Selular.ID – Setiap tahunnya, lebih dari 1 miliar smartphone atau handphone (HP) diproduksi di seluruh dunia. Mayoritas akan ‘dibuang’ dalam waktu beberapa tahun, bahkan ketika masih dalam kondisi layak.
Proses daur ulang yang masih terbatas berkontribusi terhadap banyaknya limbah smartphone yang berdampak buruk pada lingkungan.
Melihat masalah ini, tim peneliti dari University of Tartu di Estonia mencari cara untuk memanfaatkan smartphone bekas yang sudah tidak diminati untuk dijual kembali.
Mereka berupaya memikirkan cara agar smartphone bekas bisa memiliki tujuan lain. Alhasil, mereka menyulap smartphone lawas bekas menjadi data center lokal.
Associate Professor untuk Komputasi Pervasif, Huber Flores, mengatakan ide di balik proyek tersebut untuk menciptakan inovasi dari barang lama.
“Inovasi seringkali dimulai bukan dari hal baru, tetapi cara berpikir baru terkait barang lama, dengan menata kembali perannya untuk membangun masa depan,” kata dia, yang Selular kutip dari TechRadar, Rabu (18/6/2025).
Flores dan timnya mulai merancang smartphone lawas menjadi data center lokal dengan melepas baterai lithium-ion pada perangkat. Hal ini untuk mengurangi risiko kebocoran bahan kimia yang berbahaya.
Baca juga: 6 Cara Atasi Kuota Internet HP Mati, Meski Kuota Masih Banyak
Adapun energi untuk menjalankan data center disuplai secara eksternal, jadi bukan bagian dari HP.
Selanjutnya, 4 smartphone ditanam bersamaan menggunakan wadah yang di-print 3D, sehingga membentuk prototipe yang berfungsi baik. Setiap smartphone berharga sekitar 8 euro (Rp150 ribuan) untuk digunakan kembali sebagai komponen data center.
Model uji coba ini digunakan di berbagai lingkungan. Di bawah air, model ini membantu penelitian kelautan dengan memroses rekaman video langsung di lokasi untuk menghitung spesies kehidupan laut.
Biasanya, penyelam perlu merekam data dan membawanya ke permukaan untuk dianalisis. Ponsel yang telah dimodifikasi ini menangani semuanya secara otomatis.
Dalam skenario lain, para peneliti menyarankan agar sistem berbasis telepon ini dapat ditempatkan di lokasi perkotaan seperti halte bus. Di sana, HP yang dimodifikasi dapat menghitung penumpang secara real time, membantu meningkatkan jaringan transportasi umum melalui pengumpulan, dan pemrosesan data lokal.
Dengan pertumbuhan sampah elektronik global yang masif, proyek ini menawarkan cara murah untuk memberikan kehidupan baru pada barang elektronik lama. Proyek ini menunjukkan bahwa smartphone tidak perlu diganti setiap dua tahun, atau dibuang setelah diganti.
Baca juga: Alasan HP Android Maupun iOS Harus Sering Pengguna Restart
“Keberlanjutan bukan hanya tentang menjaga masa depan, tetapi juga tentang menata kembali masa kini, di mana perangkat masa lalu menjadi peluang masa depan,” kata Associate Professor untuk Software Engineering, Ulrich Norbisrath.
Meski proyek ini dirancang untuk penggunaan data center mikro, tetapi contoh skenario penggunaannya sudah mendekati praktik aplikasi benda terhubung (Internet of Things/IoT). Konsep ini menunjukkan peralihan perspektif bahwa inovasi bisa mengandalkan perangkat elektronik lama untuk diproses kembali menjadi hal yang bermakna.
Baca juga: 10 HP Desain Compact Terbaru 2025, dari Motorola hingga Xiaomi