Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini juga mengatakan permasalahan terkait PNBP harus lekas terselesaikan.
Dian mengatakan hal ini sangat penting, mengingat kedepannya dengan adanya jaringan 5G kebutuhan akan spektrum akan makin banyak.
Alhasil, dana yang operator kucurkan juga akan makin meningkat.
“Untuk 5G kebutuhannya akan jauh meningkat,” ujar Dian.
“Jadi kalau spektrum 5G struktur harganya masih sama dengan sekarang, barangkali tidak ada operator yang mampu untuk mengembangkan 5G,” sambungnya.
Padahal, Dian mengetahui masyarakat Indonesia sudah mengharapkan penetrasi 5G di Tanah Air secepatnya.
Sayangnya, ketiganya tidak menyampaikan nilai yang harus perusahaan bayarkan atas spektrum yang telah mereka gunakan.
Namun, jika melihat penggunaan spektrum frekuensi masing-masing, Telkomsel menjadi operator dengan jumlah spektrum terbesar, lalu ada Indosat, XL Axiata dan Smartfren.
Sekadar informasi, secara total, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mengalokasikan 767 MHz khusus untuk seluler saja.
Telkomsel menggunakan spektrum frekuensi sebesar 72,5 MHz untuk uplink (upload), 72,5 MHz untuk downlink (download), dan 50 MHz untuk 5G NR.
Total keseluruhan spektrum yang mereka gunakan adalah 145 MHz+50 MHz.
Sementara itu, Indosat mengoperasikan 67,5 MHz untuk uplink dan 67,5 mHz untuk downlink.
Total, spektrum yang ISAT manfaatkan adalah 135 MHz, dengan frekuensi 2,1 GHz dan 1,8 GHz untuk 4G LTE dan 5G NR.
Adapun XL Axiata mengoperasikan 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz untuk 5G.
Terakhir, Smartfren mengoperasikan 11 MHz untuk uplink dan 11 MHz untuk downlink di pita 800 MHz, dan 40 MHz di pita 2,3 GHz.
Baca juga: Ericsson dan Telkomsel Umumkan Kemitraan Baru Perkuat Jaringan 5G