Selular.ID – Menurut laporan Infobrief hasil kolaborasi Backbase dan IDC, sebanyak 70% dari upaya strategi membangun platform perbankan digital di Asia Pasifik masih mengalami kegagalan, ini faktornya.
Laporan mendalam ini mengambil insights dari 125 bank dan 316 CIO di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, dan menawarkan perspektif regional tentang transformasi digital.
Infobrief menguji pendekatan bawaan yang sudah lama ada dalam membangun solusi internal untuk platform engagement banking digital dan menemukan bahwa 65% bank menengah hingga besar di APAC telah memilih untuk membangun platform perbankan keterlibatan mereka secara internal untuk menuju digital transformasi.
Namun, 70% dari proyek ini gagal karena upaya internal yang mahal dan memakan waktu lama. Dari Infobrief ini, 80% platform engagement digital yang dibangun secara internal dengan anggaran lebih dari USD 10 juta (setara lebih dari Rp 153 miliar) berkinerja yang buruk dan belum menghasilkan Return-on-Equity (ROE) yang diinginkan dalam inisiatif digital mereka.
Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa bank-bank di Indonesia memiliki preferensi yang jelas untuk strategi “Adopt & Build” daripada “Build”.
Khusus untuk bank di Indonesia, waktu yang dibutuhkan untuk memodernisasi sistem pembangunan membutuhkan waktu hampir dua kali lipat dibandingkan sistem pada platform “Adopt & Build”.
Baca Juga: Siapa Penguasa e-Wallet, Mobile Banking, dan Digital Banking di Indonesia?
Misalnya, peluncuran saluran digital baru (seperti operasi untuk mobile dan cabang) untuk satu lini bisnis membutuhkan waktu sekitar 12 bulan.
Namun, dengan memanfaatkan platform engagement banking digital, bank dapat secara bersamaan membangun kemampuan layanan pinjaman untuk UKM dan menyelesaikan proses tersebut dalam jangka waktu yang lebih singkat hanya dalam setengah tahun.
Menurut Riddhi Dutta, selaku Regional Vice President, Asia, Backbase.“Bank Indonesia (BI) menyatakan penggunaan sistem perbankan digital diperkirakan meningkat dari Rp 40 ribu triliun (2021) menjadi Rp48 ribu triliun (2022) untuk mengimbangi tingginya nasabah digital di Indonesia.”
“Membangun platform engagement banking yang berpusat pada kebutuhan nasabah adalah parameter penting dalam memodernisasi alur layanan perbankan bagi nasabah dan pemilik bisnis serupa, serta membangun ekosistem keuangan yang inklusif dan saling terhubung. ”
“Dan Backbase berkomitmen untuk berinovasi dan membangun engagement digital dengan nasabah secara unik demi memenuhi kebutuhan bank-bank di Indonesia,” tutupnya.
Meskipun telah memulai transformasi digital sejak tahun 2000-an, banyak bank di APAC masih berada pada tahap awal, gagal memanfaatkan sepenuhnya manfaatnya dan memberikan keterlibatan pelanggan digital yang menarik.
IDC Infobrief menyoroti adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara pihak perbankan dan nasabahnya, dimana sebagian besar produk dan penawaran perbankan masih dianggap serupa dan terbatas.
Berdasarkan data yang diambil dari Infobrief tersebut, perbankan dengan ukuran menengah dan besar di Indonesia dikategorikan ke dalam kategori bank di kuadran Watchers (pengamat), serupa dengan bank-bank di Vietnam dan Hong Kong.
Namun, perkembangan transformasi digital di Indonesia dinilai lebih lambat dibandingkan dengan dua negara lainnya dalam kategori ini.
Masih dalam laporan tersebut, negara-negara di dalam kategori ini dianggap memiliki anggaran untuk dibelanjakan, tetapi masih membutuhkan bantuan untuk menentukan fokus pengeluaran dana untuk keperluan digital.
Baca juga : Pembiayaan Perbankan Juli 2023 Tumbuh Terbatas