JAKARTA, SELULAR.ID – Perusahaan teknologi informasi asal Jerman, SAP tengah ramai diperbincangkan di Indonesia.
Pasalnya sejumlah pejabat asal Indonesia hingga Afrika Selatan (Afsel) disebut terseret kasus suap dan korupsi SAP.
Hal itu terungkap usai Kementerian Kehakiman AS yang meminta SAP membayar denda US$220 juta atau setara Rp3,4 triliun karena terbukti memberikan suap tersebut.
Untuk Indonesia, penyuapan itu disebut terjadi pada periode 2015 dan 2018 melalui sejumlah agen SAP kepada para pejabat Indonesia.
TONTON JUGA:
Suap itu diberikan demi mendapatkan keuntungan bisnis sehubungan dengan berbagai kontrak antara SAP dan kementerian, lembaga, dan instrumen lain.
Hal tersebut termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (Bakti Kominfo).
Baca juga: Kronologi Nama BAKTI Kominfo Disebut Dalam Kasus Korupsi Perusahaan Jerman
Lantas, seperti apa profil SAP?
System Analyse Programmentwicklung (SAP) merupakan salah satu perusahaan piranti lunak ternama di dunia.
Berdasarkan situs resmi perusahaan, SAP didirikan pada 1 April 1972 oleh lima mantan karyawan IBM yaitu Dietmar Hopp, Hasso Platter, Claus Wellenreuther, Klaus Tschira, dan Hans-Werner Hector.
Perusahaan yang berkantor pusat di Walldorf, Jerman ini menyediakan piranti lunak untuk kepentingan enterprise resource planning (ERP) atau sistem informasi terintegrasi untuk kepentingan perencanaan maupun aktivitas bisnis.
Selain itu, perusahaan juga menawarkan layangan komputasi awan (cloud services).
Per 2023, perusahaan mempekerjakan sekitar 106 ribu karyawan.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Dengan mitra lebih dari 24 ribu entitas di seluruh dunia, SAP meraup 29,52 miliar euro atau sekitar Rp501,84 triliun (asumsi kurs Rp17 ribu per euro) pada 2022.
Pada Indeks Keberlanjutan Dow Jones, perusahaan menduduki peringkat pertama selama 16 tahun berturut-turut.
Baca juga: SAP Indonesia Tersandung Korupsi, BAKTI Kominfo Disebut-sebut