Rabu, 30 Juli 2025
Selular.ID -

Usai LFP, China Hadirkan Baterai Bertenaga Nuklir Tanpa Perlu Isi Daya

BACA JUGA

JAKARTA, SELULAR.ID – Setelah mencetuskan baterai berbasis lithium ferro phosphate (LFP), kini China mengembangkan baterai bertenaga nuklir.

Pencetus baterai bertenaga nuklir yakni Betavolt yang merupakan perusahaan rintisan asal China.

Mereka bahkan mengklaim jika baterai bertenaga nuklir ini berukuran mini.

Meski berukuran mini, Betavolt menyebut baterai bertenaga nuklir ini memiliki kemampuan daya tahan hingga 50 tahun.

Hal tersebut tentu saja akan membuat alat yang menggunakan baterai ini tidak perlu mengisi ulang daya hingga 50 tahun.

TONTON JUGA:

“Baterai energi atom Betavolt dapat memenuhi kebutuhan catu daya yang tahan lama dalam berbagai skenario, seperti kedirgantaraan, peralatan AI, peralatan medis, mikroprosesor, sensor canggih, drone kecil, dan robot mikro,” ujar perusahaan.

“Inovasi energi baru ini akan membantu China menjadi yang terdepan dalam babak baru revolusi teknologi AI,” lanjutnya.

Baca juga: Tesla Memang Masih Menggunakan Nikel, Tetapi . . .

Baterai nuklir ini dapat menghasilkan daya 100 mikrowatt dan tegangan 3V, dengan ukuran 15x15x5 milimeter kubik.

Karena ukurannya yang mungil, baterai ini bisa dipasang dalam jumlah banyak untuk menghasilkan energi lebih besar.

Ke depan, perusahaan juga berencana memproduksi baterai dengan daya 1 watt mulai tahun 2025.

Betavolt mengklaim baterai ini tidak mudah terbakar atau meledak dan mampu bekerja pada suhu berkisar antara -60 hingga 120 derajat Celsius.

“Baterai energi atom yang dikembangkan oleh Betavolt benar-benar aman, tidak memiliki radiasi eksternal, dan cocok untuk digunakan pada perangkat medis seperti alat pacu jantung, jantung buatan, dan koklea dalam tubuh manusia,” kata perusahaan tersebut.

“Baterai energi atom ramah lingkungan. Setelah masa peluruhan, 63 isotop tersebut berubah menjadi isotop tembaga yang stabil, non-radioaktif dan tidak menimbulkan ancaman atau mencemari lingkungan,” lanjutnya.

Sebenarnya, baterai bertenaga nuklir sebenarnya bukan hal baru.

Jauh sebelum ini, para ilmuwan di Uni Soviet dan Amerika Serikat mampu mengembangkan teknologi baterai nuklir untuk digunakan di pesawat ruang angkasa, sistem bawah air, dan stasiun ilmiah jarak jauh, namun baterai termonuklir sangat mahal dan ukurannya super besar.

Cara kerja baterai bertenaga nuklir

Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU