Minggu, 23 November 2025
Selular.ID -

AI Berdaulat Bisa Bikin Warga Indonesia Kaya, Begini Caranya

BACA JUGA

Selular.id – Kecerdasan buatan (AI) berdaulat berpotensi menambah US$140 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030 dan mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi.

Potensi besar ini terungkap dalam laporan ‘Empowering Indonesia 2025’ yang disusun Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama Twimbit, yang diluncurkan di Jakarta, Senin (27/10/2025).

Laporan tersebut memproyeksikan adopsi AI tidak hanya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 6,8%, tetapi juga mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi menjadi 2041, atau bahkan 2038 dalam skenario terbaik.

Manoj Menon, Founder dan CEO Twimbit, menekankan pentingnya Indonesia menjadi pemain aktif dalam ekosistem AI global.

“Pertama, bagaimana kita bisa mengembangkan dan melahirkan investasi perusahaan domestik ke Indonesia, khususnya dalam bidang AI. Kalau berpikir AI, kita harus berpikir bagaimana Indonesia bisa menjadi pemain, bukan sekadar pengguna,” ujarnya dalam peluncuran laporan tersebut.

Teknologi AI dinilai menjadi mesin pendorong utama bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan middle-income trap dan menuju status negara berpenghasilan tinggi pada 2045. Namun, realisasi potensi ini membutuhkan dukungan kuat dari sisi infrastruktur, talenta, riset, industri, dan regulasi.

Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan peran krusial sektor telekomunikasi dalam membangun fondasi AI nasional.

“Saya hanya ingin berbagi kepada Anda semua tentang peran penting yang dimainkan oleh sektor telekomunikasi. Kami telah lama berkecimpung dalam bisnis konektivitas,” ujar Vikram.

Ia menambahkan bahwa kedaulatan AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kemandirian bangsa.

“Kedaulatan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun masa depan yang dimiliki dan dikendalikan oleh Indonesia sendiri,” tegasnya.

Dampak Besar di Berbagai Sektor Ekonomi

Laporan Empowering Indonesia 2025 memetakan sektor-sektor yang akan paling banyak terdampak positif oleh adopsi AI.

Sektor manufaktur diproyeksikan mendapat dampak terbesar dengan potensi tambahan US$357 miliar, disusul agrikultur (US$291 miliar), perdagangan grosir dan ritel (US$279 miliar), serta informasi dan komunikasi (US$121 miliar).

Proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa pada 2045, skenario dengan adopsi AI dapat membawa Indonesia mencapai total PDB US$7,4 triliun, dengan PDB per kapita US$23.199 dan populasi mencapai 319 juta jiwa.

Angka ini menguatkan posisi AI sebagai prioritas utama investasi perusahaan di era digital.

Lima Pilar Menuju Kedaulatan AI Nasional

Laporan ini memetakan lima pilar utama untuk mewujudkan kedaulatan AI nasional. Pertama, infrastruktur digital yang kuat menjadi fondasi utama.

Kedua, pengembangan talenta AI berkelanjutan yang mencakup kebutuhan 400 ribu talenta AI pada 2030 dengan investasi sebesar US$968 juta untuk pendidikan, pelatihan, dan reskilling tenaga kerja.

Ketiga, pertumbuhan industri AI melalui kolaborasi lintas sektor publik dan swasta. Keempat, penguatan kemampuan riset dan pengembangan AI.

Kelima, penyusunan regulasi dan etika AI yang kuat untuk memastikan pengembangan AI yang bertanggung jawab.

Pentingnya regulasi ini juga terlihat dari pengalaman negara lain yang gagal memanfaatkan ledakan kecerdasan buatan secara optimal.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyoroti perkembangan positif inisiatif riset nasional seperti Sahabat-AI V2, Large Language Model (LLM) berparameter 70 miliar yang mendukung bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.

“Saya kira Indosat juga punya komitmen yang cukup kuat dengan sejumlah program lewat Sahabat AI dan dilakukan satu upaya untuk membuat model AI yang Indonesia. Dan ini juga menjadi satu komitmen yang cukup kuat,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Menurut catatan laporan, Indonesia saat ini telah memiliki 364 startup AI dengan total pendanaan mencapai US$1,08 miliar.

Nezar menilai inovasi lokal ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global.

“Dewan Ekonomi Nasional juga menyampaikan bahwa kita kedepan dalam pembangunan AI Indonesia. Dan tentu itu beliau sangat yakin juga dalam satu diskusi bersama kami bahwa sejumlah talent kita sedang berkumpul,” pungkasnya.

Perkembangan AI di Indonesia menunjukkan tren positif seiring dengan gerakan global dalam pengembangan ekosistem AI nasional.

Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi menjadi kunci untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen teknologi AI yang mampu bersaing di tingkat global.

Dengan implementasi kelima pilar tersebut, Indonesia berpeluang besar merealisasikan potensi ekonomi digital yang ditawarkan oleh teknologi kecerdasan buatan.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU