Selular.id – Telegram, layanan pesan instan yang didirikan oleh Pavel Durov, telah mencapai tonggak bersejarah dengan mencatatkan lebih dari 1 miliar pengguna aktif per Maret 2025.
Pencapaian ini disertai dengan keuntungan perusahaan sebesar US$547 juta sepanjang tahun lalu, menandakan pertumbuhan yang signifikan dan mendekatkan posisinya untuk menantang dominasi WhatsApp yang saat ini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna.
Pavel Durov, dalam pernyataannya yang dikutip dari TechCrunch, Minggu (21/9/2025), secara terbuka menyebut WhatsApp sebagai “layanan murah yang meniru Telegram.”
Ia mengklaim bahwa selama bertahun-tahun, WhatsApp berusaha mengikuti inovasi Telegram sambil menghabiskan miliaran dolar AS untuk lobi dan kampanye PR guna memperlambat pertumbuhan Telegram.
“Mereka gagal. Telegram bertumbuh, meraup keuntungan, dan mempertahankan kemandirian kami,” tegas Durov.
Data dari DemandSage mengungkapkan bahwa 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium.
India menjadi negara dengan pengguna Telegram terbanyak, menyumbang 45% dari total basis pengguna global, sementara hanya 9% pengguna yang berasal dari Amerika Serikat.
Sebanyak 53,2% pengguna Telegram berada dalam kelompok usia 25-44 tahun, dengan komposisi gender didominasi pria (58%) dibandingkan perempuan (42%). Rata-rata, pengguna menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan di aplikasi tersebut, meski masih jauh di bawah WhatsApp yang mencapai 17 jam 6 menit per bulan.
Pertumbuhan Telegram tidak lepas dari berbagai tantangan, termasuk tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.
Pada Agustus 2024, Pavel Durov sempat ditahan di Prancis atas tuduhan keterlibatan dalam mendistribusikan konten ilegal seperti pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan perangkat lunak peretasan melalui platformnya.
Setelah dibebaskan bersyarat dengan uang jaminan 5 juta euro, Telegram mulai meningkatkan moderasi konten di platform.
Meski demikian, Durov menekankan netralitas Telegram dalam konflik geopolitik. Saat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Telegram menjadi sumber informasi yang transparan, meski banyak konten disinformasi yang tersebar.
Durov menjamin bahwa sistem enkripsi Telegram melindungi pertukaran informasi dari intervensi pemerintah. “Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya pada 2024 sebelum penangkapan.
Durov juga mengungkapkan upaya dari pihak seperti FBI yang mencoba merekrut engineer Telegram untuk membobol backdoor platform.
Meski FBI tidak berkomentar, tekanan terhadap kebebasan berekspresi juga datang dari rival seperti Apple dan Alphabet, yang menurut Durov memiliki kemampuan untuk menyensor konten dan mengakses data di smartphone pengguna.
Baca Juga:
Pencapaian 1 miliar pengguna aktif ini merupakan lonjakan signifikan dari 500 juta pengguna yang dicatat pada 2021, menunjukkan daya tarik platform terhadap pengguna global.
Meski masih tertinggal dari WhatsApp, pertumbuhan Telegram yang cepat dan profitabilitasnya menandakan persaingan yang semakin ketat di pasar pesan instan.
Dengan peningkatan moderasi konten dan komitmen terhadap privasi, Telegram terus berupaya menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial.
Perkembangan ini akan menjadi penentu apakah Telegram dapat terus menantang dominasi WhatsApp dan mencapai target pertumbuhan yang lebih ambisius di masa depan.




