Rabu, 30 Juli 2025
Selular.ID -

Terungkap Penyebab Gojek Hengkang Dari Vietnam, Salah Satunya Kalah Saing dengan Pemain Lokal Be Group

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Belum lama ini perusahaan penyedia layanan transportasi daring, GoTo Group, resmi menarik diri dari Vietnam, meninggalkan pasar yang selama ini menjadi tempat persaingan ketat.

GoTo Group yang mengoperasikan Gojek, memilih mempertajam fokusnya untuk meraih keuntungan dalam operasi utamanya di Indonesia dan Singapura.

Di sisi lain, pasar transportasi daring di Vietnam tetap kompetitif, dengan Grab sebagai pemimpin saat ini dan pemain lokal Be Group yang belakangan muncul sebagai pesaing kuat.

Seperti dilaporkan Bloomberg, Gojek milik GoTo Group akan berhenti beroperasi di Vietnam pada 16 September 2024.

Bisnis Vietnam, yang menawarkan layanan pemesanan penumpang, pengiriman makanan, dan kurir, berkontribusi kurang dari 1% terhadap keseluruhan transaksi kotor GoTo pada kuartal kedua 2024.

Lihat Juga:

Sehingga penutupan GoViet, nama GoJek di Vietnam, tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Ironisnya, saat Gojek masih terseok-seok, kinerja Be Group justru semakin moncer.

Hingga Desember tahun lalu, Be Group yang didirikan pada 2018, memiliki jaringan 300.000 pengemudi mobil dan sepeda motor di platformnya, melayani sembilan juta pengguna di 40 provinsi dan kota di seantero Vietnam.

Sasaran yang diusung Be Group tidak main-main, tumbuh menjadi 20 juta pengguna di negara tersebut dan mencapai target pendapatan kotor tahunan sebesar US$200 juta pada 2026.

Di sisi lain, GoTo yang saat ini tidak menguntungkan, telah secara agresif memangkas biaya dan merampingkan operasinya dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan pengguna dan persaingan ketat dari para pesaing seperti Grab Holdings Singapura.

Pada 2021, GoTo juga sudah keluar dari Thailand, dan akhir tahun lalu, perusahaan melepaskan kendali atas cabang e-commerce Tokopedia yang merugi kepada TikTok milik ByteDance dalam kesepakatan senilai US$1,5 miliar.

Meskipun telah melakukan berbagai upaya ini, GoTo Group belum mencapai profitabilitas laba bersih, bahkan setelah melakukan ribuan pemutusan hubungan kerja dan pengurangan substansial dalam pengeluaran pemasaran.

Namun, di bawah kepemimpinan CEO Patrick Walujo, yang mengambil alih tahun lalu, perusahaan telah membuat langkah signifikan menuju tujuan profitabilitasnya.

Dalam pernyataan resmi, Rabu (4/9) GoTo menegaskan kembali pada ekspektasinya untuk mencapai EBITDA positif yang disesuaikan untuk tahun penuh.

Sementara kesepakatan TikTok dan langkah-langkah pemotongan biaya yang sedang berlangsung telah meringankan sebagian tekanan finansial, kondisi pasar yang menantang telah mendorong GoTo dan para pesaingnya untuk mengeksplorasi opsi yang lebih agresif.

Awal tahun ini, GoTo dan Grab menghidupkan kembali diskusi tentang potensi penggabungan bisnis inti mereka, menurut Bloomberg News.

Sebuah langkah yang dapat memungkinkan mereka untuk mengonsolidasikan operasi lebih efisien dan menarik lebih banyak pengguna.

Kita tunggu saja, apakah penggabungan kedua decacorn itu benar-benar terwujud, atau lagi-laga hanya sebatas rumor, demi menaikan popularitas.

Baca Juga: Terungkap 2 Alasan Gojek Tutup Layanannya di Vietnam

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU