Selular.id – Chip canggih Nvidia untuk infrastruktur AI dilaporkan diselundupkan secara besar-besaran ke China setelah Amerika Serikat membatasi ekspornya. Nilai chip yang diselundupkan mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 16 triliun, menurut investigasi Financial Times.
Nvidia menegaskan bahwa pusat data yang dibangun dengan chip selundupan tidak akan mendapatkan dukungan teknis atau layanan dari perusahaan. “Mencoba merakit pusat data dari produk selundupan merupakan proposisi yang merugikan, baik secara teknis maupun ekonomis,” kata juru bicara Nvidia, seperti dikutip Selular.id.
Menurut laporan FT, chip Nvidia masuk ke China secara diam-diam setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan pembatasan ekspor chip H20 ke negara tersebut. Chip B200 Nvidia, yang dilarang dijual ke China, justru populer di pasar gelap meskipun ada sanksi.
Pembatasan Ekspor dan Pasar Gelap
Investigasi FT mengungkap bahwa distributor China mulai menjual chip Nvidia secara ilegal sejak Mei lalu kepada pemasok pusat data. Pelanggannya termasuk perusahaan-perusahaan AI China yang membutuhkan komputasi tinggi untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan.
AS dan China telah lama bersaing dalam perlombaan penguasaan AI. China menjadi pasar utama bagi produsen chip, tetapi AS membatasi penjualan prosesor canggih ke negara tersebut dengan alasan keamanan nasional. Kebijakan ini memicu munculnya pasar gelap untuk chip seperti yang diproduksi Nvidia.
Baca Juga:
Respons Nvidia dan Masa Depan Ekspor
CEO Nvidia Jensen Huang baru-baru ini mengumumkan rencana untuk melanjutkan penjualan chip H20 ke China setelah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Trump terkait regulasi ekspor. Namun, AS tampaknya enggan mengizinkan penjualan chip yang lebih canggih ke China karena khawatir akan mempercepat dominasi negara tersebut di bidang AI.
Sebelumnya, pemerintah AS memblokir penjualan chip Nvidia ke China pada April lalu dengan mewajibkan perusahaan untuk memiliki lisensi ekspor. Langkah ini merupakan bagian dari upaya AS untuk membatasi akses China terhadap teknologi tinggi, seperti yang juga terjadi pada Huawei dan SMIC.
Meskipun demikian, permintaan akan chip AI di China tetap tinggi, mendorong praktik penyelundupan. Industri teknologi China terus mencari cara untuk mengamankan pasokan komponen kritis, termasuk dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri seperti yang dilakukan Huawei dengan chip 3 nanometer.
Perkembangan terbaru ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan teknologi antara AS dan China, serta kompleksitas regulasi ekspor yang memengaruhi pasar global. Nvidia, sebagai salah satu pemain utama di industri chip AI, terus berusaha menyeimbangkan kepentingan bisnisnya dengan kebijakan pemerintah AS.