi pada perdagangan Senin tersebut benar-benar di luar ekspektasi banyak analis.
Senin (29/9/2025), pukul 10.36 WIB, saham INET sudah terbang 21,93% ke level Rp278 per unit, dengan nilai transaksi yang mencapaI Rp223,32 miliar.
Apa yang mendorong sentimen positif begitu kuat terhadap saham ini?
Jawabannya terletak pada pengumuman rights issue jumbo senilai Rp3,2 triliun yang resmi diumumkan perusahaan.
Rights issue ini bukan sekadar penambahan modal biasa, melainkan sebuah langkah strategis yang akan mengubah peta persaingan INET di industri telekomunikasi Indonesia.
Detail Rights Issue yang Bikin Investor Bergairah
Dalam keterbukaan informasi yang dirilis Jumat (26/9/2025), INET mengungkapkan rencana ambisius untuk menerbitkan 12,8 miliar saham baru melalui mekanisme Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I).
Yang membuat rights issue ini istimewa adalah skalanya yang mencapai 57,14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.
Perusahaan menetapkan harga pelaksanaan sebesar Rp250 per saham dengan periode pelaksanaan yang cukup singkat, yaitu 1-5 Desember 2025.
Skema yang ditawarkan pun menarik: setiap pemegang 3 saham lama berhak memperoleh 4 HMETD.
Saham baru hasil pelaksanaan HMETD ini akan memiliki hak yang sama dengan saham yang telah disetor penuh lainnya dan tentu saja akan tercatat di BEI.
Yang tak kalah menarik, bersamaan dengan rights issue ini, Perseroan juga menerbitkan 3,07 miliar Waran Seri II atau setara 13,71% modal setelah PMHMETD I.
Waran ini diberikan cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham yang mengeksekusi HMETD dan dapat ditebus dengan harga Rp300 per saham pada periode 3 Juni 2026 – 2 Juni 2028.
Baca Juga:
Dukungan Pemegang Saham Utama dan Mekanisme Pengamanan
Keberhasilan rights issue seringkali bergantung pada komitmen pemegang saham utama, dan INET tampaknya telah mengamankan hal ini dengan baik.
Pemegang saham utama, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN), yang menguasai 60,62% saham, telah menyatakan komitmen kuatnya untuk melaksanakan seluruh HMETD senilai Rp1,78 triliun.
Tak hanya itu, AKUN juga bersedia bertindak sebagai pembeli siaga jika ada sisa saham yang tidak diambil investor publik.
Komitmen ganda ini memberikan sinyal kepercayaan yang sangat kuat kepada pasar dan sekaligus menjadi jaminan bahwa rights issue ini akan berjalan sukses tanpa hambatan berarti.
Dalam dunia investasi, dukungan seperti ini sering menjadi penentu utama keberhasilan sebuah corporate action.
Investor melihat bahwa ketika pemegang saham pengendali begitu yakin dengan masa depan perusahaan, maka risiko investasi mereka pun berkurang secara signifikan.
Alokasi Dana dan Strategi Ekspansi Berbasis Teknologi
Pertanyaan kritis yang sering diajukan investor adalah: untuk apa dana segar Rp3,2 triliun ini akan digunakan?
INET memberikan jawaban yang sangat detail dan terencana. Sebagian besar dana, yaitu Rp2,8 triliun, akan dialokasikan untuk pembangunan jaringan internet FTTH berteknologi WiFi 7 di Bali dan Lombok melalui GPI.
Ini adalah langkah strategis mengingat Bali dan Lombok merupakan destinasi pariwisata premium yang membutuhkan infrastruktur internet berkecepatan tinggi.
Dengan teknologi WiFi 7 yang lebih cepat dan stabil, INET berpotensi merebut pangsa pasar yang signifikan di kedua wilayah ini.
Alokasi lainnya termasuk Rp213,44 miliar untuk pembayaran IRU fiber optic oleh PFI, Rp135 miliar untuk modal kerja proyek FTTH di Jawa oleh IAB, serta sisanya untuk modal kerja Perseroan.
Dana hasil Waran Seri II juga akan digunakan sebagai modal kerja baik bagi Perseroan maupun anak usaha.
Strategi alokasi dana ini menunjukkan fokus INET pada penguatan infrastruktur digital yang menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia.
Dalam era di mana teknologi AI dan digitalisasi semakin mendominasi, kepemilikan infrastruktur yang kuat menjadi kunci kompetitif yang tak ternilai.
Implikasi terhadap Pasar Telekomunikasi Indonesia
Rights issue INET ini bukan sekadar urusan internal perusahaan, melainkan memiliki implikasi yang lebih luas terhadap lanskap telekomunikasi Indonesia.
Dengan dana segar Rp3,2 triliun, INET diposisikan untuk menjadi pemain yang lebih signifikan dalam persaingan penyedia layanan internet.
Ekspansi jaringan FTTH dengan teknologi WiFi 7 di Bali dan Lombok menunjukkan ambisi INET untuk tidak hanya bertahan, tetapi menjadi leader di segmen tertentu.
Ini adalah langkah yang tepat mengingat pertumbuhan pariwisata di kedua daerah tersebut yang membutuhkan infrastruktur digital kelas dunia.
Industri telekomunikasi Indonesia memang sedang mengalami transformasi besar.
Seperti yang tercermin dalam 18 perusahaan telekomunikasi yang sudah go public, persaingan semakin ketat dan hanya perusahaan dengan strategi yang tepat serta modal yang kuat yang akan bertahan dan berkembang.
Perkembangan ini juga menarik untuk diamati dalam konteks persaingan global, di mana perusahaan seperti Eutelsat mendapatkan investasi besar untuk bersaing dengan Starlink.
Meskipun skala dan fokusnya berbeda, prinsipnya sama: di industri telekomunikasi, modal dan inovasi adalah dua sisi mata uang yang sama.
Perspektif Investasi dan Potensi ke Depan
Bagi investor, rights issue INET menawarkan beberapa peluang menarik.
Pertama, hak memesan efek dengan harga Rp250 per saham memberikan diskon yang signifikan dibanding harga pasar saat ini.
Kedua, adanya waran gratis sebagai insentif tambahan meningkatkan potensi return investasi.
Namun, seperti halnya investasi saham lainnya, selalu ada risiko yang perlu dipertimbangkan.
Investor perlu memantau bagaimana perusahaan akan mengelola dana yang terkumpul dan apakah target ekspansi dapat tercapai sesuai rencana.
Pengalaman dengan perusahaan seperti Ninetology yang pernah booming atau kasus Surge yang terkena suspensi BEI mengingatkan kita bahwa tidak semua corporate action berakhir sukses.
Yang membedakan INET adalah transparansi dalam pengumuman rights issue dan komitmen kuat dari pemegang saham utama.
Dengan rencana alokasi dana yang jelas dan fokus pada pengembangan infrastruktur, INET tampaknya memiliki fondasi yang cukup kuat untuk pertumbuhan berkelanjutan.
Lonjakan saham INET 22% dalam satu hari mungkin terlihat spektakuler, tetapi yang lebih penting adalah sustainability performa ini ke depannya.
Dengan rights issue yang terencana baik dan strategi ekspansi yang jelas, INET berpotensi tidak hanya menjadi pemenang jangka pendek di pasar saham, tetapi juga pemain penting dalam transformasi digital Indonesia.
Bagi investor yang percaya pada masa depan digital Indonesia, rights issue INET mungkin menjadi kesempatan yang patut dipertimbangkan secara serius.



