Selular.ID – Perusahaan deteksi penipuan dan spam yang berbasis di AS, Hiya, meluncurkan ekstensi peramban Chrome secara gratis.
Ekstensi peramban Chrome itu ditujukan untuk mengidentifikasi suara deepfake yang dihasilkan dari teknologi AI (kecerdasan buatan) dengan menganalisis audio.
Detektor Suara Deepfake besutanHiya memeriksa suara dalam aliran video atau audio dan menetapkan skor keaslian untuk menentukan apakah suara itu asli atau palsu.
Dengan mengambil sampel selama satu detik, alat itu tampaknya dapat menentukan apakah suara itu asli atau dihasilkan oleh alat kloning suara berbasis AI.
Alat itu tampaknya menggunakan teknologi deteksi suara AI milik perusahaan yang diperolehnya melalui akuisisi Loccus.ai pada Juli lalu untuk menentukan apakah suara yang dihasilkan asli atau palsu.
Presiden Hiya, Kush Parikh, menyatakan bahwa meskipun deepfake semakin sulit dideteksi, perusahaan merasa penting untuk merilis detektornya menjelang pemilihan umum AS pada November mendatang.
Hiya telah mensurvei sekitar 2.000 konsumen pada tahun ini tentang paparan mereka terhadap deepfake.
Perusahaan menemukan bahwa antara dan Juli, satu dari empat orang menyatakan bahwa mereka telah terpapar deepfake audio.
Survey Hiya menunjukkan, panggilan suara pribadi menjadi faktor risiko utama untuk panggilan deepfake sebesar 61%.
Platform media sosial seperti Facebook (22%) dan YouTube (17%) juga menduduki peringkat tinggi sebagai sumber paparan deepfake teratas.
Untuk diketahui, sejak akses dan adopsi ChatGPT OpenAI yang meluas pada 2023, disusul teknologi generatif yang baru muncul, kemampuan untuk mempercepat pengembangan deepfake hiperrealistis telah memberi pelaku ancaman alat baru untuk potensi penipuan, manipulasi, dan disinformasi yang meluas.
Alhasil, perusahaan dan organisasi-organisasi global mulai memperhatikan deepfake.
Kini, ancaman deepfake dengan cepat menjadi prioritas utama agenda risiko.
Sementara selebritas, politisi, dan eksekutif terkenal adalah “target” awal serangan deepfake, pelaku ancaman sekarang ini semakin agresif.
Mereka juga menargetkan bisnis dan individu secara umum dengan menggunakan disinformasi dan media fiktif untuk tujuan politik dan kriminal.
Baca Juga: IDC Sebut Investasi AI Generatif Capai 110 Miliar USD di Asia Pasifik