Selasa, 5 Agustus 2025

Profil George Zhu, Presiden Transsion Group: Vendor Dibalik Agresifnya Itel, Tecno, dan Infinix

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Industri internet yang berkembang di China sejak empat dekade lalu, mendorong semakin berkibarnya perusahaan-perusahaan teknologi negara itu, sekaligus melambungkan nama para pendirinya.

Sebut saja Ren Zhengfei (Huawei), Jack Ma (Alibaba), Colin Huang (Pinduoduo), Poni Ma Huateng (Tencent), Zhang Yiming (Bytedance – TikTok), Liu Qiangdong (JD.com), dan Robin Li (Baidu).

Selain teknologi jaringan, e-commerce/social commerce, game, dan mesin pencarian, para pebisnis China juga menguasai industri manufaktur global, terutama segmen smartphone yang terbilang sangat kompetitif.

Tak dapat dipungkiri, memasuki era 4G pada 2014, merek-merek smartphone China, kini bukan pemain pinggiran.

Bahkan telah menjadi pesaing kuat Samsung dan Apple. Faktanya, tiga vendor China, mengekor ketat dua raksasa itu.

Sesuai laporan Counterpoint, pangsa pasar lima vendor teratas global sepanjang Q2-2023, adalah Samsung (20%), Apple (17%), Xiaomi (12%), Oppo (10%), Vivo (8%), dan lainnya (33%).

Baca Juga: Pasar Smartphone Indonesia Q2-2023: Transsion Group Berkibar Saat Vendor Lain Menurun

Semakin meraksasanya vendor-vendor smartphone China saat ini, tentu merupakan buah dari kepiawaian para pendirinya dalam menjalani iklim bisnis yang sangat kompetitif.

Di BBK Group yang menaungi empat brand (OnePlus, Vivo, Oppo, Realme), kita mengenal Doan Yongping. Sukses membesarkan empat brand sekaligus, membuat Doan Yongping layak disebut sebagai godfather smartphone asal China.

Keberhasilan Xiaomi yang kini merangsek ke posisi tiga dalam top five smartphone global, juga merupakan buah kerja keras dari sang pendiri, Lei Jun.

Dengan popularitas yang semakin meningkat berkat penerapan harga yang kompetitif, Lei Jun berambisi suatu saat nanti Xioami akan menggantikan Apple dan Samsung di posisi puncak daftar vendor smartphone global.

Nah, di antara nama-nama mentereng itu, kita tak lagi bisa menafikan peran George Zhu Zaojiang. Pria yang lahir di Kaiping, kota tua di Guangdong, sebelah barat China, adalah pendiri sekaligus presiden Transsion Holdings.

Transsion yang berbasis di Hong Kong, sejak awal memproduksi telepon selular dan peralatan elektronik. George Zhu juga salah satu pendiri Zhima Tech, sebuah perusahaan nirkabel yang dibuat untuk pengumpulan data.

Tak banyak diketahui tentang kehidupan pribadi Zhu. Namun, Forbes menyebutkan bahwa dia adalah mantan eksekutif Rockwell International di Tiongkok sebelum memulai perusahaannya sendiri.

Ia juga dikaitkan dengan Cisco, Tencent, ZTE, dan Google dan terdaftar di antara pengusaha Tiongkok berusia di bawah 30 tahun oleh media ekonomi terkemuka asal Amerika Serikat itu.

Dalam menjalankan bisnisnya, Zhu mengambil langkah berbeda dibandingkan para kompatriotnya. Betapa tidak, saat para pembuat ponsel pintar terbesar di Tiongkok melakukan upaya besar untuk bersaing dengan Apple dan Samsung di segmen pasar premium, ia justru mengincar jutaan konsumen di seluruh dunia dengan ponsel dengan harga mulai dari US$10.

Demi bisa bersaing dengan vendor-vendor lainnya, Transsion yang didirikan pada 2006 berfokus untuk menghadirkan ponsel pintar dan feature phone dengan harga terjangkau, terutama ponsel dengan keypad fisik dan fungsi terbatas.

Baca Juga: Penjualan Transsion Group Meningkat Di Saat Permintaan Smartphone Melemah

Ia juga mengarahkan Transsion untuk menggarap pasar ke negara-negara berkembang, terutama kawasan Afrika meski pertumbuhannya tidak sebesar wilayah Asia, Eropa, Amerika Utara dan Amerika Latin.

Namun berkat strategi berbeda yang ditempuh oleh Zhu itu, memungkinkan Transsion menjadi pemasok ponsel terbesar di Afrika hingga kini.

Seiring dengan tingginya permintaan di kawasan lain, Transsion terus memperluas pangsa pasarnya di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk negara-negara dengan populasi terbesar seperti Indonesia.

Di sisi lain, strategi memperluas line up produk, dari awalnya feature phone ke smartphone, telah mengerek kinerja Transsion. Hal itu tercermin dari pendapatan perusahaan yang terus meningkat.

Menurut laporan resmi perusahaan, pada Q2-2023 total pendapatan melambung hingga 30,7 persen dari tahun ke tahun menjadi 15,8 miliar yuan (US$2,2 miliar).

Laba melonjak dua kali lipat dari kuartal sebelumnya menjadi 1,6 miliar yuan, 83 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Total pendapatan dan laba pada semester pertama 2023 meningkat sebesar 8 persen dan 27 persen, menjadi 25 miliar yuan dan 2,1 miliar yuan.

Perusahaan mengaitkan pertumbuhan pendapatannya dengan perluasan pasar dan peningkatan produk. Margin kotor meningkat karena biaya yang lebih rendah, dan peralihan ke ponsel pintar di kalangan konsumen Afrika juga berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan.

Meskipun penjualan ponsel pintar global turun sebesar 8 persen selama delapan kuartal berturut-turut pada kuartal kedua, pasar Transsion di Afrika mengalami penurunan yang lebih kecil.

Transsion bukanlah merek terkenal di luar Afrika, namun ia menjual 40 persen dari seluruh ponsel di benua tersebut, menjadikannya pemain dominan di wilayah tersebut.

Tiga merek perusahaan, TECNO, itel, dan Infinix, melayani beragam kebutuhan konsumen Afrika. Dengan berbagai telepon dan perangkat elektronik lainnya.

Meskipun Transsion hanya menjual 6 persen dari seluruh ponsel pintar di seluruh dunia, pangsa pasar perusahaan melonjak menjadi 11 persen jika semua ponsel disertakan.

Dengan semakin ketatnya persaingan, saat ini pangsa pasar Transsion di Afrika telah turun dari puncaknya sebesar 57 persen. Meski demikian, perusahaan masih mempertahankan angka substansial sebesar 40 persen.

Dengan kinerja yang semakin kinclong, George Zhu Zaojiang telah membuktikan tangan dinginnya mampu membawa Transsion ke jajaran atas vendor smartphone dunia.

Baca Juga: Transsion Group Bukan Lagi Vendor Kaleng-kaleng, Pendapatannya Bikin Geleng-geleng

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU