JAKARTA, SELULAR.ID – Quick count atau hitung cepat dari sejumlah lembaga survei menyebutkan jika Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka memenangkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Meski unggul dalam hasil quick count atau hitung cepat, akan tetapi secara resmi hanya hitungan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan menjadi hasil Pilpres.
Lalu apa itu quick count atau hitung cepat yang bisa menentukan pemenang Pemilu dan bagaimana sejarahnya di Indonesia?
Quick count atau hitung cepat adalah metode verifikasi hasil pemilihan umum yang dilakukan dengan menghitung persentase hasil pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel.
TONTON JUGA:
https://www.tiktok.com/@selular.id/photo/7334986468403858693?lang=en
Pertama kali quick count diadakan di Indonesia adalah pada Pemilu 1997 oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Pada saat itu, LP3ES mengerahkan ribuan relawan untuk mengamati pemilu secara langsung di TPS.
Baca juga: Cara Kerja Quick Count: Teknologi Dibalik Itu
Relawan mencatat informasi tentang proses pencoblosan dan penghitungan suara di TPS yang diamati, dan hasil temuan mereka disampaikan ke pusat data.
Seiring berjalannya waktu, teknik pengambilan data quick count semakin berkembang. Kini, penyelenggara quick count tidak perlu menempatkan orang di setiap TPS untuk menghitung suara.
Perhitungan menggunakan prinsip dasar statistika dengan mengambil hasil perolehan suara di ribuan TPS yang dipilih secara acak.
Meskipun bukan hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), tetapi menilik sejarah telah membuktikan bahwa hasil quick count Pemilu tidak pernah salah.
Pemilu 2004
Lembaga pertama yang merintis quick count di Indonesia adalah Lembaga Penelitian Pendidikan & Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
LP3ES menyelenggarakan quick count dengan menjalin kerjasama dengan National Democratic Institute for International Affair (NDI), Metro TV, Yayasan TIFA, dan sejumlah donatur.
Sesuai namanya, hasil quick count bisa keluar dengan cepat.
Beberapa jam setelah Pemilu selesai, LP3ES merilis hasil perhitungan yang memprediksi Golkar meraih kemenangan dengan persentase 22,7 persen.
Sedangkan untuk pemilihan presiden putaran kedua, LP3ES mencatat kemenangan SBY-Jusuf Kalla dengan persentase 62,2 persen dan Megawati-Hasyim dengan 38,8 persen.
Hasil hitung cepat tersebut tak jauh beda dengan perhitungan resmi KPU.
Dalam hitung resmi, SBY-JK memenangi Pemilu dengan persentase 60,62 persen. Sementara, Golkar meraih 21,58 persen suara.
Pemilu 2009
Pemilu 2009 diikuti oleh tiga pasang calon presiden dan wakil presiden, yakni Megawati-Prabowo, SBY-Boediono, Jusuf Kalla-Wiranto.
Sementara untuk Pemilu Legislatif diikuti oleh 38 partai politik.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, di Pemilu 2009 sudah banyak lembaga survei melakukan hitung cepat.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menempatkan Demokrat di urutan pertama dengan perolehan 20,34 persen, disusul Golkar 14,85 persen, dan PDIP 14,07 persen.
Sedangkan untuk Pilpres, LSI menyebut SBY-Boediono meraih suara sebesar 60,85 persen disusul Megawati-Prabowo sebesar 26,56 persen.
Lalu, JK-Wiranto berada di posisi buncit, yakni 12,59 persen.
Dari quick count tersebut, hasil resmi KPU tak jauh berbeda.
KPU menetapkan SBY-Boediono memenangi Pilpres dengan 60,80 persen, lalu Megawati-Prabowo sebesar 26,79 persen, dan JK-Wiranto 12,41 persen.
Sedangkan, untuk Pileg 2004 pemenangnya adalah Partai Demokrat sebesar 20,89 persen. Disusul Golkar (14,45 persen) dan PDIP (14,03 persen).
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol