Sabtu, 2 Agustus 2025

Mencermati Gerak Cepat Huawei di Bisnis Cloud Indonesia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Divisi smartphone pernah menjadi mesin pertumbuhan utama Huawei. Periode 2016 – 2019, dapat disebut sebagai masa keemasan smartphone dari raksasa telekomunikasi China yang berbasis di Shenzhen itu.

Malang tak dapat ditolak, pada pada pertengahan 2019, Donald Trump, Presiden AS saat itu, menghukum Huawei karena dianggap menjadi bagian dari spionase teknologi China.

Alhasil, divisi smartphone yang sebelumnya digadang-gadang dapat menguasai pasar global mengalahkan Samsung, malah terjerembab.

Praktis, Huawei kini hanya bisa mengandalkan pasar dalam negeri. Pasalnya OS Harmony yang dibangun oleh perusahaan demi bersaing dengan Android Google, masih bersifat terbatas.

Meski tak lagi bisa mengandalkan smartphone sebagai mesin pendapatan utama, Huawei tak berkecil hati. Vendor yang didirikan oleh Ren Zhengfei itu, telah menemukan berbagai sumber pertumbuhan baru. Salah satunya adalah cloud.

Upaya Huawei menjadikan cloud sebagai mesin pertumbuhan baru menggantikan smartphone, tercermin dari langkah-langkah perusahaan dalam menggarap pasar potensial di banyak negara.

Salah satunya adalah Indonesia. Negara yang digadang-gadang akan menjadi kekuatan ekonomi digital terkemuka.

Tak tanggung-tanggung, menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan bisa mencapai Rp1.700 triliun pada 2025 mendatang.

Baca Juga: Telkom dan Huawei Jalin Kerja Sama Strategis B2B, Data Center, dan Cloud

Alhasil, Huawei pun siap merogoh investasi jumbo. Mencapai Rp 4,7 triliun atau USD300 juta dalam lima tahun ke depan demi meningkatkan infrastruktur cloud lokal.

Komitmen investasi tersebut, terungkap saat Huawei meresmikan Region Indonesia, pada 23 November 2022. Huawei Cloud Data Center diyakini sebagai salah satu pilar ekonomi digital Indonesia.

Kehadiran Huawei Cloud disambut sangat positif di Indonesia. Dengan berbagai keunggulan teknologi majunya, Huawei Cloud mampu menjadi solusi terdepan bagi berbagai sektor industri, seperti industri media, jasa keuangan, energi, pendidikan, layanan kesehatan hingga telekomunikasi.

Huawei Cloud yang terintegrasi dengan data center mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional suatu organisasi.

Ini merupakan keunggulan utama Huawei Cloud yang telah dinikmati oleh para pengguna di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Arsitektur Data center 3AZ yang dibangun oleh Huawei,  mengintegrasikan solusi cloud, komputasi tingkat tinggi, penyimpanan, jaringan, dan solusi daya digital yang ramah lingkungan.

Data center dari Huawei ini dapat digunakan sebagai solusi digital oleh berbagai sektor industri di Indonesia untuk mendukung operasional rutinnya. Salah satu industri yang saat ini telah memanfaatkan data center 3AZ adalah industri media.

Di wilayah Asia Tenggara, bisnis Huawei Cloud telah bertumbuh 20 kali lipat dalam kurun waktu empat tahun terakhir, menjadikan Huawei Cloud sebagai salah satu penyedia komputasi awal dengan laju pertumbuhan tercepat di wilayah tersebut.

Berdasarkan Data IDC, Huawei Cloud menempati peringkat ke-4 di pasar cloud public IaaS di Asia Tenggara, dengan menggenggam pangsa pasar sebesar 3,5%, terbesar di antara penyedia cloud asal Tiongkok.

Saat ini, Huawei Cloud memiliki Availability Zones (AZs) terbanyak di Asia Tenggara, dengan total 14 AZs di 11 negara. Tak hanya itu, Huawei Cloud berencana untuk meluncurkan tiga AZs di Manila, Filipina pada bulan Desember tahun ini.

Pada saat itu, Huawei Cloud akan memiliki 21 pusat data AZs di Asia Tenggara, jumlah terbanyak di antara penyedia layanan cloud.

Baca Juga: Sukseskan Transformasi Digital, Huawei Perkuat Kolaborasi dengan Stakeholder

Pasar Data Center Indonesia Sangat Menjanjikan

Jika Huawei begitu bernafsu menggarap pasar cloud dan data center Indonesia, hal itu tidaklah berlebihan. Pasalnya, Indonesia telah menjadi magnet bagi para pemain di bisnis data center.

Sejumlah pemain kakap, baik dalam maupun luar negeri, berebut kue yang terus membesar. Tak tanggung-tanggung, bisnis data center atau pusat data di Indonesia diprediksi bernilai hingga 3,07 miliar Dolar AS atau Rp 45,9 triliun pada 2026 mendatang.

Seperti dikutip dari Real Estate Asia, berdasarkan laporan dari Mordor Intelligence, nilai tersebut meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan nilai pasar pada 2020, sebesar 1,53 miliar Dolar AS (Rp 22,9 triliun).

Pertumbuhan data center di Indonesia, sejalan dengan berkembangnya Asia Tenggara sebagai kawasan paling prospektif dibandingkan wilayah lain di dunia.

Pasar pusat data Asia Tenggara dalam hal investasi didorong oleh faktor-faktor seperti inisiatif digitalisasi di seluruh negara, pertumbuhan konektivitas bawah laut dan darat, serta adopsi teknologi seperti cloud, 5G, big data, IoT (Internet of Things), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Tak pelak, sejak lima tahun terakhir, wilayah ini menyaksikan peningkatan investasi dari operator data center, terutama colocation dan hyperscale.

Dengan semakin meningkatnya permintaan, pemerintah di masing-masing negara juga berupaya mendatangkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dari penyedia layanan pusat data dengan memperkuat konektivitas internet.

Hal itu berujung pada persaingan yang semakin ketat. Sejauh ini Singapura masih menjadi pemain utama, disusul Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

Rata-rata, tingkat hunian pusat data di seluruh Asia Tenggara adalah 60-70%. Singapura memimpin dengan tingkat hunian lebih dari 85%.

Mordor menyebutkan, peringkat Indonesia dalam indeks kompetitif memang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun, potensi keuntungan komersial untuk pemain pusat data di Indonesia terbilang sangat signifikan.

Tak dapat dipungkiri, Indonesia kini sedang bergerak ke ekonomi digital. Tercermin dari pesatnya pertumbuhan perusahaan rintisan, populasi yang terus bertambah dan sekaligus melek internet. Semuanya mengarah pada peningkatan pusat data berskala besar.

Menurut riset Mordor Intelligence pada 2020, setidaknya terdapat lima perusahaan yang menjadi pemain utama di bisnis pusat data di Indonesia, yaitu Telkomsigma, DCII, NTT Communications Corporation, GTN Data Center, dan Omadata Padma Indonesia.

Tiga raksasa teknologi asal AS juga telah membangun pusat data center di Indonesia. Yaitu Microsoft, Amazon (AWS), dan Google.

Kini tak mau kalah dengan AS, perusahaan-perusahaan asal China juga sudah menjejakkan kaki mereka di bisnis yang prospektif ini.

Selain Huawei, tiga raksasa China juga sudah menjejakkan kakinya di bisnis data center Indonesia. Ketiganya adalah Tencent, ZTE, dan Alibaba.

Apakah Huawei bakal menjadi pemain terbesar di bisnis data center, seperti halnya carrier network dan enterprise? Waktu yang kelak membuktikan.

Baca Juga: Laporan: Tiongkok Kucurkan Miliaran Dolar ke Huawei untuk Jadi Raja Chip

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU