Selular.id – Kelompok hacker yang diduga terkait dengan militer Iran kembali mengancam akan membocorkan 100 gigabyte data internal dari kampanye mantan Presiden AS Donald Trump. Kelompok bernama “Robert” ini sebelumnya telah mencuri dan membocorkan dokumen-dokumen Trump ke staf Biden serta media besar seperti New York Times dan Politico pada tahun lalu.
Menurut Reuters, kelompok tersebut mengklaim memiliki email internal dari sejumlah rekan dekat Trump, termasuk kepala staf Susie Wiles, pengacara Lindsey Halligan, pendukung setia Roger Stone, dan bintang film dewasa Stormy Daniels. Meski belum memberikan detail isi email tersebut, mereka menyatakan kemungkinan akan menjual data tersebut ke pihak tertentu.
Ancaman ini muncul di tengah ketegangan AS-Iran setelah serangan bom AS terhadap Iran yang dipimpin Trump. Namun, beberapa analis meragukan motif kelompok ini, mengingat waktu ancaman yang kurang strategis jika tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan AS.
Pemerintah Trump melalui Marci McCarthy, Direktur Urusan Publik di Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), mengecam klaim tersebut sebagai “propaganda digital” yang sengaja dirancang untuk merusak reputasi Trump. “Ini adalah kampanye hitam yang ditujukan untuk mendiskreditkan Presiden Trump dan pejabat publik yang terhormat,” tulis McCarthy di platform X.
Baca Juga:
Kelompok “Robert” atau yang juga dikenal sebagai APT42 dan “CharmingKitten” dikenal menggunakan taktik canggih seperti menyebarkan malware untuk merekam percakapan dan memantau aktivitas ponsel pejabat. Mereka sebelumnya juga mencuri email dari mantan Wakil Direktur CIA dan Duta Besar AS untuk Israel.
Pada September 2024, Departemen Kehakiman AS di bawah pemerintahan Biden menuduh tiga hacker Iran yang bekerja untuk Pasukan Garda Revolusi Iran sebagai pelaku pencurian data kampanye Trump. Operasi ini disebut sebagai upaya untuk “menciptakan perpecahan dan merusak kepercayaan publik terhadap proses pemilu AS.”
Kasus ini mengingatkan pada serangan siber sebelumnya yang menargetkan politisi dan perusahaan teknologi. Seperti ancaman siber terhadap data kripto atau kerentanan perangkat Android terhadap serangan kripto. Perlindungan data semakin penting, terutama dengan pembahasan RUU PDP yang masih berjalan.
Perkembangan kasus ini akan terus dipantau, terutama dengan implikasi keamanan siber dan potensi dampaknya pada politik AS menjelang pemilu mendatang.