Kamis, 31 Juli 2025
Selular.ID -

GSMA Sebut Biaya Frekuensi Seluler Indonesia Mahal, Ini Tanggapan Kominfo

BACA JUGA

JAKARTA, SELULAR.ID – Biaya atau beban sewa frekuensi seluler bagi perusahaan operator telekomunikasi Indonesia terlalu mahal.

Hal itu telah Global System for Mobile Communications Association (GSMA) alias asosiasi industri seluler global merilis laporannya.

Laporan tersebut berjudul “Biaya Spektrum Berkelanjutan untuk Memperkuat Ekonomi Digital Indonesia”.

Salah satu yang disinggung adalah mengenai biaya spektrum frekuensi di Indonesia meningkat signifikan.

TONTON JUGA:

Mengomentari laporan tersebut, Direktur Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Kominfo, Denny Setiawan menjelaskan hal tersebut memang perlu dikaji ulang.

Baca juga: Pemenang Lelang Spektrum 700 Mhz dan 26 Ghz Harus Satu

“Pada prinsipnya Kominfo menyadari bahwa memang tren saat ini perlu di-review,” jelasnya ditemui dalam diskusi Lelang Spektrum 700 Mhz dan 2,6 Ghz, Upaya Mendorong Penetrasi 5G, Jakarta, Senin (13/11/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum ATSI, Merza Fachys juga ikut menjelaskan mengenai riset tersebut.

Salah satu rekomendasi yang dibawa GSMA adalah terkait biaya tahunan spektrum yang perlu ditinjau lagi.

Dia menilai formula yang ada sekarang memang perlu direview lagi.

Mengingat nilai keekonomiannya telah berubah, dari sebelumnya tambahan revenue berasal dari aktivitas telepon menjadi tidak karena adanya penggunaan telepon menggunakan data internet.

“Lanskap industri sudah banyak bergeser. Dari yang awalnya nelpon tambahan revenue, sekarang enggak lagi.langganan data 100 ribu perbulan, nelpon kapanpun enggak ada harga tambahan,” ungkap Merza.

Dalam risetnya, GSMA menjelaskan rasio biaya spektrum frekuensi tahunan dibandingkan dengan pendapatan operator seluler di Indonesia adalah 12,2%.

Di sisi lain, rata-rata di kawasan Asia Pasifik dan global hanya sebesar 8,7% dan 7%.

“Dengan pasokan spektrum frekuensi yang akan berkembang secara signifikan di Indonesia, analisis GSMA menunjukkan bahwa pengurangan harga satuan spektrum frekuensi sangat penting dilakukan guna menghindari total biaya yang melonjak,” kata GSMA dalam keterangan resminya.

“Jika tidak, operator akan kesulitan melakukan investasi yang signifikan dalam pengembangan 5G. Kesulitan ini akan berdampak buruk seperti penyebaran jaringan yang lebih lambat, pengalaman seluler konsumen yang kurang baik, dan hilangnya potensi pertumbuhan ekonomi yang yang hadir dari aplikasi-aplikasi yang menggunakan teknologi 5G terbaru,” imbuh GSMA.

Biaya frekuensi mahal

Baca juga: Pinjol Meningkat 71 Persen, Pada Juni 2023, Pinjaman Untuk Pemuda Capai Rp2,3 Juta

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU