Menanggapi hal tersebut, Kamilov mengatakan untuk mendirikan pabrik ponsel di Indonesia, hal pertama yang harus pemerintah lakukan adalah kepedulian.
“Pengalaman kita sudah ada saat Blackberry ingin mendirikan pabrik di Indonesia karena penduduk negeri ini menjadi negara terbanyak ketiga yang memakai ponsel itu,” ujarnya kepada Selular, Jumat (9/2/2024).
“Tetapi pada kenyataannya Blackberry justru membuat pabrik tersebut di Malaysia padahal penggunanya tidak banyak,” sambungnya.
Kamilov menjelaskan ada beberapa penyebab yang membuat Blackberry lebih memilih Malaysia dari pada Indonesia.
“Permasalahannya karena permasalahan izin yang berlapis saat itu dan tidak ada kepedulian dari pemerintah,” jelasnya.
Kamilov juga menyebut ada perbedaan antara relokasi dengan membuat pabrik baru untuk pembuatan ponsel.
“Kalau relokasi kan hanya sekadar melanjutkan. Berbeda dengan pembuatan pabrik baru yang izinya harus berlapis-lapis dan ini perlu ada perhatian dari pemerintah,” tandasnya.
Baca juga: Beda Gagasan Anies-Prabowo-Ganjar Terkait Pabrik Ponsel di Indonesia
