Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Simak Kinerja TOWR, MTEL dan TBIG dengan Dampak Starlink

BACA JUGA

JAKARTA, SELULAR.ID – Kehadiran layanan internet Starlink membuat emiten infrastruktur dan menara telekomunikasi mengalami fluktuatif harga saham mereka.

Pendapatan sewa menara yang merupakan bisnis utama emiten infrastruktur telekomunikasi mengalami stagnasi.

Lantas, bagaimana arah bisnis dan saham emiten menara telekomunikasi, seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)?

Emiten menara telekomunikasi kini rajin melakukan diversifikasi ke bisnis serat optik dari sebelumnya yang hanya mengandalkan pendapatan sewa menara.

“Upaya-upaya tersebut membuahkan hasil dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan saat ini,” tulis analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jonghoon Won dalam risetnya.

Baca juga: Perbandingan Kinerja Perusahaan Menara Telekomunikasi MTEL, TOWR dan TBIG

Menurut dia, stagnasi pendapatan sewa menara terjadi akibat merger PT Indosat Tbk (ISAT) dengan PT Hutchinson 3 Indonesia pada 2022.

Kini, seiring dengan penjajakan merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), muncul kekhawatiran baru bahwa pendapatan sewa menara yang sudah terdampak bakal menghadapi pukulan signifikan lainnya.

Belum lagi, masuknya Starlink ke pasar Indonesia juga menimbulkan kekhawatiran di pasar soal apakah kabel serat optik masih diperlukan atau tidak.

“Tapi, kami yakin masuknya Starlink tidak akan berdampak signifikan terhadap bisnis serat optik dalam waktu dekat,” jelas Jonghoon.

“Starlink sendiri masih memiliki beberapa aspek yang belum lengkap dan satelitnya belum bisa sepenuhnya menggantikan infrastruktur kabel serat optik yang ada,” sambungnya.

Di sisi lain, tren suku bunga tinggi yang berkepanjangan telah memberikan dampak lebih besar terhadap valuasi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sektor infrastruktur telekomunikasi merupakan industri padat modal, dimana valuasinya sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga.

“Meskipun kami mempertahankan pandangan positif terhadap potensi sektor infrastruktur telekomunikasi, kami memutuskan untuk menurunkan peringkat sektor ini dari overweight menjadi netral,” ungkap dia.

Keputusan itu telah mempertimbangkan dampak dari merger EXCL dan FREN terhadap kinerja, serta tren suku bunga tinggi yang berkepanjangan.

Baca juga: Mastel Sebut Starlink Mendisrupsi Kecepatan Internet RI

“Walaupun industri serat optik tumbuh pesat dan mendorong kinerja secara keseluruhan, kami yakin bahwa sentimen investor kemungkinan besar tidak akan pulih dengan cepat dalam jangka pendek,” sebut Jonghoon.

Mirae merekomendasikan trading buy untuk saham TOWR dengan target harga Rp 890.

Begitu juga dengan saham MTEL, rekomendasinya trading buy dan target harga Rp 790.

Sedangkan saham TBIG direkomendasikan hold dengan target harga Rp 1.900.

Ikuti berita Selular.id di Google News

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU