Rabu, 30 Juli 2025
Selular.ID -

Perang Iran vs Israel Merambah ke Ruang Digital, Saling Lancarkan Serangan Siber

BACA JUGA

Selular.ID – Ketegangan antara Iran dan Israel kini tak hanya terjadi di medan perang fisik, tetapi juga telah meluas ke ranah siber. Konflik dua musuh bebuyutan di Timur Tengah ini mulai menunjukkan eskalasi digital yang signifikan, yang berpotensi melibatkan infrastruktur kritis Amerika Serikat (AS).

Meski selama ini publik disuguhi gambaran konflik berupa ratusan rudal, drone, yang menewaskan warga sipil di berbagai kota, para pejabat memperingatkan bahwa Iran dan Israel telah saling melancarkan serangan siber tingkat tinggi, sebagaimana mengutip dari Politico, Selasa (24/6/2025).

Ketegangan kian memuncak setelah Amerika melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran, yang menurut analis, berisiko dibalas dalam bentuk serangan siber terhadap jaringan listrik, instalasi air, dan sektor penting lainnya di AS. “Dunia siber adalah salah satu senjata perang asimetris Iran,” ujar Alex Vatanka, peneliti senior di Middle East Institute.

Sistem Penasihat Terorisme Nasional AS pada Minggu (22/6/2025) memperingatkan kemungkinan meningkatnya aktivitas peretasan oleh kelompok pro-Iran, termasuk terhadap jaringan dan perangkat internet Amerika yang dinilai kurang aman. Pemerintah AS pun mulai mengaktifkan kesiagaan penuh.

Jenderal Dan Caine dari Komando Siber AS mengonfirmasi bahwa unit sibernya turut mendukung serangan terhadap Iran, meskipun ia enggan menguraikan detail operasinya.

Baca juga: Bursa Kripto Terbesar Iran Kena Retas di Saat Perang: Rp1,4 T Lenyap, Israel Pelakunya?

Sejumlah lembaga seperti Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) juga menolak memberi komentar, namun mantan Direktur CISA, Jen Easterly, menyerukan agar semua organisasi infrastruktur penting AS “mengangkat perisai” untuk mengantisipasi serangan siber balasan.

“Meskipun tidak jelas apakah kemampuan sibernya terpengaruh oleh serangan Israel baru-baru ini, Iran memiliki rekam jejak operasi siber balasan yang menargetkan infrastruktur sipil, termasuk: sistem air, lembaga keuangan, jaringan pipa energi, jaringan pemerintah, dan banyak lagi,” ujarnya.

Iran diketahui memiliki sejarah serangan digital terhadap infrastruktur sipil seperti sistem air, lembaga keuangan, jaringan energi, dan institusi pemerintah.

Aksi balasan digital Iran dan Israel semakin tajam sejak serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023. Kelompok peretas Iran mengklaim bertanggung jawab atas pembobolan rumah sakit di Israel dan pencurian data pasien. Sebagai balasan, kelompok peretas pro-Israel menyerang sistem SPBU Iran dan beberapa bank.

Pekan lalu, kelompok Predatory Sparrow mengaku bertanggung jawab atas peretasan terhadap Bank Sepah Iran dan pencurian sekitar US$90 juta dari bursa kripto Nobitex. Mereka bahkan menyebarkan kode sumber platform tersebut di media sosial.

Serangan lain juga ditujukan pada media Iran, dengan siaran TV pemerintah disusupi pesan anti-rezim. Pemerintah Iran merespons dengan memutus akses internet nasional, yang masih belum sepenuhnya pulih hingga hari Minggu.

Dalam situasi ini, para pejabat keamanan Iran disebut telah diarahkan untuk berhenti menggunakan perangkat yang terhubung ke internet, terutama perangkat telekomunikasi, guna menghindari infiltrasi Israel.

Hal ini mengingat kejadian tahun lalu saat ribuan pager milik kelompok militan proksi Iran, Hizbullah, meledak di Lebanon dan menyebabkan ribuan korban.

Keunggulan Israel dalam kemampuan siber banyak disebut sebagai alasan dominasi digitalnya dalam putaran konflik saat ini. “Iran memang berkembang, tetapi masih belum setara dengan Israel atau AS,” ujar Vatanka.

Baca juga: Kantor Microsoft di Israel Kebakaran Kena Rudal Iran

Beberapa serangan paling agresif pekan ini berasal dari grup peretas Israel. Mereka menargetkan institusi keuangan Iran dan menyebarkan disinformasi di media sosial.

Misalnya, beredar pesan palsu yang menyarankan warga Israel untuk tidak masuk ke tempat perlindungan saat serangan, atau kabar bohong tentang kelangkaan gas.

John Hultquist, analis senior dari Google Threat Intelligence Group, menyebut pasukan siber Iran sering menggunakan serangan digital sebagai alat tekanan psikologis.

Ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi spionase digital yang menyasar sektor-sektor seperti perjalanan, perhotelan, dan telekomunikasi — untuk melacak fisik target bernilai tinggi.

Meski Iran dan sekutunya masih membalas dalam skala terbatas, risiko perang digital yang lebih luas kini berada di depan mata. Israel pun mengimbau warganya di luar negeri untuk lebih waspada terhadap situs-situs palsu yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data intelijen pribadi.

Baca juga: Termasuk Perang Timur-Tengah, Simak Penyebab Harga Bitcoin Anjlok

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU