Selular.ID – Presiden Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif impor bervariasi mulai 10 persen hingga 54 persen di 180 negara di dunia. Hal ini mulai berlaku 5 April untuk tarif dasar 10 persen, dan 9 April berlaku tarif resiprokal atau timbal balik dengan negara tertentu yang memiliki besaran tarif berbeda. Hal ini memicu anjloknya saham perusahaan teknologi di AS.
Kamis, 3 April waktu AS, nilai pasar Apple anjlok lebih dari $250 miliar, dengan penurunan saham mencapai 8,5 persen. Saham perusahaan teknologi lainnya juga terdampak signifikan: Tesla, Nvidia, dan Meta turun masing-masing sekitar 6 persen, sementara Amazon mengalami penurunan sebesar 7,2 persen.
Tarif tinggi ini berdampak langsung pada rantai pasokan Apple, yang sangat bergantung pada manufaktur di Asia, termasuk Tiongkok, Taiwan, India, dan Vietnam. Hal ini berarti setiap model iPhone, iPad, Mac, dan aksesori yang dijual Apple akan terkena dampaknya. Ironinya, jika perusahaan membebankan tarif impor kepada konsumen, maka produk Apple akan menjadi barang mahal di negaranya sendiri.
Baca juga: Kebijakan Tarif Timbal Balik Donald Trump Bakal Pengaruhi Ekonomi Digital Indonesia
Mengutip TechCrunch, para perusahaan teknologi di AS sedang dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus mencari cara agar konsumen tak terbebani, serta investor juga tak kabur dari pendanaan perusahaan, karena tidak ingin merugi.
Secara global, Trump mengumumkan bahwa tarif impor di AS diberlakukan untuk mengembalikan masa kemakmuran AS. Negara musuh seperti Tiongkok, dikenakan tarif impor ke AS sebesar 54 persen. Kamboja ikut merasakan kepedihan dengan dikenakan tarif impor 49 persen, disusul Taiwan 46 persen, Indonesia 32 persen, Vietnam 24 persen, dan Jepang 20 persen.
Simak berita menarik lainnya dari Selular.id di Google News