Jumat, 28 November 2025
Selular.ID -

Terungkap Alasan Nadiem Pilih Chromebook Dibanding Windows

BACA JUGA

Selular.id – Kuasa hukum Nadiem Makarim, Hotman Paris Hutapea, membeberkan alasan kliennya memilih Chromebook ketimbang laptop Windows dalam proyek pengadaan perangkat Kemendikbudristek. Menurut Hotman, biaya Chrome Device Management (CDM) untuk mengelola Chromebook jauh lebih murah dibandingkan solusi serupa di Windows.

Hotman menjelaskan hal tersebut dalam konferensi pers terkait penetapan Nadiem Makarim sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek periode 2019-2022 oleh Kejaksaan Agung.

“Device Management Windows jauh lebih mahal. Kalau Windows harganya 200 dollar AS sampai 230 dollar AS (sekitar Rp 3,8 juta). Itu pun per tiga tahun. Sedangkan Google sekali seumur hidup hanya 30 dollar AS (sekitar Rp 500.000),” ujar Hotman, yang Selular kutip, Rabu (10/9/2025).

Hotman juga menegaskan bahwa lisensi CDM tersebut dibayarkan oleh vendor laptop yang menggunakan ChromeOS, bukan oleh Kemendikbudristek. “Vendor yang membayar kepada Google untuk dicantumkan CDM dalam laptop dan kemudian vendor itu ikut menjual barangnya dalam LKPP,” jelasnya.

Chrome Device Management, yang juga dikenal sebagai Chrome Education Upgrade (CEU), merupakan lisensi untuk mengelola Chromebook secara terpusat melalui Google Admin Console. Lisensi ini memungkinkan admin IT mengatur aplikasi yang dapat diinstal, fitur yang dapat diakses, serta mengunci perangkat ke mode tertentu seperti untuk ujian.

Dengan lisensi CEU, admin juga dapat mereset perangkat dari jarak jauh, mengatur WiFi, password, dan berbagai pengaturan lainnya. Hal ini membuat penggunaan Chromebook menjadi lebih terbatas dan terkontrol dibandingkan laptop Chromebook “murni”, sekaligus mencegah penyalahgunaan seperti mengakses situs pornografi, judi online, atau menginstal aplikasi ilegal.

Di ekosistem Windows, sistem pengelolaan terpusat serupa dikenal dengan istilah Mobile Device Management (MDM) atau Intune. Perbedaan signifikan terletak pada model pembiayaan dan durasi lisensi yang ditawarkan.

Untuk harga terkini, lisensi Chrome Education Upgrade dibanderol 38 dollar AS (sekitar Rp 625.000), mengalami kenaikan dari harga sebelumnya 30 dollar AS pada tahun 2021. Meski demikian, lisensi ini bersifat perpetual alias sekali bayar untuk selamanya, berbeda dengan solusi Windows yang biasanya memerlukan pembayaran berulang setiap periode tertentu.

Kasus pengadaan Chromebook Kemendikbudristek ini menjadi sorotan publik setelah Kejaksaan Agung menetapkan Nadiem Makarim sebagai tersangka. Proyek pengadaan perangkat teknologi untuk pendidikan ini dinilai memiliki beberapa kejanggalan dalam proses pengadaannya.

Pemilihan Chromebook sebagai perangkat utama dalam proyek pendidikan sebenarnya memiliki beberapa pertimbangan teknis. Selain dari segbiaya management device, Chromebook juga dikenal dengan keamanan yang lebih terkelola dengan baik dan kemudahan maintenance untuk skala besar.

Namun, implementasi proyek pengadaan massive perangkat teknologi untuk dunia pendidikan tidak lepas dari berbagai tantangan. Mulai dari kesiapan infrastruktur pendukung, pelatihan pengguna, hingga pemeliharaan jangka panjang menjadi faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

Penggunaan Chromebook dalam skala besar untuk pendidikan sebenarnya sudah banyak diadopsi di berbagai negara. Model pembiayaan yang lebih terjangkau dan kemudahan management menjadi pertimbangan utama banyak institusi pendidikan dalam memilih solusi teknologi.

Perkembangan kasus ini masih terus berlanjut dengan proses hukum yang sedang berjalan. Berbagai pihak terkait masih memberikan keterangan dan bukti-bukti pendukung untuk mengungkap lebih jelas mengenai proses pengadaan dan implementasi proyek Chromebook Kemendikbudristek.

Dunia teknologi pendidikan sendiri terus berkembang dengan berbagai opsi solusi yang tersedia. Pemilihan platform dan perangkat yang tepat harus mempertimbangkan tidak hanya aspek biaya, tetapi juga kesesuaian dengan kebutuhan pendidikan, sustainability, dan dampak jangka panjang bagi proses belajar mengajar.

Kasus ini menjadi pembelajaran penting dalam pengadaan barang dan jasa teknologi pemerintah, khususnya di sektor pendidikan. Transparansi, akuntabilitas, dan pertimbangan teknis yang matang menjadi faktor krusial dalam memastikan proyek teknologi dapat memberikan manfaat optimal bagi dunia pendidikan.

Perkembangan lebih lanjut dari kasus ini masih ditunggu oleh berbagai pihak, termasuk dunia pendidikan dan teknologi. Hasil investigasi Kejaksaan Agung diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai berbagai aspek dalam pengadaan Chromebook Kemendikbudristek tersebut.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU