Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Ini Tanggapan Pengamat, AI Sebagai Selling Point Brand, Tapi Indonesia Belum Ada Regulasi Pasti

BACA JUGA

Selular.ID – Beberapa tahun belakangan AI menjadi teknologi yang paling cepat diadopsi oleh seluruh kalangan, termasuk juga brand-brand memanfaatkan AI sebagai selling point, meskipun pemerintah sendiri belum menetapkan regulasi yang resmi.

Contoh saja masih segar, brand smartphone asal negeri ginseng Korea Selatan, Samsung hari ini meluncurkan smartphone flagship dengan embel-embel Galaxy AI.

Teknologi AI yang disematkan salah satu yang diunggulkan ini ialah bisa membuat pengguna dengan mudah menterjemahkan bahasa langsung melalui telefon.

Tidak berpanjang lebar mengenai Galaxy AI, hal ini sudah terendus oleh Alfons Tanujaya, selaku Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, melihat adanya bahaya tapi harus dilakukan.

“Di Galaxy AI semua percakapan melalui telfon bisa diubah kedalam berbagai macam bahasa, ini akan menjadi tonggak implementasi AI.” Kata Alfons kepada Selular.ID.

Namun mengingat, pemerintah kini sedang meninjau penggunaan AI, yang berarti AI penggunaannya akan dibatasi.

Tapi Alfons nyatanya tidak setuju dengan kebijakan yang akan dibuat tersebut, menurutnya hal tersebut Indonesia bisa menjadi negara tertinggal.

“Jadi intinya jangan dibatasi kalau kita gamau ketinggalan dengan negara lain.”

Namun bukan hanya Samsung yang demikian, masih ada beragam brand lain yang menjadikan kecerdasan buatan (AI) sebagai salah satu selling point untuk menarik minat konsumen.

Hal ini terlihat dari berbagai fitur AI yang disematkan, mulai dari fitur pengenalan wajah, pemrosesan gambar, hingga asisten virtual.

Menurut pengamat teknologi Heru Sutadi, tren ini merupakan hal yang positif karena menunjukkan bahwa teknologi AI semakin berkembang dan semakin banyak diadopsi oleh berbagai industri, termasuk industri ponsel.

Namun, Heru juga mengingatkan bahwa AI juga memiliki potensi ancaman, terutama jika AI yang dikembangkan memiliki kemampuan super.

“Mungkin disatu sisi berpengaruh positif tapi disisi lain juga memberikan ancaman yang dahsyat, apalagi kalau kita berbicara super AI dan ancamannya itu bisa merusak tatanan kehidupan merusak tatanan demokrasi dan segala macam,” kata Heru kepada Selular.ID

Senada dengan Heru, Alfons Tanujaya juga menilai bahwa AI perlu dibatasi. Namun, Alfons menyoroti bahwa implementasi AI di Indonesia masih belum optimal.

“AI itu perlu dibatasi. Tetapi yang jadi masalah di Indonesia implementasinya penetrasinya itu belum ada apa-apanya,” kata Alfons.

“Itu justu harus di dukung! jadi begini kita ini sudah ketinggalan jauh, Indonesia ini adalah negara pengakses internet nomor 5 di dunia, di Asia Tenggara nomor 1, tetapi untuk adopsi implementasi AI untuk ada startup baru bergerak di bidang AI itu kita masuk di 20 besar saja tidak.”

Meskipun demikian, Alfons yakin bahwa implementasi AI di Indonesia akan semakin meningkat di masa depan. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi AI yang semakin pesat.

“AI itu sudah menjadi tren global, dan Indonesia tidak bisa lepas dari tren global,” kata Alfons.

Baca juga : Artificial Intelligence Diprediksi Terus Tumbuh, Puncaknya Di Tahun 2030

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU