Survei Google menemukan tiga faktor yang mendorong pertumbuhan ponsel lipat di Indonesia.
Ketiga faktor tersebut mencakup inovasi (innovation), gaya hidup dan kenyamanan (lifestyle and convenience), dan produktivitas (producitivity).
“Konsumen sangat mengutamakan produktivitas dan kenyamanan, apalagi rata-rata orang Indonesia bermain smartphone lebih dari 5,7 jam setiap hari,” tambah Stephanie.
Faktor inovasi merujuk pada desain yang dimiliki oleh ponsel lipat.
Kebaruan tersebut mendorong konsumen Indonesia ingin menggunakan foldable phones.
Sebab, inovasi yang dihadirkan sejalan dengan gaya hidup dan kenyamanan yang ditawarkan.
Stephanie mengilustrasikan bahwa ponsel lipat punya bodi yang lebih ringkas karena dapat dilipat, cocok dengan gaya generasi muda yang tidak ingin repot.
Sejak kemunculan ponsel lipat, anak-anak muda di Indonesia kerap menjadikan ponsel lipat tersebut layaknya tas selempang.
“Ponsel lipat menjadi tipe ponsel yang juga masuk kategori lifestyle karena bisa dilipat, ringkas, mudah buat konten, appealing (tampilan) perangkat yang juga menarik. Banyak generasi muda yang memakai ponsel lipat seperti tas selempang,” jelas Stephanie.
Aspek ringkas yang dimiliki ponsel lipat, baik yang model lipat vertikal layaknya buku, maupun horizontal (clamshell), dinilai mampu meningkatkan produktivitas pengguna.
Pengguna bisa lebih fleksibel untuk melakukan multitasking dengan layar yang lebih lebar, dipermudah saat membuat konten, punya fungsi yang mirip tablet atau PC, dan sebagainya.
Baca juga: Ponsel Lipat Oppo Find N3 Resmi, Bawa Tiga Kamera Hasselblad Harga Rp27 Jutaan