Brand-brand China Unjuk Gigi Sejak Piala Dunia 2010
Sejatinya, keterlibatan perusahaan China dalam gelaran sepak bola papan atas, dimulai pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Namun saat itu hanya satu perusahaan Cina, yakni Harbin Beer yang menjadi sponsor sekaligus mencatat sejarah sebagai perusahaan pertama dari daratan China yang terlibat dalam perhelatan akbar sepak bola sejagat empat tahunan itu.
Sejak itu, keterlibatan perusahaan-perusahaan asal China semakin menonjol. Hal itu terlihat dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Rusia.
Tercatat, sebanyak tujuh perusahaan China, yakni grup property Dalian Wanda, Hisense Electronics, China Mengniu Dairy, Yadea Technology Group, Vivo Mobile Communication Technology, Zhidian Yijing Virtual Reality Technology, dan Immerex turut mensponsori Piala Dunia 2018.
Dukungan perusahaan-perusahaan itu, sejatinya tak lepas dari kontroversi yang menyertai gelaran sepak bola empat tahunan itu.
Sebelumnya berbagai merek global seolah-olah sudah menjadi langganan tetap. Seperti Coca Cola, Budweiser, McDonald, dan Visa.
Namun dipicu oleh berbagai isu kontroversial, seperti aneksasi Rusia terhadap Crimea dan skandal korupsi yang menjerat sejumlah pejabat FIFA pada 2015, beberapa merek terkemuka menyatakan mundur, seperti Castrol dan Johnson & Johnson.
Baca Juga: Waspada Maraknya Penipuan Kripto Manfaatkan Euro 2024
Tak pelak barisan merek asal China yang umumnya masih kurang dikenal itu, bisa dibilang menjadi penyelamat FIFA. Federasi sepak bola dunia itu diketahui belum menandatangani sponsor dari merek-merek barat yang baru sejak 2011, sehingga berkontribusi terhadap krisis pendapatan.
Menurut riset grup media Zenith, dari total nilai belanja iklan sebesar US$ 2,4 miliar pada Piala Dunia 2018, sepertiganya merupakan kontribusi dari brand-brand asal China.
Secara terperinci, Zenith menyebutkan perusahaan asal China menghabiskan US$ 835 juta (Rp 11,6 triliun). Angka itu adalah dua kali lipat dibandingkan sponsor perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang hanya US$ 400 juta (Rp 5,5 triliun).
Begitu juga nilai belanja iklan China jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Rusia sebagai tuan rumah yang hanya US$ 64 juta (Rp 893 miliar).
Kehadiran merek-merek China terus berlanjut pada gelaran Piala Dunia selanjutnya.
Namun berbeda dengan Piala Dunia 2018, hanya terdapat empat brand China yang terlibat sebagai sponsor pada Qatar 2022. Keempatnya adalah Wanda Group, Vivo, Mengniu Dairy, dan Hisense.
Meski menyusut, namun perusahaan China memberikan sponsor dengan tagihan tertinggi di Piala Dunia 2022, mengalahkan perusahaan-perusahaan AS, seperti Coca-Cola, McDonald’s, dan Budweiser.
Menurut konsultan dan analitik data yang berbasis di London, Global Data, tercatat, nilai sponsor dari Qatar dan AS masing-masing US$134 juta dan USD129 juta, menurut data.
Sedangkan gelontoran dana dari empat perusahaan China mencapai US$ 1,395 miliar atau setara Rp 21,7 triliun mengalir dari perusahaan China ke ajang itu.
“Dipecah setiap tahun, sponsor China bernilai US$ 207 juta per tahun, dibandingkan dengan kesepakatan Qatar dan AS masing-masing senilai US$ 134 juta dan US$ 129 juta,” terang Global Data.
Pakar branding di Saïd Business School Universitas Oxford, Paul Temporal mengatakan, perusahaan China berharap asosiasi dengan permainan yang indah dapat membantu mereka menghilangkan persepsi negatif tentang label “buatan China”.
“Sponsor olahraga memungkinkan merek China terhubung dengan audiens global yang berbagi kecintaan universal terhadap pengalaman olahraga dalam suasana emosional. Sepak bola melintasi semua batas budaya dan memberikan jangkauan global yang sangat besar,” kata Temporal kepada Al Jazeera.
“Merek China telah belajar dari rekan barat bahwa, meskipun mahal untuk mendapatkan akses ke acara terbaik dunia, sponsorship olahraga memang memberikan hasil jangka panjang baik bagi pemilik merek maupun negara”, ujarnya.
Merek yang mengglobal adalah duta merek untuk China dan jika berhasil dalam hal pangsa pasar global, dapat memberikan efek positif pada citra merek nasional, pungkas Paul Temporal.
Baca Juga: Vivo V30 Pro Jadi Smartphone Resmi Euro 2024