Jumat, 19 September 2025

Pemanfaatan AI Jadi Cara Operator Selular di Hong Kong Meraih Laba, Bisa Diakselerasi Indonesia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Pada Rabu (3/9), SmarTone melaporkan kenaikan laba setahun penuh sebesar 2%, menjadi perusahaan telekomunikasi Hong Kong terbaru yang meraih sedikit keuntungan di pasar yang sulit.

Perusahaan menyatakan pendapatan hanya meningkat 1%, tetapi labanya tumbuh menjadi 479 juta dolar Hong Kong (US$61,3 juta) melalui manajemen biaya yang ketat.

Dalam laporan keuangan di bursa saham, perusahaan menyatakan telah memangkas opex sebesar 4% dan capex sebesar 10%, sekaligus mengurangi biaya penyusutan yang terkait dengan sewa jaringan sebesar 6%.

Chairman SmarTone Raymond Kwok mengatakan penggunaan AI dan analitik canggih telah membantu meningkatkan produktivitas dan memangkas biaya,

“Pemanfaatan AI memungkinkan kami melindungi margin, mendukung pertumbuhan yang menguntungkan dan memperkuat posisi di pasar premium”.

Sumber pertumbuhan pendapatan terbesar adalah broadband rumah 5G, yang naik 16%, dan roaming naik 5,5%. ARPU seluler tetap sama di HK$222 ($28,50), tertinggi di kota tersebut.

Namun, Kwok mengatakan “ketidakpastian ekonomi makro dan kepercayaan konsumen yang rendah meningkatkan tekanan persaingan di pasar yang sudah jenuh.”

Dua pesaing SmarTone yang tercatat juga mencatat kondisi ekonomi yang sulit dan pasar yang jenuh; secara resmi kota ini memiliki 21,6 juta layanan seluler aktif, dengan tingkat penetrasi sebesar 290%.

Baca Juga: Ledakan AI Menciptakan Miliarder Baru dengan Kecepatan yang Memecahkan Rekor

Prospek yang Suram

Direktur pelaksana grup HKT, Susanna Hui, mengatakan perusahaan “terus menghadapi kondisi operasional yang sulit, yang dipengaruhi oleh lingkungan geopolitik yang berubah dengan cepat, meningkatnya ketegangan perdagangan, dan melemahnya belanja konsumen Hong Kong yang berkelanjutan.”

Ketua Hutchison Telecom HK, Canning Fok, mengatakan prospek kota “masih dibayangi oleh ketegangan geopolitik global yang sedang berlangsung dan kebijakan moneter yang terus berkembang.”

Namun, Hutchison telah menemukan satu aliran pertumbuhan yang kuat – roaming global, yang menarik pelanggan baru dari China daratan dan tempat lainnya. Penjualan roaming meningkat 30% pada semester pertama dan jumlah pelanggan meningkat 44%.

Lonjakan roaming lebih dari cukup untuk mengkompensasi penurunan pendapatan layanan lokal sebesar 2%, ungkap perusahaan tersebut.

Perusahaan melaporkan EBITDA yang lebih tinggi 6% menjadi HK$771 juta ($98,9 juta) dan laba bersih sebesar HK$6 juta ($769.100) dengan total pendapatan sebesar HK$2,2 miliar ($282 juta).

Pemimpin pasar HKT, yang merilis hasil interimnya sebulan yang lalu, mencatat peningkatan pendapatan sebesar 4% dan laba sebesar HK$2,3 miliar ($294,8 juta), yang juga naik 4%.

Perusahaan menyatakan bahwa peningkatan produktivitas berbasis AI telah membantu memangkas biaya sebesar 7%.

Kerasnya kompetisi antar operator selular di Hong Kong sejatinya tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Meski jumlah operator menciut menjadi tersisa tiga operator (Telkomsel, Indosat, XLSmart), namun pasar yang jenuh dan daya beli masyarakat yang menurun akibat kemunduran ekonomi, membuat pertumbuhan pendapatan operator melambat.

Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), industri telekomunikasi anjlok ke level 7,19% secara tahunan pada 2024.

Untuk bisa turn around, operator selular Indonesia bisa meniru langkah Hong Kong yang dengan cepat mengimplementasikan AI ke dalam setiap aspek perusahaan.

Apalagi sejak beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi fokus operator di Indonesia dalam meningkatkan produktifitas sekaligus mendorong efisiensi di berbagai lini.

Tengok saja langkah Indosat yang telah bertransformasi menjadi AI-TechCo pada 2023. Perusahaan telah mengembangkan solusi seperti Vision AI untuk keamanan dan optimasi bisnis, menciptakan platform Sahabat-AI untuk mendorong pengembangan AI lokal berbahasa Indonesia, mengaktifkan fitur anti-spam dan anti-scam berbasis AI di jaringan 5G, serta mengoptimalkan SDM perusahaan melalui AI.

Perusahaan juga membangun infrastruktur AI lokal melalui AI Factory dan AI Experience Center sebagai bagian dari upaya menuju kedaulatan AI nasional.

Dengan berbagai inovasi yang dihadirkan, Indosat menargetkan dapat menghemat biaya hingga US$10 juta atau sekitar Rp 159,6 miliar setelah sistem AI terimplementasi sepenuhnya di dalam aktifitas perusahaan.

Selain Indosat, Telkomsel juga memanfaatkan AI secara menyeluruh (end-to-end) untuk mengoptimalkan operasional, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan mengembangkan ekosistem digital nasional.

Pemanfaatan utamanya meliputi perencanaan dan pengelolaan jaringan cerdas (Autonomous Network), layanan pelanggan yang dipersonalisasi melalui asisten virtual seperti Veronika, serta inovasi produk dan layanan digital seperti bundling dengan mesin pencari AI Perplexity.

Dengan berbagai inovasi berbasis AI, kita menunggu bagaimana AI bisa mendongkrak kinerja operator selular di Indonesia, seperti halnya Hong Kong yang telah memetik manfaat dari implementasi AI.

Baca Juga: Roblox Umumkan Inovasi AI dan Monetisasi untuk Kreator di RDC 2025

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU